Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Populasi rusa ekor putih (Odocoileus virginianus) melimpah di Amerika Serikat; mereka dapat terlihat berkeliaran di kawasan kota maupun desa di setiap negara bagian kecuali Alaska. Sebuah survei terbaru oleh Departemen Pertanian AS (USDA) mendapati dalam darah rusa-rusa itu ternyata ada antibodi SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Survei atas sampel dari populasi rusa liar di empat negara bagian (Michigan, Illinois, Pennsylvania, dan New York ) tersebut menunjukkan mamalia ini telah terjangkit Covid-19 di habitat liarnya. Sama seperti manusia, rusa-rusa ekor putih liar juga memerangi infeksi virus itu. Bedanya, tim survei tak mendapati ada rusa yang sakit di antara temuan antibodi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dipublikasi melalui server preprint (belum peer-review) bioRxiv pada Juli lalu, hasil survei itu adalah yang pertama mencari tahu paparan SARS-CoV-2 di antara hewan di habitat liar. Survei dilakukan setelah studi-studi sebelumnya di laboratorium menunjukkan bahwa seekor rusa ekor putih bisa terjangkit infeksi virus corona penyebab Covid-19 itu dan menyebarkannya ke rusa lain.
Sebelum rusa ekor putih ini, cerpelai adalah satu-satunya hewan yang telah diketahui telah terinfeksi virus yang sama di habitat liar. Sedang untuk yang ex situ atau peliharaan, Covid-19 juga pernah didapati pada kucing, anjing, berang-berang, singa, macan tutul salju, gorila, dan macan.
Awalnya, untuk mencari tahu apakah infeksi Covid-19 juga terjadi pada rusa, ilmuwan di USDA mengumpulkan sampel darah sebelum dan sesudah pandemi dari 624 rusa dari empat negara bagian itu. Hasil analisis seluruhnya terhadap 385 sampel darah yang dikumpulkan antara Januari dan Maret 2021 mendapati sebanyak 40 persen atau 152 rusa liar memiliki antibodi SARS-CoV-2.
Rusa dari Michigan terbanyak didapati memiliki antibodi itu, yakni 67 persen dari 113 sampel. Termasuk di antaranya adalah sampel darah tiga rusa liar yang diambil pada Januari 2020, ketika virus Covid-19 diyakini mulai menyebar di Amerika Serikat.
Berdasarkan persentase sampel berisi antibodi yang ditemukan dalam studi ini, juga memperhatikan jumlah populasi rusa ekor putih di seluruh Amerika Serikat dan kontak dekatnya dengan manusia, juru bicara USDA mengatakan, “Sangat mungkin rusa di negara bagian yang lain terpapar virus yang sama,” kata dia.
Dari antibodi dalam sampel serum itu diduga rusa terjangkit virus corona dan sistem imunnya telah melawan infeksi si virus. Namun, bagaimana rusa terjangkit SARS-CoV-2 masih belum diketahui. Bisa saja mereka tertular dari manusia, hewan lain di habitat liar, atau lewat air limbah yang tercemar virus itu.
Tim peneliti mencemaskan kejadian infeksi Covid-19 di habitat liar karena kemampuan SARS-CoV-2 untuk bermutasi dan melompat dari satu spesies ke spesies yang lain. Satu spesies kemudian bisa saja menciptakan sebuah reservoir bagi virus itu untuk bermutasi yang memungkinkannya melompat dan menginfeksi manusia.
Puluhan bangkai cerpelai dibuang dari sebuah peternakan di Farre di bagian selatan Jutland, Denmark 21 Oktober 2020. Sebanyak 15 juta cerpelai di Denmark dimusnahkan karena menularkan virus Covid-19 pada manusia. Ritzau Scanpix/Mette Moerk via REUTERS
Reservoir muncul ketika virus tinggal dalam sekelompok kecil hewan yang terinfeksi. Begitu mapan, mereka dapat bermutasi dan mungkin menumbuhkan resistensi melawan vaksin yang ada dan muncul sebagai sebuah varian yang berbeda--bahkan setelah pandemi berakhir.
Untuk melihat apakah rusa-rusa ekor putih liar itu menjadi reservoir untuk virus corona, tim peneliti harus melakukan uji yang berbeda (viral RNA). USDA juga mencatat kalau hanya sedikit populasi rusa di empat negara bagian yang diuji dan tidak merepresentasikan populasi seluruh rusa di Amerika Serikat. Disebutkan, butuh riset lebih jauh untuk menemukan bagaimana rusa liar terpajan virus corona.
Investigasi tambahan juga diperlukan untuk mengevaluasi dampak potensial yang mungkin dibawa virus itu terhadap populasi rusa keseluruhan, satwa liar lain, dan orang-orang yang kontak dengan rusa yang terinfeksi. “Hasil survei ini menekankan kebutuhan untuk kontinyuitas dan perluasan dari pengawasan hewan liar untuk menentukan bahaya tidaknya SARS-CoV-2 dalam rusa liar yang berkeliaran bebas,” kata juru bicara USDA.
SMITHSONIANMAG, NATURE, NATIONAL GEOGRAPHIC