Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Keluhan: Harga Rokok Itu Turun

Ada pabrik yang tutup sebentar, ada juga yang kewalahan. gudang garam menurunkan harga. (eb)

16 Februari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA buruh wanita yang muda usia itu tetap gesit melinting rokok. Tapi di Kudus mereka tak lagi melinting sebanyak dulu. Di pabrik Jambu Bol, misalnya, seorang buruh yang biasanya melinting 3000 batang sehari, kini tinggal 2000 batang. Beberapa pabrik besar, seperti cap Sukun dan Nojorono, bahkan pernah tutup beberapa hari. Yang kelas menengah, apalagi yang kecil, pingsan. Mereka berhenti berproduksi entah sampai kapan. Akibat harga dasar pembelian cengkih naik? "Bukan, tak ada hubungan dengan itu," ujar Haji Nawawi Rusdi, ketua Persatuan Pabrik Rokok Kudus (PPRK). Nawawi, sehari-hari direktur pabrik rokok Jambu Bol, menilai harga cengkih di pasaran yang Rp 9.000 per kg itu jauh lebih mendingan ketimbang masa gawat tahun lalu yang pernah mencapai Rp 14.000 per kg. Sebagai ketua PPRK dia bahkan menyambut baik keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius Prawiro, yang menaikkan harga dasar pembelian cengkih petani dari Rp 3.500 per kg jadi Rp 6.500 (naik 85,71%) sejak 4 Februari. Kelesuan produksi rokok kretek di Kudus itu, menurut Nawawi, karena soal musim dan tradisi yang berulang setiap tahun. Antara Oktober sampai Febbruari terjadi musim tanam. Para buruh kembali ke sawah, dan mengeluarkan uang untuk membiayai pertanian. Haji Nawawi juga menunjuk pada hujan akhir-akhir ini, yang menyebabkan penyebaran rokok terhambat dan stokpabrik menumpuk. Terutama yang konsumennya sebagian besar kalangan bawah -- petani. Lebih Murah Tapi Haji Nawawi mengakui bukan cuma soal itu yang jadi sebab. "Belakangan ini persaingan memang berat di pasaran," Nawawi mengakui. Dari pabrik mana saja? Tokoh rokok kretek Kudus itu tak ingin menunjuk langsung. Tapi beberapa sumber di kota kretek Kudus menyebut serangan itu datang dari pabrik Gudang Garam di Kediri. Pabrik rokok kretek terbesar di Indonesia itu sengaja menurunkan harga, setelah harga cengkih normal kembali. GG sejak Desember mengurangi harga rokoknya sampai Rp 8.000 per bal. Isi 10 batang GG yang semula Rp 300, kini bisa dibeli dengan Rp 250 eceran. Ini persis seharga rokok Sukun -- yang rasanya diakui di bawah GG. Setelah mengalami kegoncangan dan turup sebentar, Sukun pun terbit kembali dengan harga Rp 225 sebungkus-lebih murah 10%. Begitu juga dengan Nojorono. Hanya Djarum dan Jambu Bol yang mempertahankan harga. Sejauh mana mereka bisa mengatasi kelesuan, masih jadi tanda tanya. Di Jawa Timur sendiri terdengar suara mirip dari Hendra Suryaseputra, staf pimpinan Bentoel di Malang. "Dibandingkan waktu ramai-ramai dulu, produksi Bentoel sekarang tinggal 50 persen," kata Hendra kepada Slamet Oerip Pribadi dari TEMPO. "Dulu satu orang biasa mengerjakan 6.000 sampai 7.000 batang, sekarang antara 3-4.000 datang." Akankah Bentoel juga ikut-ikutan menurunkan harga? "Harga yang sekarang saja sudah pas-pasan," jawab Hendra. "Apalagi kalau harga cengkih naik terus." Orang Bentoel itu juga mencela tindakan menekan harga. Dia melihat perlu ada suatu "strata harga" untuk menolong pabrik kecil dan menengah. "Misalnya pabrik besar tak boleh memasang harga di bawah Rp 200 perbungkus," katanya. Hudiono Wangsawidjaja, Dir-Ut PT Karnia yang memproduksi cap Grendel setuju dengan pendapat Hendra. "Dulu sebenarnya sudah baik. Pemerintah melarang pabrik besar bikin rokok isi tiga dan lima. Kami yang menengah jadi tertolong. Tapi sekarang kami dimainkan lagi dari segi harga." Apa komentar orang GG? "Kami tak bisa bilang apa-apa," hanya itu jawab Dir-Ut GG Rahman Halim ketika ditanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus