HUJAN yang masih turun sekarang merupakan pertanda baik buat
produksi beras tahun ini. Tapi Indonesia masih belum bisa
mengurangi impor berasnya. Sesudah menghabiskan devisa US$359
juta pada 1978, dan US$418 juta sampai Oktober 1979, tahun ini
impor beras akan berjumlah 1.850.000 ton.
Untuk menjamin beras impor ini akan masuk pada waktunya,
pagi-pagi kontrak pembelian sudah ditandatangani dengan beberapa
negara pengekspor beras. Sejumlah 600.000 ton akan dibeli dari
Muangthai, jumlah terbesar dibanding jumlah yang dibeli dari
negara-negara lain. Tadinya dikhawatirkan Muangthai tak bisa
menyediakan sejumlah ini mengingat adanya musim kemarau yang
panjang di negara tersebut. Produksinya diperkirakan akan turun
30%, sedangkan ekspornya diperkirakan akan turun sekitar 1,8
juta ton.
Karena Muangthai merupakan pengekspor beras paling besar untuk
negara tetangganya, pengurangan ekspor ini akan menyulitkan para
langganannya seperti Bangladesh dan Malaysia. Dengan adanya
kontrak pembelian yang baru ditandatangani dengan Indonesia,
kedua negara itu terpaksa mencari beras dari tempat lain.
Muangthai selama ini merupakan negara pengekspor beras terbesar
bagi Indonesia. Dan bagi Indonesia enak sekali beli beras dari
sana dengan adanya kredit yang menarik. Beras yang ditutup
kontraknya baru-baru ini hanya diberi harga US$275 per ton,
sedangkan harga di pasaran bebas US$335 per ton.
Di samping impor, persediaan beras yang dipegang pemerintah juga
akan berasal dari pembelian dalam negeri. Tahun ini, pembelian
dari dalam negeri diperkirakan bisa mencapai 512.000 ton,
200.000 ton di antaranya akan berasal dari Jawa Timur.
Peranan KUD dalam pembelian beras dalam negeri tahun ini akan
jauh lebih besar dibanding tahun lalu. Sikap pemerintah terhadap
KUD akan sedikit longgar, dan KUD yang masih punya tunggakan
kepada bank, masih diperkenankan untuk ikut dalam program
pembelian beras kali ini. Tunggakannya akan ditanggung oleh
pemerintah 50%, oleh PRI 25% dan oleh BI 25%.
Menutup Defisit
Tahun lalu hanya 32% beras yang dibeli di dalam negeri berasal
dari KUD. Tahun ini hampir 80% akan dibeli dari KUD. Tapi
ketrampilan KUD kini masih diragukan. Maka menggantungkan
sebagian besar pembelian dari KUD oleh beberapa pengamat
dianggap agak riskan. Bila kemudian ternyata KUD tidak bisa
membayar tunggakannya, dan andaikata tunggakan ini nantinya
harus ditanggung pemerintah, maka pemerintah akan harus
mengeluarkan uang dari anggaran belanjanya untuk menutup defisit
ini. Kemungkinan besar defisit itu akan diambil dari pos subsidi
untuk pangan. Dalam RAPBN 1980/81 subsidi untuk pangan akan naik
dua kali lipat menjadi Rp 170 milyar.
Dengan curah hujan yang cukup, iklim tak menjadi persoalan.
"Laporan tentang adanya serangan hama belum kedengaran," kata
seorang pejabat Departemen Pertanian. Yang jadi persoalan
seperti yang sudah-sudah adalah bagaimana mengirim pupuk ke
tempat tujuan pada waktunya, dan apakah petani tahu betul dosis
yang diperlukan dalam penggunaan pupuk dan obat anti hama.
Di samping itu peluang untuk menaikkan produktivitas per hektar
rupanya masih cukup banyak, seperti yang ditunjukkan dari
Intensifikasi Khusus baru-baru ini. Intensifikasi Khusus yang
dilakukan lewat kelompok-kelompok tani menunjukkan tak sulit
untuk menghasilkan 60 kwintal beras per hektar dibanding dengan
46 kwintal rata-rata produksi sawah Indonesia. Kelompok Tani
'Rejasa' dari Bali yang baru-baru ini memenangkan perlombaan
Intensifikasi Khusus bahkan sanggup menghasilkan hampir 100
kwintal per hektar.
Sayang sekali Intensifikasi Khusus ini tidak bisa dilaksanakan
sepenuhnya menurut rencana. Tahun lalu hanya 350.000 hektar yang
sempat dikerjakan dari rencana 500.000 hektar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini