KETIKA ia tampil di tangga juara dalam Kejuaraan Judo Junior
se-Jakarta 1975, dirinya termasuk orang yang mulai
diperbincangkan di kalangan dunia beladiri itu, Ia diramalkan
akan menjadi seorang judoka yang tangguh. Dan ambisinya untuk
mencapai sesuatu yang lebih dari gelar juara junior kelihatan
ada. Ia pernah berhadapan dengan pemain senior Kelas Menengah,
Setia Dharma dalam Kejuaraan Terbuka 1975. Sekalipun berakhir
dengan kekalahan dirinya. Tapi, "saya berniat untuk revans",
kata Sadek Algadri.
Niat itu bukan mustahil akan tercapai. Mengingat Sadek (tinggi
175 cm, berat 75 kg) cukup disiplin terhadap dirinya. Ia latihan
dengan teratur tiga kali seminggu masing-masing untuk waktu 1«
jam. Tapi tujuan Sadek bukan sekedar itu. Ia juga bermaksud
memperkuat barisan judoka Indonesia ke Kejuaraan Judo Asia 1978.
"Di kelas saya, lawan memang agak berat-berat. Tapi,
mudah-mudahan saya berhasil", katanya kepada TEMPO.
Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara, putera keluarga
Hamid Alkadri. Seperti biasanya, anak bontot selalu mendapat
perhatian lebih di lingkungan famili. Tak heran, masa
kanak-kanak yang menyenangkan itu menyebabkan tubuhnya
berkembang subur.
"Dulu tubuh saya gemuk sekali, tidak sebanding dengan tinggi
badan", tutur Sadek Algadri menceritakan masa lalunya.
Dilahirkan di Jakarta, 4 April 1958, perkembangan fisiknya yang
agak luar biasa itu bukan tak merepotkan dirinya. Ia sering
cedera bila terjatuh. Tulangnya seperti rapuh. Menginjak usia ke
tiga belas, Sadek mulai mencemaskan timbangan badannya yang
sudah menunjukkan angka 75 kg. Ketika itu timbullah niatnya
untuk mengurusin badannya. Lewat temannya, Muharam, ia segera
berkenalan dengan olahraga beladiri judo. Pertimbangannya
memilih judo - kemudian bergabung dengan klub Judo Waza asuhan
Robert Judono -ternyata semula bukan karena dorongan hati kecil.
Ia memilih itu hanya lantaran tempat latihannya cukup dekat dari
rumahnya, di Jalan Sisingamangaraja Kebayoran Baru.
Tapi setelah belajar judo, ia tampak kerasan dengan dunia
olahraga pilihannya. Dua tahun kemudian, ia mengawali diri dalam
Kejuaraan Judo SMP di arena Pekan Raya Jakarta. Hasilnya tak
begitu mengecewakan. Ia meraih medali perak. Nopember lalu ia
kembali mempertahankan gelar juara junior untuk tingkat Jakarta.
Sekalipun persiapannya kali ini tak begitu sempurna. Mengingat
turnamen diadakan berdekatan sekali dengan masa ujian sekolah.
"Untunglah saya masih berhasil menjuarainya", lanjut Sadek
dengan rendah hati.
Yang diraih Sadek ternyat bukan hanya gelar juara. Ia sekaligus
menamatkan pelajarannya pada SMA III Teladan Utama dalam jurusan
Sosial. "Saya berniat untuk melanjutkan sekolah pada Fakultas
Ekonomi", katanya.
Ia menyenangi film--terutama film Amerika, musik pop, lenong
Maupun lawakan Srimulat. Kegemarannya terhadap dunia seni itu
memang tercermin dalam kamar tidurnya. Di situ ada tape deck,
poster Steve McQueen, grup musik Black Sabbath. Dan Che Guevara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini