Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukan Valentino Rossi, Marc Marquez, Jorge Lorenzo, atau Daniel Pedrosa. Peta persaingan MotoGP 2016 yang dimulai di Sirkuit Losail, Qatar, 20 Maret mendatang, boleh jadi akan berubah. Empat pembalap dari tim pabrikan yang merajai sirkuit selama bertahun-tahun itu bakal mendapat lawan tangguh dari tim gurem.
Pada tes pramusim hari pertama di Sirkuit Qatar, Rabu pekan lalu, misalnya, Marquez terlempar ke posisi ke-10 dari 23 pembalap. Pada tes sebelumnya, di Sirkuit Phillip Island, Australia, 19 Februari lalu, Lorenzo hanya berada di peringkat keempat, kalah oleh Maverick Vinales dari tim Suzuki Ecstar. Sedangkan Rossi menempati posisi keenam, tertinggal dari pembalap tim Avintia Racing, Hector Barbera.
"Persaingan akan berubah banyak," kata Lorenzo setelah melakukan tes pada hari terakhir di Phillip Island. "Terkadang kami unggul di beberapa sektor lintasan, tapi di sektor lain kami mengalami kesulitan."
Mengapa para pembalap yang hampir tak pernah kedengaran namanya itu tiba-tiba bisa menyodok ke papan atas MotoGP? Semua bermula dari Sirkuit Losail, 27 Maret tahun lalu. Saat itu enam petinggi Komisi Grand Prix—terdiri atas perwakilan Asosiasi Pabrikan Motor, Dorna (promotor balap sepeda motor MotoGP), dan Badan Balap Motor Dunia (FIM)—memperdebatkan penerapan electronic control unit (ECU) standar dalam balap MotoGP 2016.
Dua tim pabrikan, Honda dan Yamaha, berkeras tak mau menggunakan peranti elektronik standar seperti yang diusulkan Dorna. Honda dan Yamaha beralasan tak ada ECU standar yang mampu mengimbangi kecanggihan teknologi mesin mereka. Ini terbukti pada musim balap 2014. ECU standar pada tim non-pabrikan dengan mesin yang disuplai Honda atau Yamaha sering bermasalah, seperti salah membaca pergerakan sepeda motor saat memasuki tikungan.
Lobi pun digelar. Dorna, yang tak berkutik setelah disodori sejumlah data oleh dua pabrikan raksasa asal Jepang itu, melunak. Tiga tim pabrikan Yamaha, Honda, dan Ducati dipersilakan bekerja sama dengan Magneti Marelli, yang ditunjuk sebagai penyuplai peranti elektronik. Namun sikap promotor asal Spanyol itu tak berubah: tim pabrikan tetap harus menggunakan ECU yang sama seperti tim lain.
Usul Dorna itu akhirnya diterima Honda dan Yamaha. "Mungkin ini langkah mundur," ujar Carmelo Ezpeleta, Kepala Eksekutif Dorna, yang memimpin rapat. "Tapi kami percaya hal ini bisa membantu tim kecil agar lebih kompetitif."
ECU ibarat otak pada mesin. Peranti elektronik ini merupakan sebuah komputer kecil yang berfungsi mengatur performa mesin. ECU bertugas memberi perintah kapan api dipantikkan ke ruang bakar atau berapa banyak campuran bahan bakar serta udara yang harus dikeluarkan agar tenaga mesin lebih merata dan putarannya terjaga.
Pada sepeda motor MotoGP, tugas ECU lebih rumit. Selain mengatur pengapian, alat ini menjaga traksi ban pada aspal dan mengatur bagaimana tenaga mesin harus bereaksi saat motor masuk ataupun keluar dari tikungan. Dalam menjalankan tugasnya itu, ECU dibantu berbagai sensor, antara lain sensor akselerasi, sensor teleskopik, dan sensor giroskopik untuk membaca kemiringan sepeda motor saat menikung.
Aturan baru pemakaian ECU yang tak boleh diotak-atik untuk setiap tim pada musim balap tahun ini jelas menjadi mimpi buruk bagi tim pabrikan. Sebab, mereka tak lagi diperbolehkan menambahkan peranti lunak atau sensor bikinan sendiri. Padahal justru selama ini kedua hal itu yang menjadi senjata rahasia bagi tim pabrikan. Meskipun menyuplai mesin yang sama ke tim kelas kedua, mereka tak menyertakan peranti lunak beserta sensornya.
Contohnya torductor pada Honda RC213V tunggangan Marc Marquez dan Daniel Pedrosa. Teknologi sensor dan peranti lunak yang ditanam dalam ECU itu diyakini mampu menjaga torsi mesin saat menurunkan dan menaikkan transmisi ketika keluar-masuk tikungan. Tujuannya agar sepeda motor lebih mudah dikendalikan dan pembalap bisa mengambil sudut tikungan lebih presisi.
Pengamat MotoGP, David Emmet, mengatakan teknologi torductor terbukti mampu menyokong teknologi transmisi seamless gear box, yang menjadi pembicaraan hangat ketika Marquez menjadi juara dunia pada 2014. Torductor membuat pembakaran dalam mesin motor menjadi lebih sempurna.
"Saya tak mendengar suara ledakan dari knalpot RC213V yang disebabkan oleh bahan bakar berlebih dalam mesin ketika masuk dan keluar dari tikungan. Artinya, mesin motor melakukan pembakaran dengan sempurna," ucap Emmet. Teknologi rahasia seperti itulah yang membuat Honda dan Yamaha selama ini mendominasi setiap balapan di MotoGP.
Teknologi torductor bukannya tak boleh lagi digunakan oleh Honda. Teknologi itu tetap bisa digunakan, tapi dengan satu syarat: Honda harus membenamkannya ke dalam ECU standar MotoGP yang akan digunakan semua tim. Artinya, mereka harus membagi hasil risetnya dengan tim lain. Pilihan yang sulit bagi tim pabrikan.
Meski ikut merancang ECU untuk MotoGP 2016, Honda dan Yamaha diperkirakan tak sepenuhnya akan membagi teknologi mereka. Meski begitu, aturan tegas yang dikeluarkan Dorna cukup memberi dampak bagi tim gurem. Dalam latihan pramusim di Sirkuit Phillip Island itu, Maverick Vinales bahkan mencatat waktu tercepat 1 menit 29,131 detik. Pembalap Spanyol ini mencundangi rekan senegaranya, juara Grand Prix Australia tahun lalu, Marc Marquez. Pembalap tim Repsol Honda ini berada di peringkat kedua dengan waktu 1 menit 29,158 detik.
"Mengakhiri latihan resmi pramusim di posisi puncak membuat saya lebih percaya diri," ujar Vinales, yang mengendarai Suzuki GSX-RR. Bukan hanya Vinales, pembalap Inggris, Cal Crutchlow, juga membuat kejutan. Pembalap tim LCR dengan mesin Honda ini mencatat waktu terbaik ketiga dengan waktu 1 menit 29,348 detik.
Dua pembalap tim Octo Pramac Yakhnich, Danilo Petrucci dan Hector Barbera, juga tak kalah kencang dibanding Valentino Rossi, Marc Marquez, Jorge Lorenzo, ataupun Daniel Pedrosa. Sebelumnya, di Sirkuit Sepang, Malaysia, awal Februari lalu, mereka berhasil menyodok di posisi kedua dan ketiga.
Perubahan peta kekuatan ini disadari betul oleh Lorenzo dan Marquez. Persaingan antarpembalap bisa saja berubah pada setiap seri. "Saat ini kami masih sangat jauh dari yang kami harapkan, tapi untungnya ini masih berupa tes," kata Marquez, Rabu pekan lalu.
Bagi Hector Barbera dan para pembalap tim kecil lainnya, peraturan baru ini seperti angin segar dalam menatap musim kompetisi 2016. "ECU yang kami miliki tahun lalu jelas jauh tertinggal dari tim pabrikan," ucap Barbera. "Sekarang kami bisa bersaing dan menyetel motor lebih presisi di setiap tikungan."
Di Sirkuit Losail, angin perubahan itu dimulai.
Febriyan (Motogp, Crash, Motomatters, Autosport)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo