Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Anak Angkat Itu, Si Pekelahi

Sekelumit tentang petinju francisco lisboa yang keluar sebagai juara dalam kejuaraan sarung tinju emas di denpasar. (or)

25 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FRANCISCO Lisboa Nrun ke gelanggang tinju baru 2 tahun. Pemegang piala Sarung Tinju Emas ini dikenal sebagai tukang berantem di desanya. Tiap ada perkelahian di Desa Markade biang keladinya pasti dia. Ulah "jagoan" ini sering mengundang pihak keamanan. Sekalipun belum sempat kena hukuman berupa penahanan. Pada suatu hari, Pangdam XVI Udayana, Brigjen Dading Kalbuadi, mengadakan kunjungan kerja ke Dili. Dalam peninjauan itu panglima mengikutsertakan pelatih tinju Daniel Bahari. "Si anak nakal" itu kemudian dicari dan ditemukan. Daniel Bahari menantang Lisboa berkelahi. A-nak Timor Timur itu menerima tantangan tadi. Perkelahian singkat, sekedar tuk mengetahui kemampuan si tukang bikin onar itu, berakhir dalam beberapa menit saja. Ketika masih berusia 15 tahun waktu itu Francisco Lisboa langsung diajak merantau ke Bali. Tantangan ini juga tidak ditampiknya. Karena memang sudah tak ada yang terlalu mengikat di kampung halamannya. Ketika berusia 4 tahun dia ditinggalkan ibunya yang berangkat ke Angola, Afrika. Dan pada usia 10 tahun dia rnenjadi anak yatim, karena ayahnya menyusul meninggal. Lisboa dan tiga saudaranya menumpang hidup pada pamannya. Di Denpasar dia tinggal bersama keluarga Pangdam XVI Udaya di Jalan Udayana No. 1. "Saya perlakukan dia sebagai anak sendiri," kata si ayah angkat, Dading Ralbuadi, orang nomor satu di Denpasar. Menurut cerita sang ayah angkat, Lisboa adalah anak yang lugu dan rajin. Di samping kegemarannya pada tinju, dia juga senang mereparasi mobil. Seleranya makan daging selangit. "Dia paling doyan makan guling," kata pelatihnya, Daniel Bahari. Pelatih yang hidup dari bisnis restoran ini punya jasa besar dalam membimbing naluri agresif Lisboa menjadi petinju tangguh. Latihannya keras. Acaranya padat. Pagi mulai pukul 6, berlangsung selama 3 jam. Acara yang sama diulangi lagi pada sore hari. Orang-orang kerap melihat Lisboa berlatih daya tahan dengan lari sambil membawa anjing herder. Pendidikannya, menurut pengakuannya, cuma sampai kelas 3 sekolah dasar. Tetapi tinggi badannya yang 178 cm dan bobot 67 kg, serta kemahirannya berkelahi memberi dia peluang untuk mengangkat nama daerahnya, Timor Timur. Dia tidak akan dikenal hanya sebagai "si tukang bikin ribut" di desanya. Tapi juga akan menunjukkan kepada orang, bahwa Timor Timur tidak hanya menghasilkan kepalan tinju Thoras Americo. Tapi buat dirinya sendiri yang paling penting naluri agresif untuk main pukul sudah tersalur baik dengan berkelahi secara kesatria di atas ring. Ketika ditanya apakah dia masih suka berkelahi? Jawabnya: "Jangankan memukul orang. Melihat orang yang dipukul saja kasihan," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus