LOGONYA memakai huruf American Ltypewriter bold. Halaman mukanya
memuat foto-foto berukuran besar di samping menempatkan peristiwa
hangat sebagai berita utama. Maka dengan tebal 8 halaman, The
Jakarta Post muncul, 25 April ini, menambah jumlah koran berbahasa
Inggris di Indonesia. Dengan menjanjikan a fresh, friendly,
entertaining modern journalism, seperti bunyi iklannya, ia akan
berebut pasar dengan Indonesian Observer dan The Indonesia Times.
Observer yang, sejak 1 April mengganti logonya mirip Bangkok
Post, sudah berumur 28 tahun. Sedang Times telah sejak 9 tahun
lalu beredar.
"Kami ingin membawakan suara Indonesia," kata Eric Samola, SH,
direktur utama PT Bina Media Tenggara, penerbitnya. Maksudnya,
katanya, The Jakarta Post aP) merupakan surat kabar yang
mengidentifikasikan suara Indonesia di ASEAN khususnya dan Asia
Tenggara umumnya. Suara JP, kata Samola lagi, bersifat bebas dan
tidak memihak golongan. "Juga tidak akan bersifat 'humas'," kata
Sbam Siagian, pemimpin redaksinya, menimpali. Sedang Amir Daud,
redaktur pelaksananya menegaskan, "tidak akan ada press release
yang dimuat."
Gagasan menerbitkan JP datang dari kalangan yang dekat dengan
pers yang menganggap perlu 'suara Indonesia' menyelusup ke
negara-negara ASEAN - yang selama ini belum tergarap koran sini
yang berbahasa Inggris. Sementara The Straits Times, terbitan
Singapura, makin luas pembacanya di sini.
Saham-saham perusahaan JP sebagian besar dipegang harian Suara
Karya dan Kompas. Selebihnya pada Sinar Harapan, majalah TEMPO,
Harmoko (diambil sebelum menjadi menteri penerangan), dan 10%
dicadangkan untuk karyawan. Susunan direksinya: Eric Samola
(dirut PT Grafiti Pers yang menerbitkan TEMPO) sebagai dirut dan
Sofyan Wanandi (Suara Ka1ya) serta Raymond Toruan (Kompas)
sebagai anggota.
Para pengasuh JP terhitung kawakan. Amir Daud, 55 tahun, baru
Maret lalu pensiun dari TEMPO. Enam tahun bekerja di majalah
berita tersebut, ia sebelumnya pernah di harian Pedoman, dan
menjadi koresponden kantor berita Jerman Barat, DPA.
Seperti halnya Amir Daud, Mohammad Chudori, juga baru saja
pensiun dari Antara, setelah bekerja di sana selama 25 tahun
terus menerus. Meski bekerja di kantor berita resmi pemerintah,
katanya, ia bukan "pegawai negeri atau anggota Korpri." Di JP,
jabatannya sebagai publisher, hari-hari ini masih sibuk
menyeleksi calon-calon wartawan dan karyawan. "Saya sedih meli
hat kenyataan bahwa sulit mencari tenagawartawan, apalagi
wartawan berbahasa Inggris," keluhnya. Dari 400 pelamar, yang
syaratnya antara lain harus sarjana dan bisa berbicara dan
menulis dalam bahasa Inggris, hanya 41 yang lolos dari
saringannya.
Sedang Sabam Siagian, sudah 10 tahun bekerja di Sinar Harapan,
hingga kini masih pembantu umum pada pemimpin redaksi di koran
tersebut. Pernah bekerja sebagai staf perwakilan tetap RI di
PBB, Siagian pada 1978-1979 mendapat tugas belajar di Niemann
Felloships for Journalism Harvard University. Ia merupakan
wartawan Indonesia pertama yang mengikuti program untuk para
redaktur di lembaga yang sudah berdiri sejak 1938 itu.
Sejumlah 15 tenaga sudah terkumpul di JP. Mereka pindahan dari
berbagai macam perusahaan pers. "Reporter kami bersifat
mengambang - tidak ngepos di kantor-kantor pemerintah," tutur
Abdullah Alamudi, koordinator reporter, yang pernah bekerja di
BBC di London. Menurut Alamudi, para reporter harus bekerja
lebih 10 jam sehari, dengan gaji minimal Rp 200.000.
JP diperkenalkan, seperti terlihat pada nomor perdana, dengan
ciri lain dari koran biasa: semua berita habis terbaca dalam
satu halaman - karena tidak ada berita yang bersambung ke
halaman lain. "Supaya uk merepotkan pembaca," kau Amir Daud.
Sejumlah kolomnis juga akan membantuJP. Disebut antara lain,
dari Dr. Panglaykim, Dr. T.B. Simatupang, Hadi Susastro sampai
Iwan Tirta.
Seberapa luas pasar koran domestik berbahasa Inggris masih tanda
tanya. Yang jelas, "kini pasar harus dibagi tiga," komentar R.P.
Hendro, pemimpin redaksi The Indonesia Times. Ia kurang yakinJP
mampu membuka pasaran ebih luas. Karena oplah korannya kini,
katanya, sudah menyerap 35.000-an pembaca. Tapi Chudori
menyatakan bahwa pasaran korannya, kaunya, akan meliputi
Singapura, Malaysia, Jepang dan Amerika. Optimistis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini