Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

"Saya Berniat Revans"

Sadik algadri, 18, pejudo junior yang pernah dikalahkan oleh pejudo senior kelas menengah berniat untuk mengadakan revans.ia juga bermaksud memperkuat judoka indonesia ke kejuaraan judo asia 1978. (or)

25 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA ia tampil di tangga juara dalam Kejuaraan Judo Junior se-Jakarta 1975, dirinya termasuk orang yang mulai diperbincangkan di kalangan dunia beladiri itu, Ia diramalkan akan menjadi seorang judoka yang tangguh. Dan ambisinya untuk mencapai sesuatu yang lebih dari gelar juara junior kelihatan ada. Ia pernah berhadapan dengan pemain senior Kelas Menengah, Setia Dharma dalam Kejuaraan Terbuka 1975. Sekalipun berakhir dengan kekalahan dirinya. Tapi, "saya berniat untuk revans", kata Sadek Algadri. Niat itu bukan mustahil akan tercapai. Mengingat Sadek (tinggi 175 cm, berat 75 kg) cukup disiplin terhadap dirinya. Ia latihan dengan teratur tiga kali seminggu masing-masing untuk waktu 1« jam. Tapi tujuan Sadek bukan sekedar itu. Ia juga bermaksud memperkuat barisan judoka Indonesia ke Kejuaraan Judo Asia 1978. "Di kelas saya, lawan memang agak berat-berat. Tapi, mudah-mudahan saya berhasil", katanya kepada TEMPO. Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara, putera keluarga Hamid Alkadri. Seperti biasanya, anak bontot selalu mendapat perhatian lebih di lingkungan famili. Tak heran, masa kanak-kanak yang menyenangkan itu menyebabkan tubuhnya berkembang subur. "Dulu tubuh saya gemuk sekali, tidak sebanding dengan tinggi badan", tutur Sadek Algadri menceritakan masa lalunya. Dilahirkan di Jakarta, 4 April 1958, perkembangan fisiknya yang agak luar biasa itu bukan tak merepotkan dirinya. Ia sering cedera bila terjatuh. Tulangnya seperti rapuh. Menginjak usia ke tiga belas, Sadek mulai mencemaskan timbangan badannya yang sudah menunjukkan angka 75 kg. Ketika itu timbullah niatnya untuk mengurusin badannya. Lewat temannya, Muharam, ia segera berkenalan dengan olahraga beladiri judo. Pertimbangannya memilih judo - kemudian bergabung dengan klub Judo Waza asuhan Robert Judono -ternyata semula bukan karena dorongan hati kecil. Ia memilih itu hanya lantaran tempat latihannya cukup dekat dari rumahnya, di Jalan Sisingamangaraja Kebayoran Baru. Tapi setelah belajar judo, ia tampak kerasan dengan dunia olahraga pilihannya. Dua tahun kemudian, ia mengawali diri dalam Kejuaraan Judo SMP di arena Pekan Raya Jakarta. Hasilnya tak begitu mengecewakan. Ia meraih medali perak. Nopember lalu ia kembali mempertahankan gelar juara junior untuk tingkat Jakarta. Sekalipun persiapannya kali ini tak begitu sempurna. Mengingat turnamen diadakan berdekatan sekali dengan masa ujian sekolah. "Untunglah saya masih berhasil menjuarainya", lanjut Sadek dengan rendah hati. Yang diraih Sadek ternyat bukan hanya gelar juara. Ia sekaligus menamatkan pelajarannya pada SMA III Teladan Utama dalam jurusan Sosial. "Saya berniat untuk melanjutkan sekolah pada Fakultas Ekonomi", katanya. Ia menyenangi film--terutama film Amerika, musik pop, lenong Maupun lawakan Srimulat. Kegemarannya terhadap dunia seni itu memang tercermin dalam kamar tidurnya. Di situ ada tape deck, poster Steve McQueen, grup musik Black Sabbath. Dan Che Guevara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus