Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah sebaran kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Provinsi Sumatera Selatan tahun ini menjadi yang terluas dibandingkan daerah lain di Pulau Sumatra, menurut data dihimpun tim lapangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera KLHK Ferdian Krisnanto di Jakarta, Selasa, 31 Oktober 2023 mengatakan sejak Januari sampai dengan September 2023 total luas hutan dan lahan yang terbakar di Sumsel 32.496 hektare.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Itu jumlah sebaran karhutla yang didapatkan di lapangan hingga September, (bisa lebih) karena untuk Oktober masih dalam verifikasi,” kata dia.
Berdasarkan data KLHK, jumlah luas lahan yang terbakar di Sumsel jauh lebih luas dibandingkan dengan daerah lain.
Dalam periode yang sama, KLHK mencatat jumlah karhutla di Aceh seluas 1.912 hektare, Bangka Belitung (2.048), Bengkulu (25,61), Jambi (1.646), Lampung (5.000), Sumatera Utara (2.113), Sumatera Barat (1.300), dan Riau (5.302).
Areal terbakar di Sumsel, meliputi kawasan hutan, lahan mineral, dan gambut yang hampir tersebar di 17 kabupaten dan kota di provinsi itu.
Titik api kebakaran terbanyak di Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, dan Muara Enim.
“Saat ini (di Sumsel) Tim Manggala Agni masih melangsungkan pemadaman ada kebakaran di beberapa lokasi di Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir,” kata dia.
Atas kondisi tersebut, Balai PPIKHL telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pusat dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk segera meningkatkan upaya pembasahan lahan terbakar dan penambahan jumlah personel pemadaman di lapangan.
Jika tidak, ia mengkhawatirkan, karhutla terus meluas dan dampaknya berimplikasi pada penurunan kesehatan masyarakat karena menghirup udara bercampur asap tebal karhutla setiap hari dan mengganggu aktivitas ekonomi.
“Indikatornya (Indeks Standar Pencemaran Udara) dinamis sekali mulai dari sangat tidak sehat dan berbahaya di Kota Palembang,” kata dia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.