Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bintang Terang Dunia Dina

Dina Asher-Smith menjadi pelari putri terbaik Inggris setelah membawa pulang satu medali emas dan dua medali perunggu dari Kejuaraan Dunia Atletik 2019. Primadona di dalam dan di luar lintasan lari.

12 Oktober 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pelari Inggris Dina Asher-Smith (kanan) saat bertanding di babak Final nomor lari 200 m Putri di ajang Kejuaraan Atletik Dunia di Doha, 2 Oktober.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DINA Asher-Smith berlatih lebih keras setahun terakhir ini. Pelari putri asal Inggris itu bertekad mematahkan catatan waktu terbaiknya di nomor lari 200 meter, 21,89 detik, yang dibuatnya di Kejuaraan Eropa di Jerman pada Agustus 2018. Catatan waktu itu mengantarnya menjadi juara Eropa sekaligus pemegang rekor nasional Inggris.

Berlaga di Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, Dina kembali tampil cemerlang. Dia yang pertama mencapai finis di final nomor 200 meter pada Rabu, 2 Oktober lalu. Rivalnya asal Amerika Serikat, Britanny Brown, menempati peringkat kedua; sementara pelari Swiss, Mujinga Kambundji, meraih medali perunggu.

Dina sempat merasa ada yang kurang kala melihat layar pencatat waktu. Terpampang angka 21,89 detik. Sama dengan rekor lamanya. “Itulah yang membuat selebrasiku awalnya agak sepi,” kata Dina seperti ditulis Telegraph pada Kamis, 10 Oktober lalu.

Dina bungah kala catatan waktunya di monitor berubah seperseratus detik lebih cepat menjadi 21,88 detik. Dia menjadi juara dunia dan mimpi mematahkan rekornya terwujud. “Aku tak pernah mengira bisa mendapatkannya,” ujar pelari 23 tahun tersebut. “Rasanya luar biasa, aku puas.”

Keberhasilan di Doha menjadi kemenangan perdana Dina dari tiga kejuaraan dunia yang telah diikutinya sejak 2013. Dina menjadi sprinter putri Inggris pertama yang meraih medali emas di kejuaraan dunia. Sebelumnya, di nomor sprint 100 meter, Dina merebut medali perak dengan catatan waktu 10,83 detik di belakang pelari Jamaika, Shelly-Ann Fraser-Pryce.

Bersama Daryll Neita, Asha Philip, dan Ashleigh Nelson, Dina juga meraih medali perak di nomor estafet 4 x 100 meter. Mereka membukukan catatan waktu 41,85 detik, tertinggal 0,41 detik dari tim Jamaika. Itu adalah catatan waktu terbaik tim estafet putri Inggris tahun ini.

Dengan hasil tersebut, Dina menjadi pelari putri Inggris pertama yang berhasil membawa pulang tiga medali dari satu kejuaraan dunia. Meski demikian, Dina mengatakan keberhasilan itu tak bergantung pada dirinya. “Kami melakukannya dengan fantastis. Ini adalah hasil kerja tim,” kata Dina seperti ditulis The Guardian.

Dina adalah pelari putri Inggris tercepat saat ini. Catatan waktu rata-rata terbaiknya untuk 10 lomba 100 meter adalah 10,89 detik. Tak ada pelari putri Inggris lain yang bisa berlari lebih cepat dari 11,05 detik. Catatan waktu terbaik pemegang rekor 200 meter sebelumnya, Kathy Cook, adalah 22,10 detik.

Atletik adalah dunia Dina. Lahir dan dibesarkan di Orpington, London tenggara, dia menjajal berbagai olahraga, dari berenang, menyelam, hingga hoki. Namun putri pasangan Julie dan Winston ini akhirnya jatuh cinta kepada atletik. “Aku melakukannya sejak usia delapan tahun,“ ujar Dina, yang mewarisi darah Jamaika dari kedua orang tuanya.

Dina kecil sebenarnya tak begitu menyukai atletik. Hanya diiming-imingi es krim, Dina akhirnya bisa dibujuk bergabung dengan klub atletik di Sekolah Dasar Perry Hall. Dia ternyata juga cakap dalam beberapa cabang atletik, seperti sprint, lempar lembing, dan lari gawang.

John Blackie, pelatih yang hingga kini tetap melatih Dina, yang menyadari kemampuan bocah itu dan memintanya bergabung dengan tim lari anak-anak di Bees Academy. Dina awalnya ditempatkan di tim lari lintas alam. Tampil baik di nomor lari jarak jauh, Dina direkrut BlackHeath and Bromley Harriers, salah satu klub lari tertua dan terkuat di Inggris.

Ternyata Dina bosan dengan lari lintas alam, yang membuatnya basah dan kedinginan. “Tiga kali ikut lomba lintas alam sudah cukup baginya dan dia memutuskan pindah ke lomba jarak pendek,” kata Teri Carty, pengelola klub atletik di Perry Hall.

Nama Dina mencorong saat bergabung dengan tim sekolah Newstead Wood. Dia memecahkan satu per satu rekor lari di tingkat sekolah menengah pertama. Salah satu catatan waktu terbaiknya adalah 39,16 detik dalam nomor lari jarak 300 meter ketika dia berusia 13 tahun.

Dalam kejuaraan nasional antarsekolah pada 2009, Dina menjadi sorotan. Saat itu Dina dan teman-temannya di tim Kent mengikuti lomba lari estafet 4 x 100 meter. Lomba itu menarik perhatian karena pelari terakhir Kent mendadak bisa ada di rombongan terdepan. Padahal pelari pertama mereka tertinggal saat melakukan start.

Jawabannya ada pada pelari kedua: Dina. Menerima tongkat tanpa melihat ke belakang, dia melesat untuk memperpendek jarak dengan para pesaingnya. Aksi Dina itu membantu timnya meraih medali perunggu. “Kami memilihnya menjadi pelari kedua karena bagian itu yang terpanjang,” ucap Sohie Ayre, rekan Dina yang kala itu menjadi pelari ketiga.

Kesibukan Dina berlomba sempat membuat ibunya khawatir terhadap pendidikannya. Ternyata Dina membuktikan bahwa menjadi atlet tak mengganggu kegiatan sekolahnya. Dia siswa terbaik di Newstead Wood. Dina lulus ujian untuk kuliah di bidang sejarah di King’s College London pada 2015, setahun setelah dia memenangi lomba lari nomor 100 meter di Kejuaraan Dunia Junior.

Pada tahun itu pula Dina mencetak rekor nasional Inggris di nomor 200 meter dalam kejuaraan dunia atletik pertamanya di Beijing. Dina pun sukses meraih medali perunggu di nomor lari estafet 4 x 100 meter di Olimpiade perdananya pada 2016. Setahun berselang, ia menyelesaikan kuliahnya. “Komitmennya pada lari dan akademik sangat luar biasa,” kata Lorraine Richards, pelatih di Perry Hall.

Dina sadar konsentrasinya bakal pecah jika terlalu sibuk memperhatikan media sosial. Seperti ditulisnya untuk Vogue, dia memilih mematikan semua notifikasi di akun-akun media sosialnya. “Aku jarang sekali memeriksanya,” kata Dina seperti dilaporkan The Independent pada September lalu.

Kesuksesan Dina sebagai atlet membuatnya menjadi selebritas. Namanya masuk daftar 30 tokoh berusia di bawah 30 tahun yang paling berpengaruh versi Forbes. Namanya juga ada di daftar 50 atlet paling modis di majalah Sports Illustrated. Wajahnya terpampang di majalah Elle, Stylist, dan Harrods.

Pada September 2018, Dina tampil di Paris Fashion Week menyandang karya Virgil Abloh. Dia memperhatikan betul penampilan dan riasan wajahnya sebelum berlomba. Menurut dia, sangat penting tampil sebaik mungkin dalam ajang bergengsi yang disaksikan jutaan orang.

Dina selalu senang diajak mengobrol dan kerap mengumbar senyum lebar di sela perlombaan. Dia senang membahas film Games of Thrones. Dia juga mengirim pesan dukungan untuk para korban topan di Bahama. Pelatih dan rekannya menilai Dina rendah hati. “Dia salah satu orang teramah yang kukenal di arena lari,” ujar Sophie Ayre.

Mantan juara dunia dan Olimpiade Jessica Ennis-Hill mengatakan masa depan Dina bakal cerah. Dia diprediksi merebut medali emas lebih banyak. Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang, menjadi salah satu peluang terbesar Dina.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA (THE GUARDIAN, THE INDEPENDENT, ATHLETIC WEEKLY, THE TELEGRAPH, THE MIRROR)


 

GERALDINA RACHEL ASHER-SMITH

Tempat dan tanggal lahir: Orpington, Inggris, 4 Desember 1995
Tinggi: 1,64 meter
Klub: BlackHeath and Bromley Harriers
Pelatih: John Blackie

Prestasi:
- Kejuaraan Eropa Junior 2013
- Medali emas nomor 200 meter dan estafet 4 x 100 meter
- Kejuaraan Dunia Junior 2014
- Medali emas nomor 100 meter

Kejuaraan Eropa 
- 2018 Medali emas nomor 100 meter, 200 meter, estafet 4 x 100 meter
- 2016 Medali emas nomor 200 meter
- Medali perak nomor estafet 4 x 100 meter

Kejuaraan Dunia
- 2019 Medali emas nomor 200 meter
- Medali perak nomor 100 meter dan estafet 4 x 100 meter
- 2017 Medali perak nomor estafet 4 x 100 meter
- 2013 Medali perunggu nomor estafet 4 x 100 meter

Olimpiade
- 2016 Medali perunggu nomor estafet 4 x 100 meter

Rekor waktu lari
- Nomor 60 meter: 7,08 detik (2015)
- Nomor 100 meter: 10,83 detik (rekor Inggris, 2019)
- Nomor 200 meter: 21,88 detik (rekor Inggris, 2019)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gabriel Wahyu Titiyoga

Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus