Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANAK petani asal Lampung ini sekali lagi mampu memecahkan rekor dunia. Bertanding di kelas 60 kilogram angkat berat, Sutrisno berhasil mengumpulkan total angkatan 725 kilogram. Ini sepuluh kilogram lebih bagus daripada rekor yang diukir Dong Hai dari Korea Selatan pada Kejuaraan Dunia 2003. ”Saya sangat bangga meski rekor ini tidak diakui secara dunia karena dicetak di Pekan Olahraga Nasional,” kata Sutrisno.
Itu bukan pertama kalinya bagi lelaki 32 tahun tersebut. Pada PON XV Surabaya, Sutrisno juga melakukan hal yang sama, memecahkan rekor dunia. Bahkan, dalam kejuaraan dunia Finlandia 2001, ia menyabet tiga emas sambil memecahkan rekor dunia.
Rekor dunia Sutrisno makin memantapkan posisi angkat berat sebagai lumbung pemecahan rekor pada PON XVI di Palembang, yang ditutup Selasa pekan lalu. Dalam perhelatan ini, angkat berat juga merontokkan 46 rekor nasional dan 1 rekor PON.
Atlet angkat berat memang beruntung. Mereka punya kans memecahkan rekor dalam tiga jenis angkatan, squat, benchpress, dan deadlift. Berat beban ketiga angkatan dihitung sendiri-sendiri, juaranya ditentukan dari penjumlahannya. Sedangkan atlet angkat besi hanya melakukan dua angkatan: squat dan clean & jerk.
Lifter angkat berat putri asal Papua, Agustian Tecuari, termasuk yang terbanyak mencatat rekor. Ia memecahkan rekor lama untuk tiga jenis angkatan. Alhasil, total angkatannya pun menghasilkan rekor baru untuk kelas 82,5 kilogram putri. Jadi ada empat rekor yang dipecahkan. Prestasi serupa juga diraih Asep S. dari Jawa Barat, yang turun di kelas 100 kilogram.
Yang juga menggembirakan, munculnya beberapa nama baru di antara dominasi atlet gaek. Sebut saja Reinaldi, atlet angkat besi asal Kalimantan Timur, yang mampu menggondol emas. Begitu pula lifter Dedi Aprianto dari Kalimantan Timur, yang merebut gelar juara ketiga pada kelas 105+ kilogram.
Secara keseluruhan, PON kali ini bisa dibilang lumayan hebat karena banyak terjadi pemecahan rekor. Tercatat 63 rekor nasional dan 34 rekor PON bisa dipecahkan. Di PON Surabaya empat tahun silam, hanya 21 rekor nasional dan 42 rekor PON yang bisa dirontokkan.
Selain angkat berat, angkat besi, renang, dan atletik juga menghasilkan banyak pemecahan rekor. Angkat besi memecahkan 3 rekor nasional dan 9 rekor PON. Renang menghancurkan 5 rekor nasional dan 7 rekor PON. Atletik yang paling gemilang, mampu memecahkan 5 rekor nasional dan 8 rekor PON.
Perlu dicatat, prestasi yang diraih M.Akbar Nasution dari kolam renang. Putra bungsu Radja Nasution ini berhasil meraup delapan emas. Dia pun mampu memecahkan satu rekor nasional dan lima rekor PON. Prestasi kakaknya, Elsa Manora Nasution, pun cukup bagus, mendobrak dua rekor nasional.
Sayang sekali, sampai upacara penutupan PON, Selasa malam pekan lalu, panitia belum memberikan kejelasan tentang bonus bagi para pemecah rekor. Padahal pada PON XVI Surabaya lalu, para pendobrak rekor amat dihargai. Saat itu Presiden Abdurrahman Wahid memberikan bonus Rp 20 juta untuk pemecah rekor dunia dan Rp 14 juta bagi pendobrak rekor Asia. Pemecah rekor nasional dan rekor PON pun diberi hadiah lumayan, masing-masing Rp 10 juta dan Rp 5 juta.
Pemberian penghargaan terhadap atlet terbaik seperti yang diraih Sutrisno empat tahun lalu pun tak diagendakan dalam PON kali ini. Padahal, dilihat dari jumlah rekor nasional yang dipecahkan, PON Palembang tak kalah hebat daripada sebelumnya.
Andy Marhaendra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo