Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Benar, Borg Yang Agung

Bjorn borg juara untuk kelima kalinya dalam turnamen wimbledon. ia menginginkan juara keenam kalinya. ny. evonne goolagong cawley, ibu rumah tangga, keluar sebagai juara, setelah mematahkan christ evert.

12 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH tetap gondrong dan kuru seperti greyhound (anjing pacuan), Bjotn Borg menjuarai Wimbledon lima kali berturut-turut. Dalam final ia mengalahkan John McEnroe dari Amerika Serikat dalam maraton set (1-6, 7-5, 6-3, 6-7 dan 8-6) yang menghabiskan waktu 3 jam 58 menit. Koran Sunday Telegraph di London menyebut pertarungan itu "terbesar sepanjang masa". Jauh lebih menegangkan dibandingkan partai final Stan Smith (AS) melawan Ilie Nastase (Rumania) di tahun 1972 yang juga berlangsung dalam lima set. "Saya kira inilah pertandingan saya yang paling besar," ujar Borg seusai turnamen akhir pekan lalu. "Saya bahkan masih belum percaya bahwa kemenangan itu telah saya rebut." Borg, 24 tahun, di Wimbledon juga mencetak rekor sebagai pemain yang memenangkan 35 pertandingan berturut-turut: Itu dicapainya sejak melewati babak penyisihan di tahun 1976 sampai ia merenggut gelar untuk ke-5 kalinya. Rod Laver dari Australia (32 kemenangan) memegang rekor itu sampai ia dikalahkan oleh pemain Inggris, Roger Taylor di tahun 1970. Laver adalah juara Wimbledon 2 kali (1968 dan 1969). Luar Biasa Borg, yang mengenal tenis sejak USid lima tahun, memang hebat di lapangan. Kelemahannya sedikit sekali. Antara lain, memukul bola mendatar, dan sesekali melakukan drop shot menyilang. Selebihnya hampir tanpa cela. Ia, menurut pelatih top Vic Braden, bisa menempatkan bola dengan pengembalian yang cepat dan pada posisi yang sukar diangkau. "Dalam melawan Borg bola rasanya begitu banyak dan bermunculan dengan cepat," komentar Brian Gottfried. "Itu sama halnya dengan kena tinju berkali-kali. Rasanya sakit dan akhirnya kita menjadi lelah dibuatnya." Gottfried dari AS, bukan pemain unggulan, dalam Wimbledon kemarin disisihkan oleh Borg di babak semifinal. Borg tak cuma trampil dalam soal teknis. Daya tahan fisiknya pun luar biasa. Denyut nadinya, waktu beristirahat, 38 kali dalam 1 menit--hampir separuh dari angka rata-rata (72 kali) orang normal. Artinya, kemampuan lorg melebihi umum. "Anda tak akan pernah tahu Borg sedang lelah atau bukan," kata McEnroe. Atlet yang juga mempunya denyut hampir sama dengan Borg adalah kampiun maraton dunia, Bill Rodgers dari AS. Vitas Gerulaitis dari AS mengungkapkan bahwa Borg--tinggi 180 cm dan berat 74 kg) bermain hampir tanpa emosi. "Ia bukan tak punya kelemahan itu," kata Gerulaitis, pemain unggulan ke-4 "Hanya saja ia bisa menutupinya dengan baik." Borg memang pemain sportif, dan hampir tak pernah memrotes keputusan wasit. "Ibu (Margareta Borg) telah mendidik saya bersopansantun dalam bermain," ujarnya. Kini dalam setiap pertandingan selalu membawa sekitar 30 raket, Borg dulu buruk perangai. Sampai suatu hari ia diskors oleh Persatuan Tenis Swedia dan ibunya. "Lima bulan saya diskors, dan selama itu pula raket saya digantung ibu di kamar kecil vang terkunci," kenang Borg. "Sejak itu saya tak pernah membuka mulut lagi di lapangan." Sejak melewati masa skorsing itu Porg melonjak cepat. Tahun 19717 ia terpilih memperkuat tim Piala Davis Swedia, dan sekaligus menjadi pemain termuda yang tampil dalam kompetisi perebutan lambang supremasi dunia tenis. Tiga musim kemudian ia menjuarai Turnamen Tenis Terbuka Prancis. Tahun 1976, kembali ia menjadi pemain termuda (dalam usia 20 tahun) di dunia yang merajai Wimbledon--kiblat pemain tenis sejagat. Di luar lapangan, Borg hidup bersama dengan Mariana Simionescu, pemain tenis putri Rumania. "Saya, menurut pengakuan Borg, adalah wanita pertama yang diajaknya berkencan," kata Simionescu. Kedua pasangan mudamudi ini menempati sebuah apartemen di Monte Carlo. Rupanya Borh menghindari pajak pendapatan di Swedia ang mencekik lehernya. Pasangan Borg-Simionescu juga menggaet uang. Borg, misalnya, menjual hal untuk memotret acara pernikahan mereka di Bukares, 21 Juli, kepada sebuah agen foto di Paris sebesar US$ 125.000 (Rp 78 juta). Belum terhitung persentase pemuatannya di media masa. Untuk menjaga pencurian pemotretan. emua tamu akan diminta supaya meninggalkan kamera di pintu masuk. Kewalahan Borg sudah mengeduk sekitar US$ 3,1 juta (Rp 2 milyar) dari lapangan tenis dan arena promosi sejak 1973. Ternyata ia masih kalah unggul dibanding McEnroe untuk pengumpulan nilai dalam Grand Prix tenis dunia. Borg menempati urutan kedua dengan angka 1215--berselisih 134 dengan McEnroe. Karena tahun lalu Borg gagal menjuarai Turnamen Tenis Terbuka Amerika Serikat, satu-satunya turnamen besar yang belum pernah dimenangkannya. Agustus depan, seusai berbulan madu, ia bertekad untuk merebut gelar kampiun dari AS tersebut. "Saya ingin menjadi pemain terbesar sepanjang masa. Karena itu saya pasti akan kembali ke Wimbledon tahun depan untuk mencoba menjadi juara keenam kalinya," kata Borg. Tekad itu tampaknya bukan mustahil. Borg yang dilatih Lennart Bergelin disiplin terhadap diri sendiri. Dalam menghadapi suatu turnamen ia tidur selama 9 jam sehari. "Agar tetap fit sepanjang kejuaraan," lanjutnya. Tapi seusai menerima piala kejuaraan akhir pekan lalu Borg berkata: "Saya akan mabuk malam ini." Dan ia merayakan kemenangkan itu bersama pacarnya, ibunya, dan ayahnya, Rune Borg bekas atlet tenis menjadi Swedia tahun 1960-an. Turnamen Wimbledon 1980 juga mengangkat harkat lawannya, McEnroe, 21 tahun, kampiun Turnamen Tenis Terbuka Amerika Serikat 1979. McEnroe, pemain kidal dari New York, diramalkan Borg akan menjadi penggantinya. Ia juga trampil seperti Borg. Hanya kalah pengalaman bertanding. "Saya merasa punya peluang bagu untuk menang setelah merebut set keempat. Tapi ia (Borg) bangkit lagi dan saya kewalahan melayani permainannya," kata McEnroe. Kelemahan McEnroe yang menyolok adalah sulit dalam mengembalikan pukulan lopspin. Dan konsentrasinya mudah pecah akibat teriakan penonton maupun teguran ofisialnya. Di bagian putri, Ny. Evonne Goolagong Cawley, 28 tahun, telah membuyarkan pasaran taruhan. Sebagai unggulan keempat dalam turnamen Wimbledon 1980, ia semula diperhitungkan bakal kesandung di semifinal. Ternyata ia mempecundangi unggulan kedua Tracy Austin dari AS, dan kemudian melaju ke final melalap Ny. Christ Evert Lloyd. "Saya mengetahui bahwa saya punya peluang menjadi juara jika bermain agresif," kata Evonne. "Memang itulah yang saya lakukan untuk menundukkan Christ." Pertarungan final Evonne-Christ merupakan ulangan perebutan gelar Wimbledon 1976. Evonne, juara Wimbledon 1971, selama 9 tahun terakhir hanya sempat 3 kali mencapai final (1972, 1975 dan 1976). "Tentu saja saya bosan menjadi runner-up," kata Evonne. Mengalahkan Christ dengan angka 6-1 dan 7-6, Evonne menjadi ibu pertama sejak tahun 1914 yang mampu merebut gelar jara. "Sehabis melahirkan Kelly (putri, berusia 3 tahun) saya berkeinginan untuk kembali ke tenis untuk menguji apakah dua kehidupan sekaligus dapat saya kerjakan," lanjutnya. "Dalam final Wimbledon kemarin kalau sampai terjadi rubber-set mungkin saya akan kalah" katanya lagi. "Saya tak akan tahan, terutama mental saya." Evonne yang lahir di Barellan, New South Wales, berdarah pribumi Australia. Pencari akat Victor A. Edwards menemuinya pada usia 13 tahun. Evonne cepat melonjak. Tapi Edwards melepaskannya ke gelanggang pertandingan 6 tahun kemudian, dan ia menjuarai Turnamen Tenis Terbuka Selandia Baru serta Tasmania. Tahun 1971 adalah tahun kejayaannya. Sebelum meratui Wimbledon, ia menjuarai Turnamen Tenis TerbuLI Prancis. Empat musim kemudian Evonne Cawley (nama ini diperolehnya setelah menikah dengan wargnegara Inggris, Roger Cawley) sudh mengantungi sekitar US$ 500.000 (Rp 300 juta) dari lapangan tenis. Prestasi Evonne sejak 1971 adalah dua kali juara dan tiga kali finalis Wimbledon, empat kali juara turnamen tenis Forest Hill, AS, serta tiga kali kampiun Turnamen Tenis Terbuka Australia. Christ mengakui kemantapan Evonne kali ini. "Untuk pertama kalinya ia bermain begitu bagus dan mantap. Biasanya ia hanya mampu memusatkan konsentrasinya untuk empat atau lima game saja setelah itu mengendur," kata Christ. Bagaimana dengan juara bertahan Martina Navratilova ? Pemain unggulan pertama turnamen Wimbledon 1980 ini anya mampu mencapai semifinal, dan dikalahkan oleh Christ.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus