TEAM Pre World Cup Indonesia te lah membayar mahal pertandingan
percobaan mereka dengan kesebelasan nasional Uni Soviet di
bawah umur 23 tahun dan BRNO, Cekoslowakia. Dalam pertarungan
pertama, di Stadion Utama, Senayan Jumat 10 Desember ketrampilan
menahan regu Uni Soviet dengan angka seri 0--0 dibayar
kesebelasan Pre World Cup lewat pengorbanan back kiri, Johannes
Auri. Ia menderita cedera patah tangan. Ketika menghadang
penyerang lawan dengan cegatan sling tackle. Menurut Auri,
sesudah tangan kanannya dioperasi dan dipasang pen, ia harus
istirahat selama 3 minggu untuk penyembuhan.
Terpancing Kasar
Turun tanpa Auri dalam menghadapi kesebelasan BRNO, apa yang
tersisa di lini pertahanan tak lain dari ketimpangan belaka.
Digesernya gelandang kiri, Suaeb Rizal untuk menggantikan posisi
lowong yang ditinggalkan Auri ternyata juga tak membantu banyak.
Suaeb Rizal yang sudah terbiasa bermain di sektor hadangan
pertama tampak kikuk ketika ia ditarik ke belakang. Ia kelihatan
lebih banyak bergerak ke dalam ketimbang mencegat lawan yang
menerobos dari sayap kanan.
Barulah sewaktu tempat barunya diserahkan kepada Wahyu
Hidayat--dan Suaeb Rizal ditarik kembali ke gelandang--terobosan
lawan mulai sedikit terhadang. Tapi ketika itu suhu permainan
sudah meningkat panas - Indonesia telah kebobolan 1--0 sebelum
jedah. Seperti biasanya, yang berantakan duluan adalah kerjasama
di garis pertahanan team Pre World Cup. Poros halang Oyong Liza,
yang biasanya dapat mengatur rapi kordinasi rekannya, kali ini
dengan cepat terpancing untuk bermain kasar. Lebih-lebih setelah
kapten regu, Iswadi Idris digotong ke luar lapangan. Akibat
sergapan keras gelandang kiri BRNO, Kotasek. Tulang scapula di
bagian pundaknya retak. Dan ia terpaksa harus istirahat total
selama I pekan.
Digotongnya Iswadi ke rumah sakit permainan yang ditinggalkannya
tampak semakin tak menentu. Sekalipun masih ada Anjas Asmara,
Junaedi Abdillah, Waskito, dan Ronny Pattinasarany, tapi
nama-nama senior ini tampak kurang mampu mengatasi keadaan.
Sementara permainan kian meningkat panas. Dan akhirnya
perkelahian pun tak terelakkan. Apa yang mungkin diharapkan dari
pemain yang sudah mencari kaki lawan? Tidak banyak, memang.
Apalagi team Pre World Cup telah ketinggalan 2 gol. Kalau saja
back kiri BRNO, Hamrik tidak menyentuh bola di area penalti,
barangkali kesebelasan Pre World Cup Indonesia sulit untuk
merubah keadaan menjadi 2-1. Kecuali dalam menghadapi Hajduk
Split, Yugoslavia. Team Pre World Cup menang 3-2. Juga lantaran
kesebelasan Hajduk Split bermain kurang bagus.
Akal Sehat
Meniiai sistim diagonal alias zig-zag yang dicoba Sinyo Aliandu
dan Tony Poganik atas team asuhan mereka, tampak penyesuaian
langgam permainan di antara pemain Pre World Cup menjadi kurang
mantap dibandingkan dengan penampilan masa lalu. Banyak
terobosan maupun operan yang patah di tengah perjalanan. Kalau
pun ada yang menemui bentuk, itu juga kurang mendapat
penyelesaian yang baik. Ketidak-mantapan penerapan sistim yang
dipakai team Pre World Cup ini tidak lepas tentunya dari
kemantapan kerjasama dan kondisi kesebelasan itu sendiri.
Padahal di antara pemain pelatnas Pre World Cup hanya back
kanan, Simson Rumah pasal yang mencatat itu. Sederhana, efisien,
dan tabah adalah ciri permainannya. Ia tidak takut pada
permainan keras lawan. Karena ia sendiri tidak pernah bermain
kotor. Sebagai muka baru dalam kebelasan nasional, Simson cukup
mencari hari depan yang cerah. Ia adalah contoh seorang pemain
yang emosinya tidak terpengaruh oleh suhu pertandingan.
Faktor itulah yang tidak merata di semua pemain. Bagaimana
mungkin diharapkan keutuhan suatu kesebelasan dengan kondisi
yang prima, jika emosi lebih banyak berbicara ketimbang akal
sehat. Lebih-lebih dalam turnamen yang menuntut mental baja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini