Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sakit Pekerjaan Sampai Lepra

Kongres perkumpulan ahli Dermato-Vereneologi Indonesia ke-III di Surabaya membahas A.L masalah penyakit kulit karena pekerjaan, penyakit gonorhoea dan penyakit kulit lainnya, seperti lepra. (ksh)

25 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG karyawan pabrik tiba-tiba pingsan, begitu ditempelkan pada kulitnya sejenis zat kimia. Mengapa? "Ia terlalu peka terhadap zat itu, hingga alergi", tukas dr. Moch. Ibeni lias dalam sebuah wawancara pers minggu lalu. Dan itu sebagian dari hasil survei yang dilakukan oleh beberapa ahli penyakit kulit & kelamin RS. Dr. Soetomo, Surabaya menjelang Kongres Perkumpulan Ahli Dermato-Vereneologi Indonesia (PADVI) ke III di Surabaya, 8- 12 Desember. Lantaran salah satu masalah yang dibahas dalam kongres itu adalah soal occupational dermatosis (penyakit kulit karena pekerjaan). Masalahnya, "pada sautu ketika karena dasar kepekaannya, seorang karyawan bisa mengidap penyakit kulit", tambah dr. Ibeni. "Semula beberapa perusahaan yang disurvei sangat takut", tambahnya pula. Karena mereka belum tahu apa maksudnya. Tapi, begitu terbukti seorang pingsan karena alergi terhadap sesuatu zat kimia berubahlah sikapnya. Malah berusaha membantu usaha survei itu. Zat kimia tadi hanya ditempelkan beberapa menit. Andaikata si karyawan bekerja di bagian itu, "kan mati konyol", tukas Ibeni sembari tertawa. Maka dalam pembukaan Kongres PADVI dr. Ibeni yang mengetuai panitia kongres menilai, meskipun nampaknya efeknya cuma begitu "tapi bisa mengganggu". Pada pembukaan kongres ini diundang Prof. K.E. Malten dari negeri Belanda - salah satu anggota Kontak Dermatosis di dunia, untuk ceramah soal penyakit karena pekerjaan. Kongres dihadiri sekurang-kurangnya 126 anggota PADVI dan 17 ahli penyakit kulit dari Amerika Serikat, Belgia, Jepang, Malaysia dan Belanda. Gonoru Topik tentang penyakit karena pekerjaan yang dipilih untuk dibahas dalam kongres - yang diselingi 2 diskusi panel tentang occupational dermatosis dan penyakit gonorrhoea - menurut Brigjen TNI dr. H.A. Hassan, Ketua PADVI Pusat, sesuai sekali. Sebab teknologi dan mobilitas penduduklah yang menjadi lantaran penyakit itu, urainya. Maka yang penting katanya adalah meminimalkan akibat tak menguntungkan dari modernisasi. Dr. Bachrawi Wongsokoesoemo, Dirjen Pencegahan & Pemberantasan Penyakit Menular yang membacakan pidato Menteri Kesehatan sependapat tentang pentingnya masalah penyakit kelamin dibicarakan. Sebab meski pemberantasan penyakit tersebut telah dimulai sejak tahun 1951, "ternyata cukup sukar dalam melaksanakannya", tukas Bachrawi. Masalahnya, penyakit kelamin tak semata-mata terdiri dari aspek medis, tapi "sebagian besar bahkan terdiri dari aspek non medis", katanya pula. Dari catatan Menteri Kesehatan, sipilis memang menunjuk tendensi menurun. Tapi, gonoru, yang sejak 1974 masuk kegiatan pemberantasan penyakit kelamin, "lebih sulit lagi karena cepatnya masa tunas penyakit ini", katanya. Di samping sukarnya menemukan sumber penularan dan adanya kuman-kuman yang kebal terhadap pengobatan. Steambath tersebar di mana-mana. Betulkah steambath dan semacamnya menjadi penyebab meningkatnya jumlah penderita penyakit ini? "Itu kan yang manifes saja", kata Ibeni, "apakah kalau steambath ditutup lantas mereka berhenti dari pekerjaannya melacur?", tambah Ibeni sembari tersenyum. Tentang penderita penyakit kelamin jika dilihat dari angka penderita yang berobat ke RS. Dr. Sutomo, Surabaya, agak menurun. Jika tahun 1974 jumlahnya sekitar 488 penderita - yang terdiri dari 328 laki-laki dan 160 perempuan, tahun 1975 menurun tinggal 219 laki-laki plus 87 perempuan. Tapi mungkin saja penurunan itu lantaran tarif berobat di RS Dr. Sutomo naik dari Rp 50 jadi Rp 150. Mungkinkah penyakit ini bisa diberantas lewat pendidikan seks? Gubernur Jawa Timur Soenandar nampaknya menyinggung kemungkinan itu, sebaai metode penanggulangan penyakit kelamin di kalangan remaja. "Cuma seyogyanya dapat dikembangkan melalui suatu penelaahan yang mendalam lebih dulu", katanya. Tidak boleh gegabah dan latah, hanya karena "negara-negara lain sudah melaksanakan", tambahnya. Sebab soal pendidikan seks ini nampaknya mengait beberapa faktor antara lain kondisi dan situasi daerah yang berbeda-beda. Juga soal agama. Diusir Camat Meski tak didiskusikan dalam kongres, jenis penyakit kulit yang banyak dibicarakan adalah lepra. Bahkan di antara ahli-ahli asing yang diundang, beberapa di antaranya ahli di bidang pemberantasan lepra. Memang ada kemajuan jika ditilik dari luasnya wilayah yang ditangani plus banyaknya penderita yang ditemukan. Jika awal pemberantasan penyakit lepra - tahun 1969 program ini meliputi 150 kabupaten dala 21 propinsi dan diketemukan 51.50 penderita, kini meningkat sampai meliputi 253 kabupaten dalam 26 propinsi dan diketemukan 101,828 penderita. Hasilnya memang ada. Sekurang-kurangnya tercatat adanya 1.115 penderita di Bali dan Maluku yang dinyatakan sembuh dan bebas dari pengawasan. Repotnya, seperti kata Bachrawi masih adanya "lepra-phobia" di kalangan masyarakat. Hingga banyak di antara penderita yang memberi alamat palsu. Di Jawa Timur saja menurut catatan dr. Ibeni Ilias, sekurang-kurangnya 400 di antara 4000 penderita yang memberi alamat palsu. Mengapa? "Takut diusir camat dan lurahnya" kata Ibeni. Memang masih ada pendapat di kalangan masyarakat, jika salah satu anggota keluarga kena lepra, yang lain tak laku kawin, tambahnya. Untuk menyelamatkan keluarga banyak penderita lepra ini yang terus menjadi gelandangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus