Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Regenerasi pemain badminton hanya mulus di sektor ganda putra.
Di tunggal putra tersendat, sementara pesaing terberat Indonesia mengandalkan pemain tunggal.
PBSI punya strategi dan rencana baru dalam regenerasi pemain. Apa itu?
KOK Daniel Marthin di depan net tak bisa dikembalikan pasangan Mohamed Abderrahime Belarbi/Adel Hamek. Poin untuk ganda putra tim badminton Indonesia di Piala Thomas 2020 itu menyudahi pertandingan Indonesia-Aljazair di Ceres Arena, Denmark, pada 10 Oktober lalu. Daniel, yang berpasangan dengan Leo Rolly Carnando, menang dua game langsung dan membukukan skor 5-0 atas Aljazair.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Legenda bulu tangkis Indonesia, Susy Susanti, menilai penampilan gemilang Daniel/Leo sebagai contoh berjalannya regenerasi di pemusatan latihan nasional di Cipayung, Jakarta Timur. Daniel/Leo adalah pasangan baru ganda putra Indonesia. Dua pemain 20 tahun ini pelapis ganda senior Kevin SanjayaSukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Susy, mantan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), mengatakan PBSI perlu menyiapkan regenerasi di sektor lain seperti yang sudah berjalan baik di nomor ganda putra. “Semoga sudah ada program menaikkan peringkat pemain muda kita agar bisa bersaing dengan pemain negara lain,” kata Susy pada Rabu, 20 Oktober lalu.
Menurut dia, peremajaan harus dilakukan agar Indonesia bisa mempertahankan Piala Thomas tahun depan. Pasangan Daniel/Leo, Susy menambahkan, adalah contoh bagus regenerasi yang berhasil. Keduanya juara dunia junior yang melesat menjadi pemain badminton elite kelas dunia. “Transisi junior ke senior amat penting,” tuturnya.
Meski Indonesia berhasil merebut kembali Piala Thomas setelah 19 tahun, Susy berharap induk organisasi badminton itu mulai membuat program untuk bisa mempertahankan lambang supremasi beregu putra tersebut. Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu memberi contoh persiapan di masa kepengurusan PBSI 2016-2020. Target persiapan pada waktu itu adalah mengembalikan Piala Thomas.
Salah satu persiapan PBSI adalah memasangkan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon pada akhir 2016. Di tunggal putra, PBSI juga mengorbitkan Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Ihsan Maulana Mustofa. Waktu itu mereka masih berusia di bawah 20 tahun. Mereka mendapat kesempatan bermain di berbagai ajang internasional untuk mendongkrak peringkat di Federasi Badminton Dunia (BWF).
Menurut Susy, persiapan itu membuat Indonesia menjadi unggulan pertama di Piala Thomas 2020. Sebagai unggulan utama, Indonesia terhindar dari pertemuan dengan pemain kuat negara lain di babak awal. Juara dua kali Piala Uber ini mewanti-wanti perihal kekuatan pemain badminton Cina, Jepang, dan Denmark yang melaju pesat.
Pemain tunggal tiga negara ini berusia muda. Pemain Cina, misalnya, berusia 21-23 tahun. Sedangkan usia termuda pemain tunggal Indonesia 24 tahun dan yang tertua 27 tahun. “Pemain pelapis kita, Chico Aura Dwi Wardoyo, sudah berusia 24 tahun,” ujar Susy. Cara mengorbitkan pemain muda adalah bersaing dalam banyak kejuaraan bulu tangkis dunia.
Dalam daftar nama pemain pelatnas tunggal putra yang tidak masuk tim Piala Thomas 2020, ada Ikhsan Leonardo Imanuel Rumba yang berumur 21 tahun, Karono (21), Yonathan Ramlie (20), dan Christian Adinata (20). Susy meminta PBSI memberi mereka kesempatan bermain di level internasional.
Ketua Harian Perhimpunan Bulu Tangkis Jaya Raya, Imelda Wiguna, sependapat dengan Susy. Ia menilai regenerasi di sektor ganda putra berjalan mulus. “Jam terbang itu penting dengan terus memperbaiki proses rekrutmen di pelatnas,” kata Imelda, yang membawa Indonesia meraih Piala Uber pada 1975.
Menurut Imelda, perekrutan pemain di pelatnas sebaiknya tidak didominasi satu atau dua klub. Imelda meminta pengurus PBSI lebih jeli memantau pemain muda berbakat dari semua klub yang tersebar di berbagai daerah. Kebiasaan PBSI hanya melihat klub besar membuat bakat tersembunyi di daerah tak muncul. “Mata kudu jeli dan obyektif,” ucapnya.
Imelda mempertanyakan penghapusan konsep seleksi nasional yang ia nilai bisa lebih obyektif menilai pemain yang lolos ke pelatnas Cipayung. Menurut dia, seleksi dengan mengadu pemain peringkat delapan besar nasional bisa membuat persaingan atlet muda lebih kompetitif. Ia menyebutkan pemain yang berada di posisi delapan besar telah teruji dengan mengikuti berbagai sirkuit nasional.
Latihan pagi hari Tim Thomas Indonesia, di Aarhus, Denmark, 6 Oktober 2021/Dok PBSI
Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, mengatakan timnya telah menyiapkan proses regenerasi untuk menggantikan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang sudah berusia 37 dan 34 tahun. Menurut dia, Kevin/Marcus dan Fajar/Rian masih bisa berada di posisi elite dunia beberapa tahun ke depan.
Untuk pelapis mereka, telah muncul Daniel/Leo, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri. "Sektor ganda putra sudah kami persiapkan regenerasinya," kata Herry, Jumat, 22 Oktober lalu.
Meski telah mampu bersaing dengan pemain negara lain, menurut pelatih berjulukan Naga Api ini, pemain pelapis perlu memperbanyak pengalaman. Menurut dia, pandemi Covid-19 membuat jadwal pertandingan minim sehingga jam terbang para pemain muda ikut terpengaruh. Herry menargetkan para atlet muda ini bertanding dengan pemain peringkat 10 besar dunia agar mendapatkan pengalaman dan menimba mental bertanding.
Menjawab segala saran itu, Ketua Umum PBSI Agung Firman Sampurna mengatakan akan merombak model evaluasi atlet pada masa kepengurusannya. Ia ingin menghilangkan model pemain idola pengurus. "Dulu ada beberapa pemain saya dengar malas-malasan. Tapi, karena dekat dengan pengurus, mereka bisa (tetap mengikuti pemusatan latihan nasional),” tutur Agung, yang juga Ketua Badan Pemeriksa Keuangan. “Di zaman saya enggak bisa. You tunjukkan, nanti dievaluasi.”
Agung pun membentuk tim evaluasi atlet dengan memperkerjakan para profesional. Ia menggunakan model sport science untuk memantau prestasi pemain di pelatnas. Ia antara lain melibatkan ahli ortopedi, bedah tulang, dan cedera dari Rumah Sakit Medistra, profesor Nicolaas C. Budhiparama. Ahli ortopedi ia bawa saat tim berlaga di Piala Sudirman, Piala Thomas, dan Piala Uber.
Namun tetap saja ada yang lolos. Agung mengatakan ada pemain badminton yang cedera tapi tetap diizinkan bermain. Ia berjanji mengevaluasi hal itu setelah euforia Piala Thomas reda. “Akan kami terapkan tata kelolanya agar mendapat informasi dan kepercayaan,” ucapnya.
Catatan Koreksi:
Artikel ini telah diubah pada 27 Oktober 2021 pukul 08.35 karena terdapat kesalahan penulisan nama lembaga dan orang. Di paragraf kedua terakhir tertulis: ...Rumah Sakit Siloam, profesor Yohannes. Semestinya: ...Rumah Sakit Medistra, profesor Nicolaas C.Budhiparama.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo