Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena El Nino moderat di Indonesia akan berakhir pada Februari 2024. Sedangkan, pada Maret 2024, El Nino masih terjadi, tetapi sudah lemah dan semakin menuju netral.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Meskipun kecenderungan grafiknya menurun, (El Nino) pada level moderat hingga Desember (2023), Januari dan Februari 2024,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam webinar bertajuk “Kapan Awal Musim Hujan 2023/2024 di Indonesia?” pada Sabtu, 28 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, Proyek Nirlaba Kapasitas Penilaian (ACAPS) memprediksi El Nino akan berlanjut setidaknya hingga Juni 2024. El Nino yang dimulai pada Juli-Desember 2023 telah memicu kekeringan, gelombang panas, dan kebakaran hutan di banyak belahan dunia, seperti di Amerika Selatan bagian utara dan tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik.
Seperti diketahui, El Nino merupakan anomali kenaikan suhu permukaan laut yang menyebabkan musim kemarau lebih ekstrem dibandingkan biasanya. Akibatnya, produksi sektor pertanian mengalami drastis, termasuk beras.
Sementara para peneliti El Nino-Southern Oscillation (ENSO) melalui laman NOAA Climate.gov memperkirakan La Nina akan terjadi pada Februari 2024. Akan tetapi, mereka menyebut El Nino masih terjadi di wilayah Samudra Pasifik.
Mereka menduga 79 persen transisi El Nino ke ENSO akan terjadi pada April-Juni 2024. Sedangkan 55 persen kemungkinan kawasan Samudra Pasifik akan bertransisi ke La Nina.
Adapun La Nina ditandai dengan embusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat di sepanjang khatulistiwa lebih kuat dari biasanya.
Kondisi itu memaksa massa air laut ke arah barat, sehingga suhu muka laut di Pasifik timur lebih dingin. Bagi Indonesia, risiko hujan, banjir, dan badai tropis akan lebih tinggi.
ACAPS juga memperkirakan anomali suhu dan curah hujan terkait El Nino akan berlangsung selama kuartal pertama dan kedua tahun 2024, khususnya di wilayah tropis dan subtropis.
Antara Januari-Juni 2024, anomali curah hujan akibat El Nino biasanya tercatat di Afrika bagian selatan (kondisi kering), Asia Tengah (kondisi basah), Pasifik, Amerika Latin bagian utara, serta Asia Tenggara dan Asia Selatan (kering/basah).
Berikutnya, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi El Nino akan berlanjut hingga April 2024. Hal itu akan memperburuk cuaca dan kejadian iklim ekstrem, seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan.
Prediksi curah hujan dalam tiga bulan mendatang serupa dengan dampak umum El Nino, termasuk curah hujan tinggi di kawasan Tanduk Besar Afrika, cekungan Parana/La Plata di Amerika Selatan, Amerika Utara, di sebagian Asia Tengah dan Asia Timur, serta di sepanjang utara khatulistiwa Pasifik.
Curah hujan di bawah normal diperkirakan terjadi di sebagian besar wilayah Amerika Selatan bagian utara, sebagian besar wilayah Australia, Asia Tenggara (sebagian besar wilayah Indonesia, Papua Nugini, dan Filipina), serta di kepulauan Samudra Pasifik bagian selatan sekitar 30 derajat lintang utara.
MELYNDA DWI PUSPITA