Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berharap pada Mitos

Dalam pertandingan uji coba, Korea Selatan mencatat prestasi lumayan. Meluncurkah mereka ke babak kedua?

2 Juni 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PIALA Dunia belum dimulai, tapi tuan rumah Korea Selatan sudah merayakan pesta. Gara-garanya, tim Negeri Ginseng ini berhasil menahan Inggris 1-1 dalam pertandingan uji coba di Seogwipo, Selasa pekan silam. Optimisme segera membanjiri Tanah Semenanjung. Media massa dan pecandu sepak bola di negeri ini langsung berkoar: kinilah saatnya Korea Selatan masuk ke putaran 16 besar.

Sejuta harapan layak muncrat. Sebelumnya, dalam pertandingan uji coba di Busan, tim asuhan Guus Hiddink itu berhasil mengunyah tim Skotlandia dengan skor telak 4-1. Praktis, tim merah-biru ini tidak pernah kalah dalam tujuh pertandingan uji coba. Satu-satunya kekalahan yang mereka alami adalah saat dihantam Uruguay 0-1, beberapa waktu silam.

Rentetan kemenangan ini menjadi modal bagus buat Korea Selatan, yang selama ini selalu tenggelam di ajang Piala Dunia. Dalam lima kali tampil di perhelatan akbar ini, jangankan melenggang ke babak berikutnya, menang pun mereka tak pernah. Prestasi mereka masih jauh bila dibandingkan dengan negeri tetangganya, Korea Utara, yang berhasil meluncur ke babak perempat final pada Piala Dunia 1966 di Inggris.

Masyarakat Korea Selatan berharap banyak pada Guus Hiddink, pelatih asal Belanda. Tangannya adem. Ia berhasil membawa Tim Oranye Belanda bersinar cemerlang di Piala Dunia Prancis 1998 hingga ke babak semifinal. Hanya karena apes, mereka tunduk di tangan Brasil lewat adu penalti.

Hiddink menyadari betul tugas beratnya. Beruntung, bekas pelatih PSV Eindhoven ini memiliki materi pemain yang cukup. Salah satunya adalah Seol Ki-Hyeon, yang terus menunjukkan permainannya yang gemilang semenjak bergabung dengan klub Anderlecht, Belgia. Ki-Hyeon merupakan salah satu senjata untuk merobek pertahanan lawan. Pemain lainnya? Masih ada pemain tengah Yoo Sang-chul dan Hwang Sun-hong. Lini belakang pun cukup kuat dengan adanya Hong Myung-bo, yang kenyang pe-ngalaman.

Tapi sejauh ini sang pelatih belum puas. Meskipun bangsa ini dikenal punya stamina yang yahud gara-gara sering menenggak ginseng, justru soal daya tahan yang jadi masalah. "Saya ingin mereka memiliki stamina yang sama dengan tim Belanda saat Piala Dunia 1998," kata Hiddink.

Lawan yang bakal dihadapi Korea Selatan memang tidak ringan. Tim ini berada di satu grup dengan Portugal, Polandia, dan Amerika Serikat. Satu-satunya tim yang bisa diatasi tampaknya cuma Amerika Serikat. Dalam pertandingan uji coba, tim Amerika Serikat bisa mereka sikat 0-1.

Mau mengganyang Portugal? Wah, berat. Paling pol, anak-anak asuhan Hiddink menahan agar jumlah gol yang masuk ke gawang mereka tidak terlalu banyak. Menaklukkan Polandia? Repot juga. Hiddink sendiri tidak yakin. "Polandia merupakan tim yang cukup sulit dikalahkan," ujarnya.

Hanya, orang Korea Selatan percaya, faktor sebagai tuan rumah akan menolong tim nasional mereka. Bukan semata karena dukungan penonton, tapi gara-gara mitos. Sepanjang sejarah penyelenggaraan Piala Dunia, tim tuan rumah selalu ber-hasil melenggang ke babak kedua.

Tim Amerika Serikat termasuk yang menikmati mitos itu. Ketika menjadi tuan rumah pada Piala Dunia 1994, mereka lolos ke babak 16 besar. Saat itu Piala Dunia diikuti 24 peserta sehingga sebanyak empat peringkat ketiga terbaik bisa lolos ke babak berikutnya. Tim Amerika bisa memanfaatkan peluang ini.

Sekarang? Seperti Piala Dunia 1998, pesta sepak bola kali ini diikuti 32 peserta. Tidak satu pun peringkat ketiga diberi kesempatan melenggang ke babak kedua. Jatah ke 16 besar habis dibagi buat dua terbaik dari delapan grup yang ada.

Tipisnya peluang Korea Selatan lolos ke babak selanjutnya disadari oleh para penggede federasi sepak bola di sana. Karena itu, mereka menggenjot motivasi para pemainnya dengan fulus berlimpah. Tak tanggung-tanggung, mereka menjanjikan duit sebesar 433 ribu euro atau Rp 3,6 miliar untuk tiap pemain. Syaratnya, tim merah-biru menjadi juara. Janji bonus ini merupakan yang paling besar dibanding 31 peserta lainnya. Kalaupun cuma lolos ke babak 16 besar, mereka tetap mendapat bonus. Besarnya 86 ribu euro atau Rp 731 juta tiap pemain.

Pantas saja Ki-Hyeon dan kawan-kawan sangat bersemangat menggasak lawan kendati baru dalam pertandingan pemanasan.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus