MULA-MULA berlari seperempat jam mengelilingi stadion. Diselingi istirahat, ia kadang-kadang menghabiskan waktu sampai empat jam di Stadion Gajayana, Malang, Jawa Timur. Barangkali itu sebabnya Yang Mangi Ratu, 78, badannya tetap sehat. "Saya selalu senam secara teratur," ucap kakek bekas atlet itu. Namun, lari sebagai olah raga murah untuk bikin tubuh segar -- tidak cuma dilakukan pensiunan Polri dan kakek atlet lari Jublina Mangi itu. Terutama di kota-kota besar, hampir di segenap pelosok dunia, bisa ditemui kelompok orang lagi jogging dengan serius. Kesadaran pentingnya tubuh yang fit telah muncul di mana-mana bagai sebuah kepercayaan baru. Di Amerika Serikat, media massa menjuluki histeria itu sebagai "gila kesegaran jasmani". Di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya, arus menyegarkan badan itu membangun gelombang pula. Dari yang serius sampai ke yang sedikit main-main. Pekan lalu, sebuah kumpulan anak remaja menyelenggarakan "Perlombaan Senam Discorobic" di lantai 7 Pasaraya Sarinah Jaya, Kebayoran Baru, Jakarta. Festival yang menghabiskan dana Rp 17 juta itu memperlombakan paket senam kesegaran jasmani, yang kini memang sedang digalakkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tapi ada juga yang lain: adu kreasi senam dan keindahan gerak, yang lebih condong ke goyang disko. Dan, Tinus Patiwael, juri yang didatangkan dari Direktorat Olah Raga Departemen P & K, pun kaget. "Umumnya, para peserta berasal dari sanggar yang lebih banyak hura-huranya," katanya. "Memang belum ada standardisasi gerakan senam, tapi 'kan bisa dibedakan mana gerak senam aerobik dan mana gerakan hura-hura." Namun, kegiatan remaja itu barangkali hanya atraksi kecil. Sebuah bagian dari kegiatan yang lebih serius. Di gedung yang sama, dua lantai di bawahnya, berdiri sebuah pusat kesegaran jasmani, "Total Fitness Centre, yang memiliki berbagai peralatan untuk latihan, sarana pijat, dan mandi uap. Fitness centre kini memang terdapat di hampir tiap pelosok kota. Biasanya, daerah perumahan baru tidak jarang dilengkapi sarana itu. Misalnya di kawasan perumahan Kelapa Gading, yang dikelola oleh Clark Hatch Physical Fitness Centres, yang mempunyai cabang di berbagai kota di beberapa negeri. Semua program latihan di tempat ini biasanya diawasi dengan ketat. Menurut Brian J. Billdt, pelatih, program kesegaran Jasmani yang dijalankannya meliputi empat kali lari dalam seminggu. Dua kali pagi dan dua kali sore. "Di samping itu, ada juga senam atau Jane Fonda Dance," katanya. "Setelah itu baru menggunakan beban dan alat lainnya." Di tempat latihan memang tampak 15 macam alat pembantu. Di antaranya sepeda statis, pemacu lari di tempat, alat tarik beban posisi duduk, dan berbagai ukuran barbel. Latihan di dalam ruangan, yang di mulai pukul 19.10 di Kelapa Gading itu, biasanya terasa sesak walau anggota yang ikut berlatih hanya 12 orang. Mereka, laki-laki dan perempuan, bergerak berdasar instruksi seorang asisten pelatih mengikuti irama rock. Gerakan ritmis yang ditingkahi loncatan itu berlangsung 30 menit. Setelah itu, para peserta menuju alat-alat yang sudah disediakan -- ada juga yang duduk saja ngos-ngosan kehabisan napas. "Kelemahan para pengikut di sini kurang disiplin," kata Brian dalam bahasa Indonesia yang patah-patah, "Baik disiplin kehadiran maupun disiplin makanan." Ini, menurut Brian, menimbulkan kesulitan pemeliharaan kesegaran jasmani para peserta, seperti terlihat dari hasil tes klinis yang dilakukan setiap 8-12 minggu. Benarkah program yang dijalankan Brian? "Yang ada sekarang hanyalah exercise centre, belum layak dinamakan fitness centre," ujar dr. Suhantoro, ahli kedokteran olah raga pada Kantor Wilayah Kesehatan DKI Jakarta, lembaga yang bertanggung jawab memberikan izin operasi pusat-pusat kesegaran jasmani di Jakarta. Menurut Suhantoro, pusat kesegaran jasmani harusnya menghitung derajat kesegaran jasmani setiap peserta secara individual. Dan untuk ini diperlukan program yang berbeda-beda. "Sekarang ini 'kan sama saja apa orang kantor, orang lapangan, pelajar, atau olahragawan," katanya. Lebih lanjut Suhantoro menjelaskan, sebelum latihan dimulai harus dilakukan pemeriksaan fisik, baik fungsional maupun laboratoris. "Sesudah dibuat diagnosa, baru disusun program latihannya," katanya. Pemeriksaan lalu dilakukan lagi setelah 6-12 minggu latihan. Diagnosa sekali lagi dibangun untuk melihat tingkat latihan, dan program baru dibuat berdasarkan diagnosa itu. "Begitu seterusnya," kata dokter itu lagi. Namun, tentu saja tak sedikit fitness centre yang memberikan catatan-catatan medis para anggotanya. Pada catatan Kantor Wilayah Departemen Kesehatan DKI Jakarta, jumlah pusat kesegaran jasmani memang melonjak terus. Mulanya, menurut Suhantoro, hanya beberapa perkumpulan tidak komersial. Lalu, di tahun 1979 terdaftar 5 pusat kesegaran jasmani. Tahun 1980 menjadi 10, dan tahun ini terdaftar 40 fitness centre. Pusat latihan untuk kesegaran jasmani semacam itu dengan cepat menyebar pula ke berbagai kota lain di Indonesia. Sclain di kota-kota di Jawa, juga di Sumatera, seperti di Siantar, Medan, Jambi, Palembang. Jumlah peminatnya sama saja dengan di Jakarta. Di Medan, pusat latihan itu mula-mula muncul di Hotel Tiara. Kini klub ini memiliki 700 anggota, 60% diantaranya pria. Tempat latihan di hotel berbintang empat tak kalah mewah dari tempat-tempat latihan di Jakarta. Maklum, pengelolanya juga sindikat Clark Hatch. Berdampingan dengan sarana olah raga lain, fitness centre Hotel Tiara memiliki 25 peralatan latihan dan dilengkapi stereo set. Pelatihnya juga orang asing: Ron Leland. Tak seperti di Jakarta, Clark Hatch Medan ini lepas tangan dalam urusan pemeriksa dan kesehatan. "Pemeriksaan kesehatan diserahkan pada dokter masing-masing," kata Ron, dalam bahasa Indonesia yang lancar, kepada Mukhsin Lubis dari TEMPO. "Mereka rata-rata 'kan punya dokter pribadi." Padahal, pemantauan medis merupakan bagian penting dalam pembinaan kesegaran jasmani. Seperti pendapat Suhantoro, dr. Sadoso, mengemukakan bahwa komponen kesegaran jasmani adalah: ketahanan jantung dan peredaran darah, kekuatan, ketahanan otot, dan kelenturan otot. Pengamatan kemampuan organ-organ tubuh ini tak bisa dilepaskan dari observasi dokter. Lalu, apa kriteria kesegaran jasmani itu "Penentuannya bisa sederhana," ujar Sadoso. Kesegaran jasmani dianggap baik, menurut dokter olah raga itu, apabila seseorang mampu melaksanakan tugas sehari-hari tanpa rasa lelah yang berlebihan. Di samping itu, juga masih mempunyai sisa tenaga untu keperluan mendadak dan waktu senggangnya. "Kalau kita kerja sampai pukul 4 sore dan sepulang di rumah hanya bisa membaca koran dan menonton televisi, itu tandanya jasmani kita tidak segar," katanya. Di masa kini, banyak orang tidak fit karena makin berkurangnya gerak dalam kehidupan sehari-hari. Selain organ tubuh menjadi tak terbiasa bergerak, lemak pun bertumpuk karena kurangnya pembakaran. Karena keadaan itulah muncul usaha menjaga kesegaran jasmani. Namun, menurut Sadoso, kadar latihan untuk menjaga kesegaran jasmani harus tepat. Terlampau sedikit akan percuma sementara terlampau banyak bisa berbahaya khususnya bagi mereka yang mengidap penyakit. Latihan yang sebaiknya, minimal tiga kali seminggu. Olah raga ini tak bisa disamakan dengan latihan olah raga untuk prestasi. Olah raga yang terbaik untuk membina kesegaran jasmani adalah olah raga aerobik. Lebih lanjut Sadoso menjelaskan, kondisi aerobik adalah keadaan ketika organ-organ tubuh memanfaatkan oksigen yang diserap dari luar. Menurut Sadoso, pada lima menit pertama gerak badan, organ tubuh masih berada pada kondisi an-aerobik. Artinya, tidak mendapat oksigen dari luar. Otot yang berkontraksi misalnya mendapat suplai oksigen dari dalam tubuh, karena energi yang didapat masih merupakan pemecahan biomekanis dari dalam badan sendiri. "Contoh ekstrem olah raga aerobik adalah lari maraton, dan olah raga anaerobik adalah lari 100 meter," ujar Sadoso. "Dalam kondisi aerobik, lebih banyak lemak yang terbakar," ujar Sadoso. Pembakaran ini terutama diperlukan bila terjadi penumpukan lemak dalam tubuh. Dihubungkan dengan penyakit, olah raga aerobik menghindarkan seseorang dari penyempitan pembuluh jantung akibat menumpuknya lemak di pembuluh itu. Menurut ahli gizi, Dr. Waluyo Soerjodibroto, jantung bisa dikatakan patokan dalam mengaitkan kesegaran jasmani dan kesehatan. "Dalam kondisi sehat, organ tubuh bekerja dengan normal bila tidak sehat, organ tubuh bekerja sebaliknya," katanya. Cara mengukur tak normalnya kerja organ tubuh yang paling sederhana, menurut dokter itu, adalah mengukur kerja organ tubuh yang terbatas kemampuannya, yaitu jantung. "Bisa dikatakan, jika jantung sehat jasmani juga sehat," katanya. Seperti pendapat Sadoso, Waluyo mengemukakan, di masa kini banyak orang menumpuk lemak dalam tubuhnya. Namun, penyebabnya tak cuma akibat kurangnya badan bergerak. Sebagian juga akibat kurangnya pengaturan komposisi gizi makanan. Menjaga kesegaran jasmani dengan olah raga, menurut ahli gizi itu, harus diikuti pengaturan kadar gizi. Makanan yang sehat menurut Waluyo mengandung: unsur tenaga (hidrat arang), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Komposisi ketiganya 60%-20%-20%. "Tapi bagi orang Indonesia, komposisinya bisa agak berbeda, karena kita kalau disuruh makan lemak 'kan sering merasa mual," kata Waluyo. Karena itu, dalam komposisi "makanan Indonesia" porsi hidrat arang dari jenis padi-padian menjadi lebih tinggi, sekitar 70%. Kadar proteinnya perlu sedikit diturunkan. Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Pepatah ini, menurut Sadoso ada betulnya karena mereka yang memiliki jasmani segar pada kenyataannya lebih bisa menghadapi stres dan mengurangi akibatnya. Jim Supangkat Laporan biro-biro
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini