CLAUDIA Magani, 19, muncul di atas panggung. Mengenakan celana training spaak merah dan baju kaus T-Shirt putih, gadis berambut pendek ini berjalan dengan langkah tegap menuju barbel. Beratnya 40 kg. Dan Clauda sudah diumumkan akan mengangkat besi itu dengan angkatan clean and jerk. Tepuk tangan penonton di Aula B, Senayan, Jakarta, terdengar riuh, Kamis pekan lalu, menyambut kemunculan Claudia. Siswi kelas IV Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggaan (SMTK) itu seperti tak menggubris semua aplaus itu. Berdiri tenang, ia menggosok-gosok kedua tangannya sebelum kemudian berkonsentrasi sejenak sambil membungkukkan badan. Lalu, beberapa detik kemudian, hup, tangan Claudia bergerak cepat mengangkat barbel ke atas pundaknya. Agak oleng sedikit, ia kemudian berhasil meneruskan angkatan selanjutnya sampai seluruh barbel melewati kepalanya. Barbel baru dilepaskannya setelah ada tanda dari wasit, angkatan itu benar. Maka, sekali lagi, penonton bersorak-sorai menyambut keberhasilan Claudia. Termasuk yang paling gembira, Sinatra Kaeses, pelatih Claudia. Bekas Sekjen PABBSI ini bergegas saja menyongsong lifter barunya itu dan kemudian menggendongnya turun dari atas panggung. Penonton dan juga pengurus PABBSI (Persatuan Angkat Besi Binaraga dan Angkat Berat Seluruh Indonesia) agaknya tak salah bersukacita. Sebab, Claudia, yang besar di Jakarta, termasuk satu dari segelintir saja lifter wanita Indonesia yang untuk pertama kalinya dicoba dalam ekshibisi angkat besi di Senayan itu. Inilah yang pertama sejak 40 tahun usia PABBSI, wanita ditampilkan bertarung mengangkat besi di atas pentas. Dan selain Claudia memang tampak beberapa calon lifter yang potensial. Misalnya Pergunan Tarigan, sersan dua Polwan, yang sukses mengangkat barbel seberat 57,5 kg untuk angkatan snatch dan 70 kg untuk angkatan clean and jerk. Padahal, keduanya baru disiapkan dengan latihan seadanya dua tahun terakhir ini. "Saya memang sudah lama menyenangi olah raga ini," kata Claudia. Gadis yang punya berat badan sekitar 52 kg, dan biasa dipanggil dengan nama Aik, ini mengaku sudah mendapat izin dari orangtuanya untuk menekuni olah raga angkat besi. Bertubuh tinggi kekar, dengan kulit kuning langsat, Aik mengatakan tak takut tubuhnya jadi berotot seperti lelaki, jika terus menjadi lifter. "Saya tak takut badan saya jadi besar, malah kepingin kalau bisa begitu," ujar Aik. Malah ketika ditanya apakah pacarnya setuju dia menekuni olah raga berat ini, gadis ini menjawab dengan santai dan agak bergurau, "Pacar saya besi, kok jadi, ndak masalah." Pergunan Tarigan, yang biasa dipanggil Gun, seperti juga Aik, tak khawatir tubuhnya akan seperti lelaki, jika terus mengangkat barbel, nantinya. "Justru berat badan saya turun (dari 72 menjadi sekitar 66 kg) setelah berlatih angkat besi," kata Gun. Anak bungsu dari 5 bersaudara, pensiunan ABRI, itu sebelumnya adalah atlet lempar cakram. Tapi, karena prestasinya selalu di bawah juara nasional, Yuliana Effendi, ia lalu memutuskan untuk pindah saja ke olah raga angkat besi. "Saya sengaja mencari olah raga yang langka," kata Gun lagi. Dia mengatakan orangtuanya juga sudah setuju dia menjadi lifter. Cuma, saudara-saudaranya di kampung mereka di Tanah Karo, Sumatera Utara, belum setuju. Tapi, itu semua tak menghalanginya untuk mulai merintis karier di cabang baru ini. Itu jugalah yang mendorong dia jadi kelihatan bersemangat ikut ekshibisi kali ini. Apa komentar tokoh PABBSI? "Melihat hasil yang mereka capai, saya yakin lifter wanita kita akan bisa bersaing dengan lifter AS dan Eropa," kata Sinatra, pelatih Aik. Bekas lifter terkenal yang pernah memegang rekor dunia kelas 52 kg, Charlie Deptios, juga menilai memang lifter wanita yang muncul pertama kali itu punya harapan. Namun, dia mengingatkan agar latihan mereka diperkeras, agar kelak bisa bersaing dengan lifter Cina dan AS. "Kelemahan lifter wanita kita, biasanya, masih cengeng dalam berlatih," kata Charlie. Bagi Indonesia, olah raga ini memang terbilang baru. Maklum, Federasi Angkat Besi Dunia (IWF) sendiri baru meresmikan angkat besi wanita masuk sebagai anggota IWF, setelah Kongres mereka di Los Angeles, 1984. Dan baru setelah kejuaraan angkat besi yunior dunia yang diselenggarakan bersamaan dengan Kongres IWF, April 1986, di Jerman Barat, diputuskan untuk menyelenggarakan kejuaraan angkat besi dunia (wanita) pada November 1987 ini di Miami Beach, AS. Untuk menyambut kejuaraan ini agaknya PABBSI sampai perlu bersiap. Sejauh ini memang baru 13 lifter yang sempat dijajal dalam ekshibisi pertama. Sebenarnya, si, menurut salah seorang pengurus Pengda, cukup banyak potensi tersedia. Di Sum-Ut saja, misalnya, terdapat sedikitnya 25 lifter wanita, DKI (6), Jawa Barat (5), Riau (2), serta Bali dan Yogya masing-masing satu. Di antara mereka malah ada nama menarik. Misalnya Nyonya Sori Enda Nasution, istri lifter Sori Enda Nasution dari DKI dan juga Nyonya Maman Suryaman, istri lifter Maman Suryaman. Sayang, dalam kesempatan ekshibisi yang berjalan meriah kali ini kedua nyonya lifter terkenal itu belum bisa muncul di pentas. Walau begitu, lumayanlah. Kejuaraan nasional kali ini jadi berjalan ramai dan mungkin berkesan. Bukan saja karena adanya kejuaraan angkat besi wanita tadi. Tapi juga karena ada peristiwa penting lainnya setelah Kongres. Yaitu, bergantinya ketua umum dari K.R.M.H. Jonosewojo, yang sudah memimpin PABBSI sejak 1974, kepada ketua baru Bob Hassan (lihat: "Baru Kali ini Saya Merasakan Kesedihan").
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini