Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat terjadi bencana alam, informasi yang akurat adalah hal yang amat berharga. Sayangnya, deepfake alias informasi bohong yang dibuat dengan AI, justru ikut beredar dan memperkeruh situasi yang sudah genting. Ada yang jelas menampakkan kejanggalan visual, namun tak sedikit pula yang terlihat nyata. Sekilas, gambaran palsu kemalangan saat bencana tidak berdampak apa-apa. Namun tahukah Anda, apa saja konsekuensi di baliknya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bahaya Disinformasi Rekayasa AI Saat Bencana Alam
Saat gambar dan video palsu bencana membanjiri media sosial, membedakan fakta dari fiksi menjadi tugas yang sangat berat. Sebelum era kecerdasan buatan, hoaks yang menyasar bencana alam, biasanya muncul dengan taktik mendaur ulang gambar-gambar atau video lama dari bencana yang berbeda. Contohnya hoaks banjir di Dampit, Malang yang ternyata di Lumajang, atau hoaks kebakaran Los Angeles pada Januari 2025 yang ternyata gabungan dari berbagai peristiwa lain.
Namun ketika zaman berubah, teknologi turut andil dalam mencemari ekosistem informasi. Peristiwa gempa bumi yang melanda Myanmar dan Thailand contohnya. Meski ada gedung yang benar-benar roboh dan guncangan terasa di kolang renang rooftop sejumlah hotel, ada saja warganet yang membuat dan menyebarkan konten video palsu dengan AI seperti ini.
Bahkan ada yang mengaitkannya dengan isu pernikahan sesama jenis yang dilegalkan, sehingga itu memicu ‘azab berupa gempa bumi’.
Penggunaan alat yang memproduksi gambar buatan dengan AI ini juga sebelumnya ditemukan selama momentum bencana kebakaran besar di Los Angeles serta badai Milton dan Helena, Amerika Serikat. Di Negeri Paman Sam itu, Trump dan para pendengungnya malah membubuhkan narasi bahwa uang pemerintah yang dialokasikan untuk korban bencana dihabiskan untuk imigran yang menyeberang secara ilegal.
Para pakar menilai bahwa visual yang viral nan menyesatkan setelah bencana alam besar, memang disebarkan oleh aktor yang punya motif menyebarkan klaim palsu. Profesor hubungan masyarakat di Virginia Tech, Cayce Myers, teknologi AI memberikan kemampuan yang lebih besar untuk menciptakan gambar realistis yang menipu. "Masalahnya adalah gambar palsu ini mempengaruhi persepsi orang tentang realitas, dan media sosial memicu penyebaran disinformasi," katanya.
Pada dasarnya, informasi yang tidak akurat selama bencana membawa bahaya yang serius. Termasuk jika itu berupa konten manipulasi menggunakan AI. Paparan konten palsu yang berulang-ulang dapat mengikis kepercayaan terhadap media. Pakar digital forensik, Lars Daniel, mengatakan bahwa masyarakat bisa saja mulai meragukan semua informasi, termasuk yang valid dan penting jika terus menemukan gambar yang ternyata palsu. Ketidakpercayaan ini sangat berbahaya karena memperlambat respons publik di masa krisis.
Bukan hanya ketidakpercayaan, tetapi juga kelelahan emosional yang muncul. Saat publik terus-menerus harus memilah mana informasi asli dan palsu, mereka bisa jadi mati rasa. Orang-orang jadi kurang peduli, malas berbagi info penting, bahkan enggan membantu. Ini menciptakan risiko serius bagi efektivitas membantu para korban bencana.
Selain itu, kondisi krisis seperti bencana pun rentan dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Kampanye penggalangan dana palsu bermunculan, lengkap dengan video dan narasi deepfake. Skema phishing juga meningkat, menargetkan empati masyarakat untuk mencuri data atau uang.
Dalam situasi ini, peran media, jurnalis warga, dan komunitas pemeriksa fakta menjadi penting dalam bergerak cepat memverifikasi dan membantah informasi palsu. Namun Anda juga perlu terus mengasah keterampilan untuk mengenali konten palsu: mulai dari memeriksa sumber, menggunakan alat fact-checking, serta tidak emosional dan tergesa membagikan informasi mencurigakan.
Literasi digital adalah jurus paling ampuh dalam menghadapi berbagai badai disinformasi.
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Penampakan Tujuh Matahari di Perbatasan Suriah-Lebanon?
- Benarkah Video Proses Pembuatan Beras Plastik?
- Benarkah Penggunaan Soda Bisa Mengatasi Gangguan Ereksi dan Impotensi
- Benarkah Donald Trump Alami Gangguan Jiwa?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi Tipline kami.
Ikuti kami di media sosial: