Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Halo pembaca,
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pelbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyangkal berperan menyorongkan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto. Namun, partai pendukung Koalisi Indonesia Maju dan para relawannya justru mengungkap Jokowi begitu aktif menduetkan Prabowo-Gibran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gibran awalnya terbentur syarat menjadi kandidat Pemilu karena usianya baru 36. Pasal 169 UU Pemilu mengharuskan calon presiden dan wakil presiden berusia minimal 40. Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman bertindak. Ia mengabulkan gugatan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Surakarta yang meminta pasal itu ditambahi dengan frasa pernah terpilih dalam pemilihan umum. Gibran pun lolos berkat jasa pamannya itu.
Begitu tak ada halangan lagi secara aturan, Jokowi mulai konsolidasi menyorongkan Gibran sebagai pendamping Prabowo. Partai-partai ia bujuk untuk mendukung gagasannya itu. Ia sowan ke banyak orang mempromosikan anak sulungnya itu agar meneruskan kekuasaannya. Argumennya satu: jaminan kelanjutan program pembangunannya.
Sewaktu Anwar Usman membacakan putusan UU Pemilu, Jokowi sedang berada di Arab Saudi. Ia meminta polisi dan menteri-menteri memantau sentimen negatif terhadap putusan itu. Menteri Komunikasi melaporkan sentimen publik begitu keras dan negatif, terutama sorotan Jokowi sedang membangun dinasti politik.
Karena itu, Jokowi meminta para relawannya segera menggarap pemilih muda yang menjadi target pencalonan Gibran. Ia mengerahkan perangkat negara untuk memuluskan hasratnya terus berkuasa. Pencalonan Gibran adalah menebus kegagalannya mengubah konstitusi menambah periode presiden atau memperpanjang masa jabatannya.
Selain Jokowi, faktor Iriana, ibu Gibran, juga penting. Ia juga aktif melobi banyak pihak agar mendukung anaknya menang dalam Pemilu. Permintaan Iriana yang membuat Jokowi mengerahkan segala kekuatannya membuka jalan politik anak sulung mereka.
Jika berkaca pada pemilihan kepala daerah 2020 yang banyak diikuti calon dinasti politik, kans Gibran lumayan besar. Pemilih tak mempersoalkan dinasti politik kendati kabupaten atau kota yang dipimpin kepala daerah dinasti tak memiliki inovasi bahkan bertambah miskin dan banyak kasus korupsi.
Di luar soal politik dinasti yang menyesakkan, kami menulis isu lain yang tak kalah penting. Pertambangan nikel yang merusak lingkungan, pekan kebudayaan nasional, hingga para pemain baru impor bawang putih. Isu-isu ini membuat kita miris, tapi terlalu penting diabaikan.
Selamat membaca,
Bagja Hidayat
Redaktur Eksekutif
Bentuk Cawe-Cawe Jokowi dalam Pemilihan Presiden 2024
Presiden Jokowi aktif mendorong pasangan Prabowo-Gibran sebelum putusan Mahkamah Konstitusi. Menggunakan lembaga negara.
Mengapa Jokowi Tak Mendengarkan Suara Aktivis Pendukungnya?
Presiden Jokowi mengabaikan seruan aktivis mengenai politik dinasti. Ikut merestui Prabowo-Gibran.
Skenario Jokowi Memperpanjang Kekuasaan
Sebelum mendukung Prabowo-Gibran, Jokowi menjalankan berbagai skenario untuk memperpanjang masa kekuasaan. Terganjal Megawati.
Bagaimana Firli Bahuri dan Polisi Saling Sandera Memakai Kasus Hukum
Tuduhan pemerasan Syahrul Yasin Limpo oleh Firli Bahuri menjadi cabang baru perseteruan polisi dan KPK.
Mengapa Bulu Tangkis Gagal Memberikan Emas di Asian Games?
Bulu tangkis gagal menyumbangkan medali untuk pertama kalinya di Asian Games. Perlu pembenahan manajemen, kepelatihan, dan atlet.