Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu lalu Saaih Halilintar menjadi sorotan setelah unggahan TikTok-nya memicu kontroversi di kalangan warganet dan pecinta burung. Dalam video singkat, Saaih terlihat membeli lovebird dari sebuah toko burung lalu melepaskannya ke udara setelah menggenggamnya sebentar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saaih membagikan video pendek selama 23 detik di akun TikTok @saaihalilintar pada Senin, 8 Juli 2024. Video tersebut diberi keterangan oleh Saaih dengan kata-kata, "Maaf ya bang," sambil diiringi lagu In The Name of Love dari Bebe Rexha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tindakan tersebut menuai kritik tajam karena lovebird merupakan burung hasil penangkaran yang biasanya tidak terbiasa hidup di alam liar. Warganet menyayangkan aksi tersebut, mengingat burung lovebird yang dilepaskan tiba-tiba tidak memiliki kemampuan untuk mencari makan sendiri di alam bebas.
Hal ini berpotensi mengakibatkan burung mengalami kelaparan dan kesulitan bertahan hidup. Komunitas pecinta burung juga menegaskan pentingnya untuk tidak melepaskan burung hasil penangkaran ke alam liar tanpa persiapan yang memadai.
Spesies dan Habitat Lovebird
Dikutip dari Science Direct, lovebird atau burung cinta merupakan sekelompok burung paruh bengkok kecil yang berasal dari Afrika bagian tengah dan selatan serta pulau-pulau di Samudra Hindia.
Burung ini memiliki berat sekitar 50 gram dan tergabung dalam beberapa spesies, seperti lovebird berwajah persik atau peach-faced lovebird dan lovebird berwajah hitam atau black-masked lovebird yang merupakan jenis paling umum.
Meskipun berbeda spesies, keduanya memiliki cara yang berbeda dalam membangun sarang. Lovebird berwajah persik menyimpan material sarang di bulu ekornya sebelum membuat cekungan di dalam sarang, sedangkan lovebird berwajah hitam membawa material sarang di paruhnya untuk membangun sarang dengan mengisi rongga dan terowongan.
Menurut artikel dari San Fransisco Zoo & Garden, lovebird menghuni habitat-habitat kering di pinggiran gurun, hutan jarang, dan daerah pegunungan di Afrika bagian selatan dan barat daya seperti Namibia, Angola, dan Afrika Selatan.
Mereka sangat bergantung pada keberadaan air untuk bertahan hidup dan memiliki pola makan berupa biji-bijian, kacang-kacangan, dan bunga. Meskipun sering dianggap sebagai hama karena kebiasaannya memakan tanaman pertanian seperti millet, lovebird berwajah persik dinilai sebagai spesies yang tidak terlalu rentan oleh IUCN.
Lovebird juga termasuk binatang yang berkoloni, umumnya ditemukan dalam kelompok yang terdiri dari 5-20 ekor, tetapi ketika makanan melimpah, mereka berkumpul dalam kelompok yang terdiri dari 100 ekor atau lebih. Kelompok besar ini bisa sangat berisik, karena lovebird berkomunikasi melalui suara yang tajam dan melengking.
Apa yang Terjadi Jika Dibebaskan Bukan pada Habitatnya?
Pembebasan lovebird yang tidak dilakukan di habitat alaminya dapat berakibat fatal bagi burung tersebut. Lovebird yang ditangkap dari alam liar dan dilepas di lingkungan yang asing tidak memiliki keterampilan alami untuk mencari makanan atau melindungi diri dari pemangsa.
Dilansir dari New Indian Express, burung yang telah terbiasa dengan perawatan manusia dan kehidupan di dalam sangkar umumnya tidak punya kemampuan untuk bertahan hidup di alam liar. Akibatnya, mereka rentan mengalami kelaparan, malnutrisi, dan bahkan menjadi mangsa bagi predator lain.
Lovebird yang telah dibesarkan dalam penangkaran sebaiknya tetap dipelihara di lingkungan yang dikenalinya. Memelihara mereka dalam sangkar yang cukup besar dengan ruang gerak yang mencukupi, memberikan stimulasi mental yang baik dan interaksi sosial yang intens dengan pemiliknya merupakan langkah terbaik untuk menjaga kesehatan burung ini.
Jika ada niat untuk melepaskan mereka, lebih baik menghubungi pusat rehabilitasi satwa liar atau ahli keanekaragaman hayati yang dapat membantu mereka untuk diadopsi kembali atau diselamatkan.
PUTRI SAFIRA PITALOKA | ADIL AL HASAN