Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

Pandemi di Marapu

Masyarakat penganut kepercayaan Marapu harus menata hidup kembali setelah kebakaran menghanguskan tempat tinggal mereka.

6 Januari 2022 | 15.08 WIB

Pandemi di Marapu
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEROKA
6 Januari 2022

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pandemi di Marapu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pandemi membuat denyut kehidupan seakan terhenti di kampung adat Tarung, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Tak hanya ekonomi yang lesu, masyarakat penganut kepercayaan Marapu harus menata hidup kembali setelah kebakaran menghanguskan tempat tinggal mereka.

Penganut Marapu di kampung adat itu bangkit dan kembali menggelar
ritual paling sakral, Wulla Poddu. Ritual adat yang dihelat setahun sekali itu mengajarkan harmoni manusia, hewan, alam, dan Tuhan yang mereka sembah.

Kami mereportasekan kembali Marapu, terutama setelah kebakaran yang menghanguskan rumah-rumah adat, disusul pandemi yang membuat denyut turisme tersendat. Selamat membaca.

Nurdin Kalim
Redaktur Utama


SELINGAN

Wulla Poddu, Ritual Kebangkitan Marapu

Penganut kepercayaan Marapu kembali menggelar ritual paling sacral: Wulla Poddu. Bagaimana mereka bangkit dari keterpurukan?

Lesunya Pariwisata Marapu

Pandemi membuat kunjungan wisatawan ke kampung adat Marapu anjlok. Bagaimana masyarakat adat Marapu bertahan?

SINEMA

Satire Krisis Iklim

Film Don’t Look Up menyuguhkan humor gelap tentang krisis iklim. Seperti apa satire kelam dalam film bertabur bintang yang ditayangkan Netflix itu?


SENI

Instalasi Penjernih Air Tisna Sanjaya

Perupa Tisna Sanjaya membangun proyek seni instalasi penjernih air di Imah Budaya Cigondewah, Bandung. Instalasi ini dibuat karena Bandung mulai krisis air akibat sungai-sungainya digelontor limbah pabrik. Bisakah proyek seni bermanfaat secara nyata?


BUKU

Roman W.R. Supratman

Jarang diketahui W.R. Supratman, pencipta lagu “Indonesia Raya”, menulis roman. Belum sempat diedarkan, roman berjudul “Perawan Desa” yang diterbitkan 2000 eksemplar pada 1929 itu disita dan dilarang pemerintah kolonial Belanda. Kami meresensinya untuk Anda.

Nur Haryanto

Nur Haryanto

Pemerhati olahraga, mantan wartawan Tempo

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus