TINGGAL sepekan lagi SEA Games XIII dibuka. Sebagian atlet dari delapan negara, termasuk Indonesia, sudah mulai berdatangan di Bangkok. Ibu kota Muangthai, berpenduduk sekitar 6 juta jiwa ini pun, kini, makin tampak sibuk menyambut penyelenggaraan Pekan Olah Raga Asia Tenggara yang untuk kelima kalinya dilaksanakan di negeri itu sejak 1959. Panitia Penyelenggara pesta olah raga yang akan dibuka Raja Muangthai, Bhumibol Adulyadej, itulah yang kelihatan paling sibuk merampungkan pelbagai fasilitas yang bakal digunakan pada pertandingan nanti. Maklum, sampai Sabtu pekan lalu, menurut wartawan TEMPO Yuli Ismartono dari Bangkok, belum semuanya gelanggang pertandingan siap untuk dipakai. Stadion Utama (untuk atletik dan sepak bola), masih tampak dipoles oleh beberapa pekerja, kendati sudah sekitar setahun stadion ini ditutup untuk perbaikan. Demikian juga kolam renang Hua Mark masih dalam proses penggantian ubin, ketika dijenguk wartawan TEMPO. "Beberapa perbaikan memang masih terus dilakukan dan kami berharap seluruhnya bisa selesai 30 November ini," kata Kolonel Chaeruk Arirajkaran, Sekretaris Komite Olimpiade Muangthai (OCT), badan yang mengawasi persiapan SEA Games itu. Ada lima lapangan pertandingan yang disiapkan untuk sekitar 2.800 atlet yang akan bertarung nanti. Semua tersebar di seputar Bangkok. Di antaranya, stadion utama dan kompleks olah raga Hua Mark, Bangkok Youth Center dan stadion Universitas Chulalongkorn. Dan sudah disiapkan sekitar 3.000 anggota panitia untuk melancarkan kegiatan di gelanggang-gelanggang itu. Pemerintah Muangthai mengerahkan tak hanya unsur pemerintah, tapi juga swasta, terutama perusahaan-perusahaan, untuk membantu penyelenggaraan SEA Games yang keseluruhan menyedot dana sekitar 55 juta Bath atau kira-kira Rp 2 milyar itu. Banyak soal, misalnya, terlambatnya: penyusunan jadwal acara pertandingan dan pengiriman formulir pendaftaran ke pelbagai negara peserta dihadapi oleh Panitia Penyelenggara. Tapi, satu masalah besar yang tampaknya dihadapi oleh pejabat-pejabat olah raga di Negerl Gajah ini ialah: bagaimana menaikkan prestasi atlet mereka di pekan olah raga yang di biayai dengan mahal itu, Sebab, bukan rahasia, dalam dua tahun terakhir ini prestasi itu memang sudah terlihat menurun. Terbukti, dalam SEA Games XII di Singapura, umpamanya, mereka sudah digeser Filipina dalam perolehan medali. Yakni, ketika mereka hanya memperoleh 49 emas, 40 perak, dan 38 perunggu. Itu berarti menurun dari perolehan di SEA Games sebelumnya 62 emas, 45 perak, dan 41 perunggu (1981) 52 emas, 42 perak, dan 25 perunggu (1979). Filipina menggeser Muangthai sebagai runner up dengan merebut 49 medali emas, 48 perak, dan 53 perunggu. Kini, sebagai tuan rumah, Muangthai, seperti dicetuskan Kolonel Chareuk, sudah menargetkan, "Minimal merebut kembali posisi kedua dalam perolehan medali" itu. Akan menerjunkan 474 atlet di semua cabang, "Kami akan berusaha keras menggeser Filipina kembali ke posisi ketiga seperti pada SEA Games 1979 dan 1981," kata Chareuk. Toh, ia terus terang menyebut "masih berat" untuk menumbangkan dominasi Indonesia dalam perolehan medali. Antara lain, karena dalam jumlah penduduk saja, katanya, Muangthai sudah kalah hanya sekitar 51 juta dibandingkan Indonesia sekitar 160 juta jiwa. "Juga dalam sistem pembinaan atlet, kami masih ketinggalan dari Indonesia," katanya. Pejabat olah raga Muangthai ini mungkin hanya merendah. Sebab, sudah lama setidak-tidaknya sejak mereka menyatakan siap menjadi tuan rumah SEA Games - menggantikan Brunei yang mengundurkan diri - tekad menjadi pengumpul medali terbanyak diam-diam dipatokkan oleh pejabat-pejabat oleh raga di sana. Dan ini mendapat dukungan luas dari pelbagai pihak, termasuk Raja Bhumibol. Malah, Raja sendiri pernah memanggil semua pimpinan cabang olah raga Muangthai dan meminta mereka bersatu padu untuk bisa merebut kehormatan sebagai pengumpul medali terbanyak di SEA Games XIII nanti. Besarnya perhatian Raja - tokoh yang paling dihormati di Muangthai - itu pula agaknya yang menyebabkan semua pihak di Bangkok saat ini berambisi agar atlet mereka bisa tampil sebagai kampiun. Dipelopori oleh surat kabar berbahasa Thai yang paling berpengaruh, Tha-rath, misalnya, ambisi tadi, antara lain, diperlihatkan oleh sejumlah perusahaan yang secara gotong royong mengumpulkan dana sebanyak Rp 750 juta buat mendukung persiapan kontingen Muangthai. Dana ini kemudian diserahkan kepada pimpinan 12 cabang olah raga: atletik, senam, tinju, angkat besi, sepak bola, selancar angin, tenis, balap sepeda, renang, basket, voli, dan sepak takraw. Dari 12 cabang ini, rupanya, kubu tuan rumah ini, seperti diharapkan para penyumbang dana, bakal bisa memperoleh sedikitnya sekitar 60 medali emas. Mampukah atlet-atlet Thai? Masih teka-teki. Yang jelas, dengan dukungan dana yang cukup, sejak beberapa waktu yang lalu, Muangthai sudah mendatangkan lima pelatih dari luar negeri. Di antaranya dari Rusia untuk angkat besi, dari AS untuk tenis, dan dari Jepang untuk voli. Dengan modal ini, ditambah dukungan fanatik penontonnya, atlet-atlet Muangthai tampaknya mau melumerkan ambisi Indonesia untuk mendominasi pekan olah raga Asia Tenggara di Bangkok itu, untuk kelima kalinya, sejak 1977. Marah Sakti Laporan Yuli Ismartono (Bangkok)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini