Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Status Aktivitas Gunung Semeru Turun Level

Pemantauan seismik ambient noise di Gunung Semeru menyimpulkan tidak terjadi peningkatan stres atau tekanan pada tubuh gunung.

16 Juli 2024 | 00.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Badan Geologi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan status aktivitas Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. “Terhitung dari 15 Juli 2024, pukul 15.00 WIB tingkat aktivitas Gunung Semeru diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada),” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Priatin Hadi Wijaya, pada Senin, 15 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penurunan status ini berdampak pada pelonggaran aktivitas masyarakat. Semula, ketika masih Level III, masyarakat dilarang beraktivitas sejauh 13 kilometer dari pusat erupsi. Radius jelajah masyarakat kini hanya dibatasi dalam radius 3 kilometer dari kawah atau Puncak Mahameru. Adapun aktivitas di sektor tenggara pada sepanjang Besuk Kobokan masih dibatasi aktivitas dalam radius 8 kilometer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak,” kata Hadi.

Badan Geologi sempat mencatat dalam pengamatan visual seminggu terakhir, dalam rentang 8-14 Juli 2024. Peneliti masih melihat asap berwarna putih kelabu yang diakibatkan erupsi Semeru. Ketinggiannya antara 100-900 meter dari puncak. Guguran lava pijar juga masih teramati dengan jarak luncur 300-1.000 meter ke arah Besuk Kobokan.

Pengamatan instrumental juga mendapati erupsi dalam periode sepekan ini. Di antaranya terjadi 955 kali gempa letusan atau erupsi, 133 kali gempa guguran, 58 kali gempa hembusan, 5 kali gempa harmonik, 1 kali gempa tektonik lokal, dan 48 kali gempa tektonik jauh.

Data pemantauan tiltmeter—alat pengukur deformasi gunung yang berfungsi untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan tubuh sebuah gunung—pada Stasiun Tiltmeter Argosuko menunjukkan pola mendatar. Data pemantauan GPS kontinyu menunjukkan perubahan antar baseline stasiun GPS umumnya menunjukkan pemendekan jarak.

Hasil evaluasi menyimpulkan aktivitas erupsi, awan panas, serta guguran lava masih terjadi di Gunung Semeru. Aktivitas kegempaan di Gunung Semeru juga masih relatif tinggi. Namun terjadi penurunan gempa vulkanik dalam. Tetapi gempa letusan mengalami peningkatan cukup signifikan yang mengindikasikan peningkatan pelepasan material ke permukana serta proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko.

"Kemudian dari pemantauan seismik ambient noise di Gunung Semeru menyimpulkan tidak terjadi peningkatan stres atau tekanan pada tubuh gunung," kata Hadi.

Pemantauan deformasi menunjukkan pola mendatar yang mengindikasikan tidak adanya peningkatan tekanan di dalam tubuh gunung api dan terjadi perpindahan tekanan secara konsisten dari dalam tubuh gunung api ke permukaan bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan hembusan.

AHMAD FIKRI (BANDUNG)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus