Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Target Besar Sepak Bola Amputasi

Tim nasional sepak bola amputasi lolos ke Piala Dunia 2022 di Turki pada Oktober. Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia menargetkan masuk sepuluh besar.

 

2 April 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Tim Nasional Sepak Bola Amputasi membuat sejarah dengan lolos ke Piala Dunia Sepak Bola Amputasi 2022 di Turki.

  • Persiapan selama lima bulan dalam keterbatasan anggaran dan fasilitas.

  • Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia menargetkan timnas berada di posisi 10 besar Piala Dunia 2022.

ADITYA, 24 tahun, tak menyangka Indonesia mampu membuat sejarah dengan lolos ke Piala Dunia Sepak Bola Amputasi 2022 yang akan digelar di Turki, 1-9 Oktober mendatang. Kapten tim nasional sepak bola amputasi (Garuda INAF) itu menyumbang satu gol dari kemenangan 3-0 Indonesia atas Malaysia di laga kedua Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Timur di Dhaka, Bangladesh, Ahad, 13 Maret lalu. Sehari sebelumnya, Aditya juga mencetak tiga gol dalam kemenangan telak 8-0 atas tuan rumah.

Garuda INAF memastikan tiket ke Piala Dunia Sepak Bola Amputasi 2022 karena menjadi runner-up grup meski kalah 0-2 dari Jepang pada pertandingan ketiga, Senin, 14 Maret lalu. Jepang, kata Aditya, tim terkuat karena pernah tampil di Piala Dunia Sepak Bola Amputasi. Sementara itu, Garuda INAF yang berada di bawah Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI) baru terbentuk pada 2018. “Saya berharap bisa menembus fase grup Piala Dunia Sepak Bola Amputasi,” kata Aditya saat ditemui di mes Garuda INAF di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin, 21 Maret lalu.

Aditya menjadi personel lini depan Garuda INAF bersama Agung Rizki Satria, 22 tahun. Agung menjadi pencetak gol terbanyak bagi Garuda INAF di Kualifikasi Piala Dunia Sepak Bola Amputasi itu. Dia menyumbangkan lima gol: 4 gol ke gawang Bangladesh dan 1 gol saat melawan Malaysia. “Aku biasanya bergantian dengan Agung di depan. Tapi kebanyakan aku yang membuka ruang buat dia,” tutur Aditya mengenai kerja samanya dengan Agung. “Tapi semua tergantung strategi dari pelatih,” ucapnya menambahkan.

Adit—sapaan akrab Aditya—bergabung dengan Garuda INAF setelah kehilangan kaki kanannya. Pemain yang pernah membela Persib Bandung U-17 di Piala Soeratin ini mengalami cedera patah tulang kaki kanan ketika memperkuat klub sepak bola Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dalam Torabika Campus Cup 2017. Saat itu dia turun sebagai penyerang. “Kejadian waktu itu ujung sepatu kiper menyodok betis saya sehingga tepat mengenai tulang kering,” ujar Adit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tim Nasional Sepak Bola Amputasi saat menghadapi Bangladesh dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Timur di Dhaka, Bangladesh, 12 Maret 2022/Dok PSAI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penanganan medis dan pengobatan alternatif sudah ia tempuh. Namun, karena tak kunjung sembuh dan terbatasnya dana, akhirnya Adit dibawa pulang ke rumah. “Kurang-lebih dua tahun saya di kamar saja rebahan. Ngerasain sakitnya yang belum juga ada tanda-tanda baik,” tutur Adit mengenang. “Akhirnya saya mikir, daripada cuma bisa diam aja, saya mengikuti saran dokter untuk mengamputasi kaki,” katanya.

Adit mengaku dukungan dari keluarga, teman, dan tekadnya membuat ia memutuskan melakukan amputasi. “Kalo dibilang sedih, sedih banget. Paling sedih pas mikirin bagaimana sama hobi main bola saya nanti,” ujarnya. Kaki kanan Adit diamputasi pada Maret 2019.

Adit mengaku bersyukur tetap bisa bermain sepak bola dengan satu kaki. Pemuda kelahiran Palembang, 15 Juni 1997, ini bercerita memiliki hobi bermain sepak bola sejak kecil. Pada saat berusia 17 tahun, Adit lolos seleksi Pendidikan dan Latihan Persib Bandung. “Saya bangga sih tetap bisa main bola,” ucapnya.

Jika Adit kehilangan kaki pada usia 22 tahun, Agung diamputasi kaki kanannya pada usia 7 tahun karena kecelakaan lalu lintas. Agung mengaku pada mulanya tak berniat membangun karier di sepak bola. Ia hanya memiliki hobi bermain bola karena rutin melihat teman sebayanya di Palembang bermain bola. “Pertama gabung Garuda INAF itu pada 2018 karena diajakin teman kuliah,” tuturnya. Agung menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Gunadarma.

Agung bercerita, karena berkaki satu ia hanya bisa menonton dari pinggir lapangan tanpa pernah diajak bergabung. Agung pun membujuk orang tuanya membelikan bola sepak. “Pas punya bola, kadang kalau teman-teman enggak punya bola pinjam punyaku dan diajakin main juga,” kata Agung, mengenang awal mula rutin bermain sepak bola. Seperti juga Adit dan pemain lain, Agung bertekad lolos dari fase grup di Piala Dunia Sepak Bola Amputasi. “Semoga bisa mewujudkan target dari PSAI,” ujarnya.

Setelah lolos ke Piala Dunia 2022, Agung berharap pemerintah lebih memperhatikan fasilitas bagi Garuda INAF. Ia pun berharap ada uji coba yang lebih banyak agar mampu bersaing dengan negara lain. “Semoga diberi fasilitas buat latihan yang lebih memadai. Biar enggak naik sepeda motor jauh lagi,” kata Agung. Untuk tampil di Kualifikasi Piala Dunia, tutur Agung, persiapannya hanya sebulan. Ia dan teman-teman harus naik sepeda motor sejauh 12 kilometer dari mes ke Lapangan Sepak Bola Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat.

Pemain Garuda INAF lain, Wanardi, punya cerita unik. Berbeda dengan Adit dan Agung yang punya dasar bermain sepak bola, Wanardi hanya penonton pertandingan sepak bola. Ia tidak bisa bermain bola karena kondisinya sebagai penyandang disabilitas (tunadaksa). Namun, sejak bergabung dengan Garuda INAF, ia rela berlatih dari nol, mengandalkan dua buah tongkat yang menopang badannya. “Pada 2018, saya ditawari gabung oleh Ketua PSAI. Saya kaget, apa bisa bermain bola dengan kondisi amputee?” ucapnya, Senin, 21 Maret lalu.

Ketua Umum PSAI Yudhi Yahya menyebutkan Garuda INAF akan melakukan persiapan dalam lima bulan ke depan untuk menghadapi Piala 2022. Ia mengaku telah menemui Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali untuk meminta fasilitas pendukung bagi persiapan timnas. Ia pun menargetkan Indonesia masuk sepuluh besar di Piala Dunia. “Kami akan terus melakukan pembinaan. Target bisa sepuluh besar,” kata Yudhi, Senin, 21 Maret lalu.

Pelatih Kepala Garuda INAF Muhammad Syafei bercerita perjuangan skuadnya tidak mudah hingga bisa lolos ke Piala Dunia sepak bola amputasi. Menurut dia, para pemain telah menjalankan taktik secara maksimal hingga meraih kemenangan atas Bangladesh dan Malaysia. Selanjutnya, Syafei bakal menyiapkan taktik dan strategi yang tepat untuk bisa bersaing di Piala Dunia. “Yang jelas kami akan terus mematangkan persiapan. Semoga kami bisa melanjutkan prestasi di Piala Dunia,” tutur Syafei, Senin, 21 Maret lalu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus