Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Boikot ? Boikot ?

Utusan carter ke negara-negara afrika untuk memboikot olimpiade moskow. indonesia, tergantung pada sikap pemerintah.(or)

16 Februari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA tidak lagi menari-nari mengitari musuhnya di atas ring. Tapi ia tetap tampil dengan mulut besar, terakhir ini dalam misi istimewa untuk memboikot Olympiade Moskow. Muhammad Ali, petinju yang selalu mengaku sebagai The Greatest, pekan lalu melakukan perjalanan ke berbagai negara Afrika. Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, mengutusnya ke sana untuk membujuk bangsa kulit hitam supaya ikut memboikot Olympiade Moskow. Carter tampaknya ingin memakai ketenaran Ali untuk mencari pendukung. Tapi selama kampanyenya di Nairobi, Tanzania Ali terpojok oleh pertanyaan wartawan. Ia tidak mengetahui bahwa dulu AS tidak ikut memboikot Olympiade Montreal 1976, ketika sejumlah negara Afrika memprotes partisipasi Selandia Baru yang masih berhubungan dengan rezim rasialis Afrika Selatan. Lagi pula, sambung para wartawan, Uni Sovietlah yang selama ini selalu membantu perjuangan kemerdekaan banyak negara Afrika. "Kalau saya mengetahuinya sebelum berangkat, tentu saya tidak akan datang ke sini," jawah Ali. Namun Ali berani mengecam keduanya -- Soviet dan AS -- sebagai bangsa kulit putih yang paling brengsek. "Kalau keduanya bertarung, maka kita bangsa kulit hitam ini akan terinjak di tengahnya," sebutnya. Karena menyadari pengaruh Ali yang kuat di Afrika, Gedung Putih tampak menahan diri. "Ia melakukan pekerjaan terbaik," komentar Jody Powell, jurubicara Gedung Putih. "Itu kan hanya gaya dia saja. Tunggu dulu sampai dia menyelesaikan misinya sebelum memberi penilaian." Di Tanzania, Presiden Dr. Julius Nyerere, menolak bertemu dengan Ali. Konon Nyerere tersinggung karena Carter hanya mengirimkan "diplomat" sekaliber Ali untuk merundingkan sikap politik. Tapi di Kenya, yang pro-boikot, Ali diterima sendiri oleh Presiden Daniel Arap Moi. Sementara di Lagos, Nigeria, yang menolak usul boikot Carter, sekelompok mahasiswa berdemonstrasi memprotes kunjungan Ali ke negara tersebut. Batas waktu 20 Februari yang diberikan AS kepada Soviet agar menarik mundur pasukannya dari Afghanistan sudah dekat. Kalau tidak, boikotnya akan berlaku. Tapi AS masih belum bulat menerima dukungan sekutunya. Di kubu Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC) yang beranggotakan 9 negara, masih sulit dicapai kata sepakat. Pemerintah Inggris terpaksa menekan para atlet untuk tidak pergi ke Moskow. Juga Prancis menyuruh atletnya tetap tinggal sekalipun pendapat umum di sana menolak usul Carter. Malaysia, Jerman Barat, dan Australia menekan Komite Olympiade setempat untuk tidak mengirim atlet ke Moskow. Pemerintah Jepang mendukung usul Carter tapi Komite Olympiade negeri itu cenderung menolaknya. Tergantung Pemerintah Indonesia, sekalipun tetap menentang intervensi Soviet ke Afghanistan, menyatakan tetap bersiap pergi. Tekad Indonesia itu dikemukakan KONI yang berharap minimal akan mengirim 4 atlet panahan. "Sebagai organisasi olahraga KONI tidak bisa mengatakan akan boikot Olympiade, kita terikat dengan peraturan IOC," kata Sultan Hamengku Buwono IX, ketua KONI. "Soal boikot atau tidak tergantung sepenuhnya pada sikap pemerintah," tambah D. Suprayogi, Ketua Harian KONI yang juga Ketua Komite Olympiade Indonesia. Sikap Indonesia agaknya selaras dengan anjuran Persatuan Komite Olympiade Nasional (ANOC) yang mendorong 141 anggotanya agar hadir di Moskow. Selesai bersidang di Kota Meksiko, ANOC menghimbau agar anggotanya menjauhi tekanan politik yang bermaksud mengubah ketentuan yang ada. "Tapi terus terang, tanpa sertanya AS, Olympiade itu tidak seperti yang kita harapkan," kata Arlington Butler dari Bahama. Komite Olympiade Internasional (IOC) menganjurkan AS agar membatalkan usul boikotnya, dan segera mendaftar sebelum batas waktu akhir 19 Mei terlampaui. Sebuah lobby untuk Kongres AS menyetujui saran tadi. Alasannya, 500 atlet AS, yang hampir sebagian besar perenang, kini mencapai pada kondisi puncak. "Inilah kesempatan yang terbaik berprestasi," kata suara dalam lobby itu. Di Lake Placid, AS, Lord Killanin, Ketua IOC, berusaha keras mencari pemecahan terbaik. Ia akan bersidang dengan para anggota komite eksekutif, bertepatan dengan Olympiade Musim Dingin pekan ini di sana. Sampai pekan lalu Killanin tetap menyatakan, "tidak mungkin memindahkan Olympiade Moskow, dan kami tidak mau didikte pemerintah negara mana pun."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus