Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ancaman ketua dan surat larangan

Kejuaraan karate yang memperebuntukan piala bimasakti diawali dengan kesalah pahaman antara sejumlah tokoh pb forki, sehingga menjadikan pelaksanaan kejuaraan tersebut terganggu. (or)

2 Februari 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JENDERAL Rudini mulai repot mengurus karate. Ini terutama terlihat pada harihari menjelang kejuaraan memperebutkan plala Komite Nasional Piala Bimasakti (KNPB) di Jakarta. Kamis pekan lalu, tiga hari menjelang dimulainya kejuaraan yang disponsori oleh sejumlah tokoh Inkai (Institut Karatedo Indonesia), ketua umum PB FORKI (Federasi Olah Raga Karate Indonesia) yang baru terpilih Maret tahun lalu itu muncul di aula Ditjen Bea Cukai. Bukan cuma untuk ikut sarasehan karate yang memang sedang berlangsung di tempat itu, juga Rudini merasa perlu menjelaskan kebijaksanaannya sehubungan dengan kejuaraan Bimasakti itu. Maklum, sebelumnya Sabeth Muchsin, ketua penyelenggara kejuaraan, mengeluh tentang adanya usaha PB FORKI menggagalkan kegiatannya - yang "idenya" sebenarnya sudah disetujui Rudini, yang kini KSAD itu. Adalah Sabeth juga yang terang-terangan menuding PB FORKI, "secara sengaja" berusaha menghalang-halangi dan melarang pelaksanaan kegiatan KNPB. Sebagai contoh, ketua Dewan Guru Inkai itu menyebutkan beredarnya undangan PB FORKI kepada para anggota untuk acara sarasehan, yang waktunya bertepatan dengan hari dimulainya seminar KNPB. Karena itu, dia - juga karena tak mendapat rekomendasi dari PB FORKI - terpaksa membatalkan seminar KNPB. Adapun Rudini sendiri di depan peserta sarasehan tadi membantah semua tuduhan Sabeth. Ia mengatakan, tidak pernah memerintahkan untuk melarang seminar ataupun kejuaraan karate, sepanjang memenuhi aturan Anggaran Dasar FORKI. Dan khusus, tentang kejuaraan Piala Bimasakti, dia mengatakan, "Secara lisan ataupun tulisan, PB FORKI tidak pernah mengeluarkan larangan." Dengan nada keras, ketua umum FORKI itu menegaskan, ia tak segan-segan memecat stafnya, jika kelak terbukti mengeluarkan larangan seperti itu. Sejumlah wartawan tampak terkesiap ketika Rudini menegaskan ancamannya. Sebab, justru hari itu beberapa pimpinan perguruan telah menerima fotokopi larangan itu atas nama PB FORKI. Lewat sepucuk surat yang ditandatangani Sekjen Adam Saleh, PB FORKI melarang semua anggotanya ikut seminar atau kejuaraan Bimasakti. Tertanggal 22 Januari, surat itu malah disampaikan tindasannya ke Menpora dan Kapolri. Tak jelas apakah Rudini sudah tahu adanya surat Adam Saleh itu ketika dia mengeluarkan ancamannya. Yang pasti, dia bilang, "Bisa saja surat yang beredar itu palsu." Siapa tahu, katanya lagi, surat itu dibuat oleh orang-orang yang ingin ada perpecahan. Begitupun, ia berjanji akan meneliti hal itu. Sementara itu, kepada TEMPO, Adam Saleh tidak membantah adanya surat larangan tersebut. "Semata-mata, untuk mengamankan kebijaksanaan Pak Rudini. Prinsipnya, surat itu guna mencegah perpecahan di antara perkumpulan karate angggota FORKI," kata Adam Saleh. Maksudnya, surat tadi, sebenarnya merupakan semacam langkah preventif bagi 24 perkumpulan anggota FORKI di seluruh Indonesia, agar tidak baku hantam di sebuah kejuaraan yang peraturan pertandingannya tak seperti biasanya boleh memakai dua ketentuan yang ada: WUKO dan IAKF. WUKO (World Union Karate do Organization) dan IAKF (International Amateur Karate do Federation) adalah dua organisasi karate dunia yang mewadahi perkumpulan atau organisasi karate di pelbagai negara. Keduanya punya aturan pertandingan masing-masing. Di Indonesia, 23 dari 24 perguruan karate berkiblat pada WUKO. Hanya Inkai yang berkiblat pada IAKF. WUKO berdiri sejak 1970 dan bermarkas diJepang, sedangkan IAKF berdiri sejak 1972 dan berkantor pusat di Los Angeles, AS. Kedua organisasi itu sampai kini masih bertahan dengan pengikut masing-masing. Itulah sebabnya, organisasi karate ini sampai sekarang belum bisa diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC). Sudah dalam lima tahun terakhir ini kedua organisasi karate itu berusaha bersatu. Tapi, lewat pertemuan di Budapest, Hungaria, Maret 1984, usaha menyelesaikan pertikaian masih belum berhasil. Barangkali itu sebabnya, di Indonesia pun pertlkalan itu tetap tergambar lewat organisasi karate yang ada. Akibatnya, upaya menyatukannya dalam bentuk kejuaraan Bimasakti itu misalnya, seperti yang diniatkan Sabeth Muchsin, tetap penuh dengan hebohheboh tadi. Ternyata, kemudian, kejuaraan yang pertama kali diselenggarakan secara nasional Sabtu dan Minggu pekan lalu itu selesai tanpa ribut-ribut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus