Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Vulkanolog ITB Ungkap Potensi Bahaya Gunung Bawah Laut di Selatan Pacitan

Potensi bahaya ikutan gunung bawah laut harus diantisipasi, misalnya terjadi longsor karena materialnya tidak stabil.

14 Februari 2023 | 13.34 WIB

Profil batimetri 3 dimensi temuan gunung bawah laut di perairan selatan Pacitan, Jawa Timur. (Dok. BIG)
Perbesar
Profil batimetri 3 dimensi temuan gunung bawah laut di perairan selatan Pacitan, Jawa Timur. (Dok. BIG)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei terbaru menemukan keberadaan gunung bawah laut di Samudra Hindia selatan Pacitan, Jawa Timur. Menurut vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman, potensi bahaya ikutan gunung bawah laut itu harus diantisipasi, misalnya terjadi longsor karena materialnya tidak stabil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Karena dimensinya cukup besar, itu mungkin bisa memicu perubahan kolom air dan gelombang pantai atau tsunami,” katanya Senin, 13 Februari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sebelumnya diberitakan, Badan Informasi Geospasial (BIG) mengidentifikasi keberadaan gunung bawah laut di perairan selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Dari kedalaman perairan 6.000 meter, mencuat gunung setinggi 2.200 meter.

Menurut Koordinator Pemetaan Kelautan, Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai BIG, Fajar Triady Mugiarto, puncak gunung itu berada di kedalaman 3.800 meter.

Mirzam mengatakan kajian soal gunung bawah laut sudah cukup lama. Beberapa peneliti pada 2006 sudah mulai mengindikasikan adanya tonjolan-tonjolan berbentuk kerucut, mulai dari selatan Pacitan, Bali, sampai Lombok. “Jumlah tonjolannya ada lima yang terdeteksi, dari lintang 109 derajat sampai 115 derajat,” ujar dosen dan peneliti dari Teknik Geologi ITB itu.

Di perairan selatan Jawa Timur diketahui terdapat dataran tinggi samudra atau oceanic plateu yang dikenal sebagai Roo Rise. Luasnya 25 ribu kilometer persegi dengan ketebalan berkisar 12-18 kilometer atau rata-rata 15 kilometer. "Sebagian sudah masuk ke palung di selatan Jawa," ujar Mirzam. 

Ketika Roo Rise masuk, menurut Mirzam, terjadi bouyanci atau kesetimbangan yang menimbulkan benjolan-benjolan seperti bisul di zona akresi atau sedimen palung yang terkerat. “Bisul itu dalam zona subduksi, kedalamannya baru 10 hingga 15 kilometer,” ujarnya. Tonjolan itu sejauh ini belum bisa disebut sebagai gunung api. 

Menurutnya, secara magmatisme kedalaman tersebut bukan tempat ideal untuk pembentukan gunung api, yaitu gunung yang secara definitif misalnya ada magma yang keluar menjadi lava. “Kalau gunung api itu lempengnya harus masuk sampai kedalaman 120 kilometer,” kata Mirzam. 

Menurutnya, tonjolan atau gunung bawah laut itu masih perlu dipastikan lewat penelitian, seperti untuk mengetahui kestabilan dan potensi longsor materialnya, juga kaitannya dengan magmatisme.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus