DIA mondar-mandir tanpa arah di pinggir lapangan hijau Stadion
Utama Senayan sore itu. Sebentar-sebentar mengarahkan teropong
ke penonton di tribune. Lantas berdiri tegak dengan
tolak-pinggangnya yang khas. Kecuali para atlet sendiri, barang
kali tak ada lagi yang lebih bahagia dari Bob Hasan dalam
menyambut tumbangnya 6 rekor nasional dalam 2 hari invitasi
atletik ke SEA games (20-21 April).
Ketika lampu stadion sudah dipadamkan dan tak seorang penonton
pun yang tertinggal, ketua umum PB PASI itu masih betah melayani
pertanyaan wartawan di luar stadion. "Itu semua karena kerja
keras para atlet," katanya bersemangat.
Bob tidak berbasa-basi. Dibandingkan dengan pemusatan latihan
nasional sebelumnya, tim atletik sekarang ini mendapat porsi
latihan yang lebih keras. Sehari 2 kali latihan, pagi dan sore.
Dan ini menurut Bob hanya mungkin dengan sokongan gizi yang
cukup. Itulah sebabnya dia memesan makanan untuk tiap atlet
sejumlah 4.000 sampai 5.000 kalori per hari dari perusahan
katering. Lebih tinggi dari jauh yang diperoleh atlet cabang
lain di pelatnas yang sama.
Selain serba-kecukupan (termasuk video) yang disediakan tokoh
bisnis kayu itu, semangat tanding para adet memang tinggi. Sejak
mereka digembleng di Senayan, Januari lalu, Sirkuit Atletik
se-Jawa di Yogyakarta 26-27 Maret merupakan gelanggang
uji-coba mereka yang pertama. Di Yogya itu saja tercipta 4 rekor
nasional, masingmasing untuk sprint 100 m oleh Purnomo, lempar
cakram (Yuliana Effendi), lempar lembing (Frans Mahuse), dan
jalan cepat 10 km (Rahmat).
Sedang dalam invitasi di Senayan pekan lalu, ke-6 rekor yang
diperbarui itu adalah 100 m gawang putri oleh Widiastuti. Ia
mempertajam waktu 14,95 detik atas nama Irawaty Subiono menjadi
14,83 detik. Kuartet Rosa Erari, Martha Lekransy, Merry
Manuhutu, dan Emma Tahapari dalam 4 x 100 m estafet putri
berhasil memperbaiki catatan waktu dari 3 menit 51,89 menjadi 3
menit 51,19 detik.
Ice Louise Magdalena menyingkat catatan waktu Justina Rollin
untuk 10 km jalancepat dari 61 menit 45,10 menjadi 58 menit
56,69 detik. Kuartet Rosa Erari, Martha Lekransy, Emma
Tahapari, dan Henny Maspaitella mempertajam rekor 4 x 100 m
estafet putri yang lama atas nama Carolina Rieuwpassa, Merry
Rikumahu, Saptiani Suwondo, dan Audrey Syaranamual yang 48
detik menjadi 46,94 detik.
Sementara pejalan kaki Jamaluddin dari Gowa mencatat waktu 1 jam
39 menit 30,91 detik untuk 20 km dan menumbangkan rekor lama
atas nama Elbin Sinaga (1 jam 54 menit 16,67 detik). Dan yang
paling mengesankan, Yuliana Effendi, yang memecahkan lagi rekor
nasional lempar cakram yang diciptakannya di Yogya.dalam Sirkuit
se-Jawa dari 40,94 m menjadi 41,69 m. (Lihat box).
Sejak Bob Hasan memegang tampuk pimpinan induk organisasi
atletik 4 tahun yang lalu, prestasi pekan lalu itu cukup
melegakan. Boleh dikatakan belum ada dalam sejarah atletik dalam
20 hari terjadi 10 pemecahan rekor nasional. Tahun 1979
merupakan panen rekor terbesar. Tetapi sepanjang tahun itu hanya
17 rekor yang diperbaiki. Sementara tahun 1982 hanya
menghasilkan 5 rekor baru.
Yang paling alot untuk dipertajam kelihatannya adalah
nomor-nomor lintasan jarak menengah dan jauh. Rekor 800, 1.500,
5.000, 10.000 m dan marathon masih bertahan sampai 20 tahun.
Rupanya demam lari jalanan sekarang ini belum mampu menunjang
prestasi. "Kita memerlukan pelatih yang tangguh untuk
nomor-nomor itu. Tapi sabarlah," kata Bob berjanji.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini