Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Terpukau Mutiara Hitam

Dimotori Boas Solossa, tim sepak bola Papua tampil menawan di arena PON. Soal disiplin kendalanya.

20 September 2004 | 00.00 WIB

Terpukau Mutiara Hitam
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

GAMBAR cenderawasih bertengger di dada, punggungnya bertuliskan nomor 8, dan senyum senantiasa menghias bibir. Itulah Boas Solossa, 19 tahun, pemain Papua yang menjadi bintang di arena sepak bola PON XVI Palembang. Dia juga tercatat sebagai top scorer. Lima gol ia persembahkan untuk provinsinya. Semua dicetak dengan bersih, tanpa perlu main kasar.

Karena kemampuannya yang luar biasa, keponakan Gubernur Papua, Jaap Solossa, itu ditunjuk sebagai kapten tim "Mutiara Hitam". "Teknik dan kematangannya di atas rata-rata pemain seusianya," kata Rully Nere, pelatihnya.

Di partai final Selasa pekan lalu, melawan Jawa Timur, sekali lagi Boas menunjukkan tajinya. Pemuda Sorong ini sendirian menggiring bola dari garis tengah, melewati tiga pemain belakang lawan, lalu menceploskan si kulit bundar ke gawang Hendra Prasetya. Aksi serupa pernah ia lakukan saat menaklukkan Sumatera Utara di semifinal. Adik bek PSM Makassar, Ortison Solossa, ini memang bukan tipe striker penunggu umpan matang. Dia lebih senang menjelajah bak penyerang lubang.

Sayang, pertandingan final mencoreng panitia PON. Dengan skor sementara 1-1, partai itu tidak dapat dilanjutkan karena gelap. Stadion yang digunakan ternyata tidak memiliki lampu. Semula pertandingan akan dilanjutkan esok hari, tapi kedua tim akhirnya sepakat untuk menjadi juara bersama. Ini membuat panitia, PSSI, dan KONI pun bingung. Mereka tak bisa menentukan juaranya sampai penutupan PON.

Kendati tidak jadi juara sejati, tim Papua sanggup menyihir para pencinta sepak bola. Bahkan manajer Persik Kediri, Iwan Budianto, menyempatkan diri ke Palembang. Tujuannya apa lagi kalau bukan mengincar Boas Solossa. Ia berniat membawa striker andalan Papua ini ke Kediri. Kabarnya, Boas juga akan dipanggil untuk memperkuat tim nasional U-20, yang bakal berlaga di Piala Asia.

Munculnya Boas Solossa membuktikan bahwa Papua tetap menjadi ladang subur pemain berbakat. "Dia tipikal pemain asli Papua, gabungan bakat alam dan tempaan fisik," kata Rully Nere, bekas gelandang tim nasional pada era 1980-an. Selain Rully, sederet pemain asal Papua lainnya, seperti Adolf Kabo, Mettu Duaramuri, Yonas Sawor, dan Ellie Aiboy, juga pernah menjadi pilar tim nasional

Kehebatan para pemain Papua juga diakui oleh Mustaqim, pelatih Jawa Timur. "Mereka unggul pada power dan pressure-nya," tuturnya. Padahal usia mereka rata-rata masih muda dan masih miskin pengalaman. Bandingkan saja dengan tim Jawa Timur. Kapten Papua, Boas, selama ini hanya berstatus sebagai pemain cadangan Persipura Jayapura. Sementara itu, kapten tim Jawa Timur, Suswanto, merupakan gelandang yang musim lalu turut membawa Persik Kediri menjadi juara Liga Indonesia.

Begitu juga dengan libero Papua, Wilson Soenloy, yang hanya pemain klub Divisi Dua Persiwa Wamena. Dia bisa dibandingkan dengan Hamka Hamzah, libero Jawa Timur yang selama ini menjadi pilar tim Persik.

Tak terlalu sulit memungut pemain berbakat di Papua. Rully Nere hanya perlu waktu satu setengah tahun untuk membuat tim yang tangguh. Mula-mula dikumpulkan sekitar 60 pemain yang bagus dari berbagai klub di Papua. Setelah diuji, mereka diperas lagi menjadi 24 pemain yang kemudian dikirim ke Palembang.

Menurut Rully, umumnya pemain Papua sudah memiliki bakat alam bermain bola seperti yang dimiliki Boas Solossa. Sang pelatih tinggal memolesnya. "Kendala utamanya, biasa, mereka masih labil. Jadi, kadang tak disiplin," katanya.

Andy Marhaendra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus