Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ali Sadikin mempertanyakan terpilihnya Bardosono sebagai pembina olah raga terbaik versi SIWO/PWI Jaya. SIWO/PWI Jaya membuat surat pernyataan. Juga komentar S Bagyo atas terpilihnya Bardosono. (or)

22 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERPILIHNYA Ketua Umum PSSI, Bardosono sebagai Pembina Olahrga Terbaik 1976 versi SIWO/PWI Jaya ternyata cukup mengundang heboh Reaksi pertama keluar dari mulut Gubernur Ali Sadikin. "Saya tidak mengerti, kenapa Bardosono bisa terpilih menjadi Pembina Olahraga Terbaik", komentarnya di depan sejumlah wartawan di Balaikota, Selasa 11 Januari pagi lalu. Keheranan itu kembali dilontarkan Ali Sadikin di muka beberapa anggota SIWO/PWI Jaya yang mencegatnya di kompleks olahraga Ragunan, siangnya. "Jika saudara tanyakan pada saya, apakah Bardosono pantas dipilih sebagai Pembina Olahraga Terbaik, tanyakan dulu pada hati saudara sendiri adakah hal itu memang pantas", ucap Ali Sadikin sambil menanyakan kriteria apa yang dipakai SIWO/PWI Jaya dalam memilih Pembina Olahraga Terbaik tersebut. Setelah dijelaskan persyaratannya bahwa yang berhak dipilih sebagai pembina Olahraga Terbaik adalah seorang pelatih atau pemikir yang memiliki prestasi dalam tahun 1976 dan mengumpulkan suara terbanyak dari pemilih. Ali Sadikin spontan menimbali: "Prestasi apa yang sudah diperbuat Bardosono?". Suhu wawancara dengan cepat meDjadi hangat. Ketika wartawan yang hadir mengutarakan prestasi Bardosono dalam menggairahkan persepak-bolaan di Indonesia, dan makin sering diadakannya pertandingan internasional selama kepengurusannya. Juga tak kurang ditonjolkan 'keberhasilan' PSSI sebagai juara ke-dua dalam turnamen Pre Olimpik, Pebruari tahun lalu. "Apakah hanya runner up itu yang kita cari?", lanjut Ali Sadikin dengan nada keras. Ia kemudian melanjutkan penilaian tentang makin seringnya pertandingan internasional. Menurut Ali Sadikin, kenyataan itu malah merusak kalender persepak-bolaan. "Lihat saja, kegiatan kompetisi Persija jadi berantakan, garagara pemainnya dipakai PSSI", tambahnya. Dalam kesempatan itu, kembali Ali Sadikin mengungkapkan apa yang didengarnya dari seorang wartawan di Balaikota. "Saya dengar kalian 'diimingimingi' tiket ke Singapura untuk mengcover Pre World Cup. Kalau cuma soal tiket, minta saja pada saya", kata Ali Sadikin. Desas-desus itu dibantal oleh Ketua I SIWO/PWI Jaya, Sumohadi Marsis. Tapi, "dengan terpilihnya Bardosono", tambah Ali Sadikin, "orang tentu akan bertanya ini pasti ada apa-apanya di SIWO. Saya juga berfikir demikian. Pokoknya sekarang saya tidak percaya lagi pada SIWO/PWI Jaya". Atas perbuatan itu, Ali Sadikin menilai SIWO/PWI Jaya tak lebih dari badut-badut. Ucapan Ali Sadikin tersebut tak kurang membuat SIWO/PWI Jaya meriang. Lewat pernyataan yang ditanda-tangani oleh Kasim Aruan dan Ganjar Ilyas selaku Ketua dan Sekretaris SIWO/PWI Jaya tertanggal 12 Januari 1976, mereka menyesalkan komentar Ali Sadikin tersebut. Karena dianggap mendiskreditkan hasil pemilihan yang demokratis dan sah yang dilakukan oleh SIWO/PWI Jaya. Tanggapan lainnya: SIWO/PWI Jaya sangat menyesalkan komentar Gubernur Ali Sadikin yang tidak mencerminkan sikap seorang pejabat tinggi dengan melancarkan tuduhan-tuduhan yang berdasarkan keterangan-keterangan sambil lalu, dangkal, dan emosionil. Sehubungan dengan ucapan Ali Sadikin yang mengatakan SIWO/PWI Jaya itu badut, agaknya pilihan SIWO/PWI Jaya atas Bardosono patut juga dilihat dari kaca-mata pelawak. "Kalau Pak Bardosono dipilih sebagai Pembina Olahraga Terbaik 1976, saya kira kurang tepat", kata pelawak S. Bagyo yang hampir selalu menonton pertandingan sepakbola di stadion utama Senayan maupun di lapangan Persya, Menteng. Alasannya? S. Bagyo mengatakan bahwa ia belum puas dengan penampilan team PSSI sekarang ini. "Lagi pula sebutan Pembina Olahraga itu ruang lingkupnya luas. Sedang Pak Bardosono cuma membina sepakbola, thok". Akan Bardosono sendiri dalam menanggapi 'heboh' yang timbul, hanya mengatakan: "No Comment". Ia telah memilih jalan yang tepat. Toh, sebentar lagi orang juga akan lupa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus