SEKARANG baru terungkap. Kekalahan beruntun yang diderita juara dunia Icuk Sugiarto bukan hanya karena dia kehilangan Pelatih Tahir Djide. Ternyata, perkawinannya dengan Nina Yaroh, 21, ikut menjatuhkan permainannya. Icuk, 22, memikul beban ke gelanggang pertandingan di mana saja, karena kedua orangtuanya tidak merestui perkawinan itu. Mereka menganggap pasangan pengantin itu masih terlalu muda. Tak banyak orang yang tahu, pernikahan Icuk dengan Nina Yaroh sudah berlangsung 5 Juli 1983. Setelah masa berpacaran lebih kurang tiga tahun. Mereka menikah sekitar dua bulan setelah Icuk berhasil merebut gelar juara dunia di Kopenhagen. Penyakit dari perkawinan yang tak direstui orangtua itu mengambil korbannya yang pertama dalam Kejuaraan Bulu Tangkis Indonesia Terbuka, Agustus tahun lalu. Nina Yaroh muncul di bangku pemain ketika itu. Tapi entah bagaimana penonton di Istora Senayan mengejek sang istri yang masih muda itu. Icuk panas hatinya. Dia membuang-buang bola hingga pemain muda RRC, Yang Yang, menaklukkannya. Sukses satu-satunya yang pernah dia capai sejak itu hanya ketika merebut gelar juara Belanda, akhir 1983. Pernikahan tanpa restu itu, menurut Icuk sendiri, terpaksa dia tempuh untuk menghindari pergunjingan orang. "Coba bayangkan," katanya kepada TEMPO, "seandainya saya membawa Nina ke Jakarta dan tidur satu kamar, 'kan akan menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Itulah alasan saya menikah dengan Nina, sekalipun tanpa restu dari orangtua saya," katanya mengenang. Perkawinannya dengan Nina, pemain bulu tangkis dari Medan yang dikenalnya ketika mengikuti kejurnas di Palembang 1980, berlangsung dengan sederhana di Medan. Hanya keluarga dekat yang hadir. Tetapi atas perbuatannya itu, menurut Icuk, dia sudah meminta maaf beberapa kali kepada orangtuanya di Solo. Tetapi sikap orangtuanya tidak surut-surut juga. Kerenggangan yang berkepanjangan itu kadang, menurut Icuk, membuat Nina punya perasaan tidak enak terhadap orangtua Icuk. "Kalau sudah begitu, Nina akan selalu sedih. Kalau dia sudah sedih, saya juga merasa sedih. Bagaimana bisa konsentrasi kalau pikiran sedang sedih." Keretakannya dengan orangtuanya itu terungkap setelah PBSI memperkenankan - Tahir Djide melatihnya menjelang Piala Thomas yang akan berlangsung 7-18 Mei mendatang di Kuala Lumpur. Icuk rupanya ingin bebas dari semua beban. Karena itu baik Tahir maupun pengurus PBSI menganjurkannya sowan dulu kepada orangtuanya sebelum benar-benar terjun dalam pelatnas Piala Thomas di Senayan yang dimulai awal April ini. Hari Selasa pekan lalu dia bersama Nina, yang hamil tiga bulan, terbang ke Solo. "Untuk meminta maaf dan mohon doa restu," katanya. Icuk mengaku sebagai anak tidak pernah berbuat salah. Kecuali perkawinan dengan Nina yang dia lakukan semata-mata untuk menghindari sas-sus orang banyak. Kediaman Nyonya Ciptaningsih Suhardjo, 43, ibu Icuk, kelihatannya tetap dingin. Di tembok ruang tamu memang bergantungan potret Icuk yang sedang menyabet bola. Juga potret sang juara dunia yang sedang bersalaman dengan Pak Harto. Tapi tak terlihat potret Icuk dan Nina Yaroh. "Nanti saja, setelah rampung pertandingan Thomas Cup, akan saya tumpahkan segala perasaan dan isi pikiranku mengenai Icuk," begitu Ciptaningsih berkata ketika ditanyakan komentarnya. "Saya khawatir komentar saya akan merisaukan pikiran Icuk," tuturnya pula. Tetapi sebagai orangtua, katanya, dia siang malam mendoakan Icuk berhasil di Piala Thomas nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini