TERPILIHNYA Ketua Umum PSSI, Bardosono sebagai Pembina Olahrga
Terbaik 1976 versi SIWO/PWI Jaya ternyata cukup mengundang heboh
Reaksi pertama keluar dari mulut Gubernur Ali Sadikin. "Saya
tidak mengerti, kenapa Bardosono bisa terpilih menjadi Pembina
Olahraga Terbaik", komentarnya di depan sejumlah wartawan di
Balaikota, Selasa 11 Januari pagi lalu.
Keheranan itu kembali dilontarkan Ali Sadikin di muka beberapa
anggota SIWO/PWI Jaya yang mencegatnya di kompleks olahraga
Ragunan, siangnya. "Jika saudara tanyakan pada saya, apakah
Bardosono pantas dipilih sebagai Pembina Olahraga Terbaik,
tanyakan dulu pada hati saudara sendiri adakah hal itu memang
pantas", ucap Ali Sadikin sambil menanyakan kriteria apa yang
dipakai SIWO/PWI Jaya dalam memilih Pembina Olahraga Terbaik
tersebut. Setelah dijelaskan persyaratannya bahwa yang berhak
dipilih sebagai pembina Olahraga Terbaik adalah seorang pelatih
atau pemikir yang memiliki prestasi dalam tahun 1976 dan
mengumpulkan suara terbanyak dari pemilih. Ali Sadikin spontan
menimbali: "Prestasi apa yang sudah diperbuat Bardosono?".
Suhu wawancara dengan cepat meDjadi hangat. Ketika wartawan yang
hadir mengutarakan prestasi Bardosono dalam menggairahkan
persepak-bolaan di Indonesia, dan makin sering diadakannya
pertandingan internasional selama kepengurusannya. Juga tak
kurang ditonjolkan 'keberhasilan' PSSI sebagai juara ke-dua
dalam turnamen Pre Olimpik, Pebruari tahun lalu. "Apakah hanya
runner up itu yang kita cari?", lanjut Ali Sadikin dengan nada
keras. Ia kemudian melanjutkan penilaian tentang makin seringnya
pertandingan internasional. Menurut Ali Sadikin, kenyataan itu
malah merusak kalender persepak-bolaan. "Lihat saja, kegiatan
kompetisi Persija jadi berantakan, garagara pemainnya dipakai
PSSI", tambahnya.
Dalam kesempatan itu, kembali Ali Sadikin mengungkapkan apa yang
didengarnya dari seorang wartawan di Balaikota. "Saya dengar
kalian 'diimingimingi' tiket ke Singapura untuk mengcover Pre
World Cup. Kalau cuma soal tiket, minta saja pada saya", kata
Ali Sadikin. Desas-desus itu dibantal oleh Ketua I SIWO/PWI
Jaya, Sumohadi Marsis. Tapi, "dengan terpilihnya Bardosono",
tambah Ali Sadikin, "orang tentu akan bertanya ini pasti ada
apa-apanya di SIWO. Saya juga berfikir demikian. Pokoknya
sekarang saya tidak percaya lagi pada SIWO/PWI Jaya". Atas
perbuatan itu, Ali Sadikin menilai SIWO/PWI Jaya tak lebih dari
badut-badut.
Ucapan Ali Sadikin tersebut tak kurang membuat SIWO/PWI Jaya
meriang. Lewat pernyataan yang ditanda-tangani oleh Kasim Aruan
dan Ganjar Ilyas selaku Ketua dan Sekretaris SIWO/PWI Jaya
tertanggal 12 Januari 1976, mereka menyesalkan komentar Ali
Sadikin tersebut. Karena dianggap mendiskreditkan hasil
pemilihan yang demokratis dan sah yang dilakukan oleh SIWO/PWI
Jaya. Tanggapan lainnya: SIWO/PWI Jaya sangat menyesalkan
komentar Gubernur Ali Sadikin yang tidak mencerminkan sikap
seorang pejabat tinggi dengan melancarkan tuduhan-tuduhan yang
berdasarkan keterangan-keterangan sambil lalu, dangkal, dan
emosionil.
Sehubungan dengan ucapan Ali Sadikin yang mengatakan SIWO/PWI
Jaya itu badut, agaknya pilihan SIWO/PWI Jaya atas Bardosono
patut juga dilihat dari kaca-mata pelawak. "Kalau Pak Bardosono
dipilih sebagai Pembina Olahraga Terbaik 1976, saya kira kurang
tepat", kata pelawak S. Bagyo yang hampir selalu menonton
pertandingan sepakbola di stadion utama Senayan maupun di
lapangan Persya, Menteng. Alasannya? S. Bagyo mengatakan bahwa
ia belum puas dengan penampilan team PSSI sekarang ini. "Lagi
pula sebutan Pembina Olahraga itu ruang lingkupnya luas. Sedang
Pak Bardosono cuma membina sepakbola, thok".
Akan Bardosono sendiri dalam menanggapi 'heboh' yang timbul,
hanya mengatakan: "No Comment". Ia telah memilih jalan yang
tepat. Toh, sebentar lagi orang juga akan lupa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini