Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

"Sepak Bola adalah Hidup Saya"

29 Maret 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK hanya pemain berkulit gelap yang berseliweran di pertandingan 10 Besar Liga Indonesia, tapi juga atlet berkulit putih. Luciano Leandro, pemain asal Brasil berusia 32 tahun, tak hanya mencolok karena warna kulitnya berbeda dibandingkan dengan pemain asing lainnya, tapi juga karena bayarannya. Pemain berambut gondrong itu dibayar oleh klub Persija lebih dari US$ 5.000. Bahkan, selama musim kompetisi ini (Oktober 1998-April 1999), Luciano tinggal di apartemen mewah di Kuningan, Jakarta Selatan. Luciano memang pantas mendapat bayaran dan fasilitas memadai. Mantan pemain nasional di Brasil itu membawa klub PSM Ujungpandang melaju ke final dalam Liga Indonesia II pada 1996 dan ke semifinal dalam musim kompetisi berikutnya. Kini Persija juga menikmati permainan yang dibangun Luciano, yang menempatkan klub yang dijuluki Macan Kemayoran itu melaju ke babak semifinal. Empat tahun bermain di Indonesia membuat suami dari Denise Miranda Yasmin Gones dan ayah bagi Yasmin Gones Leandro, 3 tahun, itu sangat memahami karakter dan perkembangan pemain Indonesia. Katanya, rata-rata telah menunjukkan peningkatan. Cuma, jadwal pertandingan yang kacau membuat prestasi pemain nasional tersendat-sendat. "Percuma berlatih keras bila akhirnya tak bisa diaplikasikan lewat pertandingan," katanya. Teknik bermain pemain Indonesia juga sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Baik jurus menipu gerak lawan maupun pengambilan keputusan yang cepat untuk mengubah serangan sangat berkembang. Kalaupun ada yang kurang, itu adalah soal kemampuan fisik. Untuk seorang atlet, katanya, stamina harus dipacu setiap waktu dengan berlari atau kadang-kadang diselingi dengan berenang. Luciano mengenal sepak bola sejak berusia lima tahun. Minatnya pada bola bukan terjadi secara kebetulan. Di depan rumahnya di Macae, Rio de Jainero, terbentang lapangan sepak bola. Kakaknya, Clemilson Leandro, adalah pemain klub divisi I, Americano. Sebagai adik yang kerap diajari bermain sepak bola, Luciano sangat kagum kepada kakaknya. Pada usia 19 tahun, Luciano bergabung di klub Goitacaz, sebagai pemain tengah, dengan gaji US$ 1.500. Dari uang itulah ia membiayai kuliahnya. Namun sepak bola telanjur memikat. Setelah menyelesaikan studinya, Luciano malah bergabung di klub yang lebih besar, Bangu Atletico, pada 1994, dengan bayaran US$ 3.500 per bulan. "Sepak bola adalah hidup saya," kata sarjana diploma administrasi kolese Censista Caetano Dias, Brasil, ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus