Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Cepatnya Duit Berpindah Tangan

Piala Eropa menjadi ajang pesta para petaruh. Dari orang yang nongkrong di kafe sampai pedagang bakso berlomba menjajal keberuntungan.

21 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA di Kafe Black Canyon di kawasan Krekot, Jakarta Pusat, tak terlalu ramai. Keriuhan hanya muncul dari empat televisi 29 inci yang sedang menyiarkan partai Inggris melawan Swiss, Kamis malam pekan lalu. Beberapa tamu menyaksikan pertandingan dengan wajah tegang sambil terus-menerus memegang telepon genggamnya.

"Pasang Inggris voor satu," seorang lelaki tiba-tiba menelepon lewat handphone-nya dengan tergesa-gesa. Ia buru-buru mengubah taruhan begitu pemain muda Inggris, Wayne Rooney, mencetak gol pertama ke gawang Swiss. Tak lama kemudian giliran tamu lain yang mengangkat telepon genggamnya untuk memperbaiki taruhannya.

Begitulah cara orang bertaruh. Kafe hanya sebagai tempat nongkrong sambil menonton tayangan langsung. Sebab, sebetulnya ia bisa memasang taruhan dari mana saja, tinggal memencet telepon genggam.

Dalam taruhan jarak jauh ini, para petaruh dan bandar tidak saling kenal. Mereka hanya saling menyimpan nomor telepon genggam. Biasanya taruhan dimulai dari harga Rp 1 juta. "Kita menyebutnya seribu," kata Bobby, salah seorang tamu di kafe tersebut.

Sehari-hari bekerja sebagai staf sebuah perusahaan konsultan keuangan, Bobby mengaku kenal taruhan bola sejak kuliah di luar negeri. Sementara itu, bertaruh di Kafe Black Canyon baru dilakukannya sejak Piala Eropa 2000. "Taruhannya tidak terlalu besar. Kalau kalah, paling hanya sekitar Rp 5 juta," ujarnya.

Selain gampang, taruhan lewat telepon juga dinilai fleksibel. Sepanjang pertandingan, pemasang bisa memindahkan taruhannya untuk tim lain. Misalnya mereka semula menjagokan Swiss. Namun, kalau dalam pertandingan Inggris menunjukkan gelagat unggul, taruhan bisa langsung dipindahkan untuk Inggris. Taruhan dengan "sistem bola jalan" ini dihentikan oleh bandar saat memasuki menit ke-70. Ketika itu para petaruh tinggal pasrah dengan hasil akhir pertandingan. Jika menang, dua hari kemudian uang akan langsung masuk rekening dan pemenang tinggal melongok ke ATM terdekat. Sebaliknya, jika kalah, ia harus segera mentransfer uang kalau tidak ingin dibuang dari daftar petaruh.

Bandarnya sendiri berlapis-lapis. Uang taruhan dari para pemain seperti Bobby dikumpulkan oleh bandar kecil. Bandar kecil juga bermain di tingkat bandar besar untuk mengurangi risiko kekalahan yang lebih besar. Untuk tingkatan ini, uang yang dipertaruhkan bisa mencapai miliaran rupiah. Bandar besar di negeri ini jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Nah, mereka ini juga bermain di tingkat dunia melalui bandarnya di Singapura.

Tak hanya di Jakarta, sejumlah kafe di Surabaya juga sering dipakai tempat nongkrong para petaruh. Berbeda dengan Kafe Black Canyon, Kafe Scudetto di Surabaya malah selalu dipadati pengunjung saat pertandingan Piala Eropa ditayangkan. Ketika TEMPO mengunjunginya beberapa waktu lalu, tampak seorang perwira pertama polisi duduk di sebuah pojok. Dia pun biasa memasang taruhan. "Kalau ada turnamen seperti ini, pasang taruhan untuk tim-tim yang tak diunggulkan. Kamu pasti menang besar," katanya.

Sang polisi, sebut saja bernama Untung, memetik panen saat Senegal mengalahkan Prancis pada pembukaan Piala Dunia 2002. Dengan resep menjagokan tim underdog, ia pun mujur lagi ketika Yunani menggulung Portugal pada pembukaan Euro 2004 pekan lalu.

Untung mengaku sudah hampir empat tahun ini menggeluti judi. Jika dihitung-hitung, dalam dua tahun terakhir dia sudah memutar uang untuk taruhan sebesar Rp 1 miliar. Namun, ia tidak selalu beruntung. "Sepertiga dari jumlah itu ludes," tuturnya. Salah satunya, dia pernah kalah Rp 140 juta hanya dalam tempo tiga bulan. Dia juga berperan sebagai bandar kecil untuk orang-orang kampung di kawasan Ketintang, Surabaya.

Kendati tak selalu mujur, sang perwira bisa membangun rumah mewah di tengah Kota Surabaya senilai Rp 450 juta dari hasil taruhan. Panen besar didapatnya saat ada rangkaian turnamen seperti saat ini. Anehnya, dia masih bisa memberi nasihat agar jangan terjerumus judi bola. "Lingkarannya tak kalah menjerat seperti narkoba," ujarnya. Tapi, jika sudah telanjur terjerat, jangan tanggung-tanggung. "Jangan hanya jadi player, tapi juga jadilah broker," ujarnya.

Yang pasti, Untung tidak pernah khawatir digerebek aparat saat bertaruh. "Mereka kan teman-teman saya juga," katanya sambil tertawa. Saat menyaksikan pertandingan Portugal melawan Rusia, Kamis pekan lalu, Untung memasang taruhannya untuk Rusia. Sepanjang pertandingan, Untung tampak santai sambil menenggak minuman ringan bersoda, bahkan saat Rusia sudah tertinggal satu gol.

Namun, kali ini Untung kurang beruntung. Menjelang menit-menit akhir, serangan Rusia tak kunjung memberi hasil. Bahkan, semenit menjelang bubar, Portugal menambah golnya ke jala penjaga gawang Viatcheslav Malafeev dan membuat skor berubah 2-0. Untung pun langsung mengusap wajahnya. "Sampai ketemu lagi," ujarnya sambil berdiri meninggalkan kafe yang masih riuh-rendah.

Demam judi Piala Eropa bukan hanya merambah orang-orang berduit. Sutrisno, penjual bakso dorong di sekitar Jalan Pahlawan, Surabaya, pun mati-matian bertaruh untuk tim favoritnya, Inggris. Meski sehari paling banyak bisa membawa pulang uang Rp 200 ribu, soal bertaruh dia terbilang berani. Setiap malam uang Rp 100 ribu dia pertaruhkan untuk dua pertandingan.

Taruhan terbesar, Rp 200 ribu, ia pasang ketika Inggris melawan Prancis. Saat itu, hingga menit 90 pertandingan, ia sudah yakin membawa pulang uang Rp 200 ribu. Eh..., di tiga menit tambahan, otak tim Prancis, Zinedine Zidane, mencetak dua gol. "Modar (mati) aku," kata Sutrisno. Modal melayang dan, sesampai di rumah, dia pun kena damprat istrinya.

Agung Rulianto, Multazam, Agus Rahardjo, Sunudyantoro (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus