"SEANDAINYA Thomas Americo itu pisang goreng, kami telah
menawarkan harga mati Rp 30 juta. Siapa saja mau beli, silakan,"
kata Soegiono, Pimpinan Gajayana, sasana tempat Americo
bernaung. Calon pembelinya tidak banyak, tapi bukan tidak
berebutan. Namun sampai pekan lalu belum jelas siapa yang berhak
mempertandingkan Americo dengan juara dunia tinju kelas welter
Junior.
Pada mulanya promotor BB Boxing kemudian Yayasan Pemuda
Pembangunan Indonesia (YPPI) yang dikoordinasikan Menmud A.
Gafur, kembali BB Boxing bersama Herman Sarens Soediro, terakhir
Herman sendiri yang memakai nama promotor dari Satrya
Kinayungan.
Orang yang paling getol hendak mempromosikan Americo sebenarnya
Boy Bolang dari BB Boxing. Pihak lain semula muncul membantu
tapi kemudian mengambil alih hak BB Boxing. Promotor ini melihat
bisnis besar di sini, tapi tak punya modal besar. Menmud Urusan
Pemuda yang dimintakan bantuan, setelah mengumpulkan dana dari
beberapa pengusaha angkatan 66 lewat YPPI, ternyata hendak
mengambil alih hak BB Boxing. Muncullah tokoh olahraga berkuda
dari Satrya Kinayungan, Herman Sarens Sudiro, yang
memperkenalkan PT Aryo Seto kepada BB Boxing. Perusahaan milik
Sigit Soeharto ini bersedia menanggung pertandingan yang akan
memakan biaya Rp 300 juta ini.
Don King
Yakin bahwa urusan keuangan itu akan diberesi Herman di Jakarta,
Boy Bolang segera terbang ke AS dan merembukkan kontrak dengan
juara dunia. Aaron Pryor, Juara World (Boxing Associaton WBA),
yang dihubungi di Los Angeles, menuntut bayaran US $ 275.000
plus komisi US$ 25.000 untuk agennya. Ia memberikan waktu
pertandingan 3 Mei.
Sementara itu Saoul Mamby sudah terikat kontrak pertandingan 28
Mei dengan penantang pertama World Boxing Council (WBC),
Kimpuani. Namun "pihak Jakarta mendesak kami menghubungi Mamby,"
kata Thommy Djorghi, rekan Boy Bolang, yang barusan pulang dari
AS. Pihak KTI (Komisi Tinju Indonesia) memperkirakan Americo
akan lebih ringan menantang Mamby daripada Pryor.
Komunikasi Boy Bolang dengan Don King, promotor Mamby di New
York, menelurkan suatu persyaratan berat. Yaitu BB Boxing hatus
membayar US$ 310.000 untuk Mamby, US$ 40.000 guna membatalkan
kontraknya dengan Kimpuani, US$ 15.000 sebagai komisi agen
Mamby. Persyaratan yang disetujui Ketua WBC itu mewajibkan pula
Americo, jika menang, bertanding tiga kali berturut-turut dengan
lawan, bayaran dan waktu yang diatur oleh promotot Don King.
Tanpa menanyai lagi Boy Bolang, Ketua KTI Drs. R. Legowo
langsung mencabut rekomendasi/haknya bernegosiasi. Ia
memberikan lisensi sekaligus hak yang sama kepada herman Sarens
Sudiro segera setelah koran-koran Jakarta menyiarkan persyaratan
tadi, 6 Maret.
Legowo mengelak untuk diinterpiu TEMPO. Tentu saja tindakannya
mengherankan pihak BB Boxing."Pak Herman sebagai anggota
penasihat BB Boxing telah menohok kawan seiring," kata kalangan
BB Boxing.
"Tuhan tahu apakah saya telah bertindak unfair," ujar Herman
sehabis sembahyang umat pekan lalu. Ia sendiri memberi alasan
meninggalkan BB Boxing karena ada staf BB Boxing yang telah
"makan sendiri" sebagian uang yang dikeluarkan sponsor, antara
lain Rp 2 juta dari Rp 3 juta sebagai panjar pada petinju
Americo.
Dari pihak lain, TEMPO mendapat keterangan bahwa sebenarnya
Herman telah ditekan oleh beberapa pejabat dan tokoh olahraga
supaya jangan bekerjasama dengan Boy Bolang.
Sementara ini Herman sibuk mengurus persiapan di Jakarta. Sempat
ia "menghilang" sehingga pengusaha wanita Herlina Kassim
beberapa kali menghubungi Ketua KTI untuk menggantikan Herman.
"Anda tahu sendiri sebagai anggota ABRI, saya tidak bisa
sembarang pergi ke luar negeri tanpa izin Menhankam," kata
Herman, jenderal berbintang satu itu.
Herlina datang menawarkan sponsor, karena PT Aryo Seto
membatalkan kontraknya dengan BB Boxing (11 Maret). Tawaran itu
ditolak. Herman mengatakan ia sanggup mencari dana sendiri.
Sudah didapatnya surat Menmud A. Gafur yang menyatakan bersedia
ikut dalam panitia pertandingan Americo itu, asalkan tanpa Boy
Bolang.
"Bagaimana pun saya tidak memutuskan hubungan pribadi dengan Boy
Bolang. Kali ini dia gagal. Siapa tahu lain kali ia akan lebih
baik dari saya. Saya alan ajak dia kembali lagi ke Indonesia,"
tutur Herman, sebagaimana dijanjikannya juga kepada Nyonya
Bolang.
Lewat telepon, Boy Bolang mengaku dirinya sekarang "ditampung"
oleh perkumpulan Maesa New York. Ia masih mengadakan kontrak
dengan Don King dan manajer Aaron Pryor di Cincinnati. "Untuk
mempertemukan Americo dengan Mamby paling cepat 5-6 bulan lagi.
Pilihan tinggal pada Pryor," katanya.
Pihak sasana Gajayana Malang justru berpendapat sebaiknya
Americo menantang Pryor. "Thomas punya ausdauer tinggi. Kansnya
lebih besar menantang pednju jago KO lewat ronde ke-7. Sang Moo
Ko itu kan jago KO, dijatuhkan Thomas pada ronde ke-8," ujar Abu
Dori, pelatih teknik Americo.
Menurut Dori, justru lebih berat buat Americo menantang Mamby.
"Mamby itu petinju slow-starter, berotak, tekun, ulet dan mampu
bangun lagi kalau jatuh. Makin banyak ronde dilaluinya, ia makin
bernyala," komentarnya.
Saoul Mamby (33 tahun) memang berpengalaman. Untuk jadi
penantang juara dunia, ia 35 kali naik ring, dibanding dengan
Americo baru 7 kali. Pryor telah 27 kali bertanding dan menang
KO 25 kali.
Ada yang berpendapat Americo dan pengasuhnya terlalu memikirkan
uang Rp 30 juta. Bayaran sebesar itu agaknya akan jadi kejutan.
Sambil menanti hari pertandingan, Americo main film iklan obat
kuat dengan honor Rp 1 juta. Iseng saja. Ia tetap berlatih.
Bahkan manajernya, Harsono Puspoasmoro, sudah merencanakan
latihan khusus di luar sasana Gajayana. "Di suatu tempat
rahasia," ujar Abu Dori. Tentu saja sang petinju baru masuk
latihan khusus kalau sudah jelas siapa lawannya yang dikontrak.
Sementara itu Herman Sarens Soediro sampai awal pekan ini masih
terhalang berangkat ke AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini