Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pebulu tangkis muda Muhammad Shohibul Fikri dan Bagas Maulana menjuarai All England 2022 di debutnya dalam turnamen berumur 123 tahun itu.
Bagas/Fikri mengalahkan ganda top dunia, seperti juara dunia asal Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, Kevin Sanjaya/Marcus Gideon, dan
Butuh jam terbang bertanding melawan pebulu tangkis top dunia agar dapat berada di level atas.
MUHAMMAD Shohibul Fikri, 22 tahun, melemparkan raketnya ke udara di Utilita Arena Birmingham, Inggris, pada Ahad, 20 Maret lalu, setelah menyaksikan smash pasangannya, Bagas Maulana, tak bisa dibendung Hendra Setiawan. Laga sesama Indonesia di final All England 2022 itu dimenangi oleh pemain ganda muda yang baru pertama kali berpartisipasi di turnamen berumur 123 tahun itu. “Saya memimpikan momen ini sejak usia sembilan tahun,” kata Fikri seperti dikutip dari situs web Bwfbadminton.com.
Didin Rahmat, ayah Fikri, menonton pertandingan itu bersama istri dan kedua anaknya di rumah mereka di Jalan Kebon Gedang, Kiaracondong, Kota Bandung. Didin yang guru olahraga di Sekolah Menengah Atas Negeri 23, Bandung, itu bercerita, Fikri berkenalan dengan bulu tangkis saat berusia 5 tahun. Kala itu, Fikri kerap diajak ibunya, Liadin, melihat kakaknya berlatih di Gedung Olahraga Jalan Lodaya. Di tempat itu Didin melatih anak berusia 10-11 tahun anggota klub Persatuan Bulu Tangkis Kota Bandung sampai saat ini.
Didin, 54 tahun, mulai melihat bakat Fikri pada usia 7-8 tahun. Dibandingkan dengan anak seusianya, pukulan Fikri dinilai lebih bagus. Fikri yang sudah menjadi anggota klub PB Kota Bandung itu kemudian mendapat tambahan latihan dari Didin setiap Sabtu. Sementara itu, untuk jadwal latihan klub setiap Selasa dan Kamis, Fikri berlatih bersama dengan kakaknya. “Hasilnya, sewaktu kelas V sekolah dasar, Fikri menjadi juara kedua di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Jawa Barat,” tutur Didin, bangga.
Ketika berada di kelas VII sekolah menengah pertama, Fikri pindah ke klub Sangkuriang Graha Sarana (SGS)-PLN Bandung, sampai sekarang. Sesi latihannya yang semula dilakukan di Gedung Olahraga Bandung kemudian pindah ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telkom. Berlatih di SGS-PLN selama empat tahun pertama, permainan Fikri meningkat. Yang pernah melatih Fikri di antaranya Bambang Saeful, Ujang Suherlan, dan M. Fadlan. “Pelatihnya selalu berganti dari awal sampai sekarang,” ujar Didin pada Kamis, 24 Maret lalu.
Awalnya, Didin tidak menyangka Fikri akan dikirim ke All England 2022. Pada Desember 2021, Fikri dipulangkan ke Bandung dan tinggal selama tiga minggu di rumahnya. Setelah itu, Fikri mendapat pesan segera kembali ke pelatnas untuk didaftarkan ikut All England. “Jangan malu-maluin, kalah-menang belakangan, yang penting bermain maksimal,” tutur Didin, mengulangi pesannya kepada Fikri. Setelah menjadi juara All England, kata Didin, ia memimpikan anaknya bisa menjadi juara Olimpiade.
Menurut Didin, Fikri lebih bagus di posisi depan net untuk memotong bola. Sementara itu, yang masih perlu ditingkatkan adalah smash yang belum keras. Solusinya adalah meningkatkan latihan untuk menguatkan otot tangan dan juga perut. Selain itu, Fikri masih perlu ketenangan dalam bermain. “Kecemasannya masih kelihatan dan masih suka rusuh (tidak tenang),” ucap Didin perihal karakter putranya yang kelahiran Bandung, Jawa Barat, 15 November 1999, itu.
Deris Maulana, 29 tahun, mengenal Fikri sejak di sekolah dasar. Pelatih di klub SGS-PLN itu mengatakan mental juara Fikri terbentuk sejak mengikuti kejuaraan antarpelajar dan menyabet gelar juara. Meskipun tak menangani Fikri secara langsung, sebagai koordinator lapangan kelas prestasi, Deris ikut memantau perkembangan Fikri. Kelebihannya dibanding yang lain, Fikri suka menambah sesi latihan di luar jadwal reguler. “Dia punya keinginan kuat untuk maju,” katanya, Jumat, 25 Maret lalu.
Deris tidak bisa menutupi rasa kecewanya ketika Bagas/Fikri langsung tumbang di babak pertama Swiss Terbuka pada 22 Maret lalu, setelah dikalahkan pasangan India Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty. Dia berharap ke depannya Bagas/Fikri tidak mudah hanyut dalam euforia juara, melainkan langsung menyiapkan kondisi fisik dan mental serta berfokus di kejuaraan berikutnya. “Jangan sampai kepercayaan publik ini hilang,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ganda Putra Indonesia Bagas Maulana (kiri) dan Muhammad Shohibul Fikri mengangkat trofi juara ganda putra All England di Utilita Arena Birmingham, Inggris, 20 Maret 2022. ANTARA/HO/PBSI-Badminton Photo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fikri mengakui ia sempat merasa grogi tampil di All England untuk pertama kalinya. Ia merasa terbebani secara mental untuk bersaing dengan pemain sekelas Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dan Hendra/Mohammad Ahsan. “Perjalanan kami masih panjang, ini masih awal,” ujar Fikri melalui pesan tertulis yang disampaikan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia. “Kami harus berlatih lebih giat lagi, semangat dan pantang menyerah. Harus konsisten menampilkan yang terbaik di setiap pertandingan,” tutur Fikri, Jumat, 25 Maret lalu.
Untuk bisa bersaing dengan pebulu tangkis top lain di ganda putra, Fikri mengaku bakal mengasah aspek teknik, mental, dan fisik. Ia mengaku masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi sehingga bisa menjadi pasangan ganda putra andalan Indonesia di masa depan. “Mungkin nanti pulang ke Indonesia kami akan diberi latihan yang cocok oleh pelatih kami untuk menutupi kekurangan kami,” kata Fikri.
Menjadi juara All England, Bagas mengaku masih belum percaya mampu mengalahkan para pemain seperti Hendra/Ahsan, Marcus/Kevin serta ganda putra juara dunia asal Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Menurut Bagas, ia pun masih berjuang untuk menjaga konsistensi agar bisa meraih hasil terbaik pada kejuaraan berlevel Super Series lain. “Kami perlu meningkatkan mental, fokus, dan power,” ujar Bagas melalui pesat tertulis, Rabu, 23 Maret lalu.
Atlet bulu tangkis kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, 20 Juli 1998, ini mengawali kecintaannya pada olahraga tepok bulu itu sejak usia 7 tahun. Awalnya, Bagas terjun di dunia bulu tangkis berkat arahan ayahnya, Rasijo. Kemudian, pada 2012, Bagas Maulana bergabung dengan Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum hingga sekarang. Setelah menjadi juara All England, Bagas lebih percaya diri untuk menembus peringkat ke-10 dunia. “Tahun ini target tembusnya,” tutur pebulu tangkis ganda putra peringkat ke-21 dunia itu.
Pelatih klub PB Djarum, Ade Lukas, adalah yang pertama menemukan bakat pemain berpostur 182 sentimeter tersebut. “Waktu itu ada kenalan pelatih asal Bekasi yang meminta saya untuk mengetes anak asuhnya,” kata Lukas saat dihubungi, Kamis, 24 Maret lalu. Lukas melihat potensi besar Bagas dari sisi postur tubuh dan kekuatan pukulan. “Bekal itu cocok untuk pemain belakang di ganda. Anaknya juga ngotot, jadi saya terima.”
Pendapat yang sama disampaikan oleh pelatih PB Djarum lain, Sigit Budiarto. Juara Dunia Ganda Putra 1997 ini pernah menangani Bagas ketika masuk kategori taruna sebelum lolos ke pelatnas Cipayung. “Posturnya sangat menunjang. Dia juga punya power yang cukup besar,” kata Sigit, Rabu, 23 Maret lalu. Menurut dia, salah satu bekal yang perlu dipertahankan Bagas untuk mencapai level top dunia adalah konsistensi. “Anaknya rajin. Program latihan apa pun yang diberikan dijalani.”
Pelatih ganda putra pelatnas Cipayung, Herry Iman Pierngadi, menyebutkan kualitas Bagas/Fikri belum selevel Kevin/Marcus, Ahsan/Hendra, ataupun Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang menjadi ganda utama. Menurut dia, Bagas/Fikri harus mengalahkan pemain top seperti dari Denmark, Taiwan, dan Malaysia untuk membuktikan mereka bisa berada di level atas. “Harus menghadapi semua pemain top dunia. Di All England baru sebagian,” ucap Herry, Rabu, 23 Maret lalu.
Saat ini, menurut Herry, regenerasi di sektor ganda putra telah berjalan baik. Selain Bagas/Fikri, masih ada Leo Rolly Carnando (20 tahun)/Daniel Marthin (20) yang berada di peringkat ke-23 dunia dan Pramudya Kusumawardhana (21)/Yerema Erich Yoche Yacob Rambitan (22) yang berada di peringkat ke-26 dunia. Kedua pasangan itu bisa menjadi pelapis yang potensial bagi ganda putra utama Kevin/Marcus dan Ahsan/Hendra.
IRSYAN HASYIM, ANWAR SISWADI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo