Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bonus kail dan ikan

Menpora abdul gafur berniat akan memberi bonus rp 1 juta bagi setiap medali emas dalam turnamen sea games xiv. ketua umum koni, surono, tak setuju cara tersebut, dia menyamakan seperti suap.

30 Mei 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HADIAH uang bagi para olahragawan berprestasi, sebetulnya, bukan sesuatu yang baru. Tapi soal itulah yang sampai pekan lalu menjadi bahan pertentangan antara Menpora dan KONI. Sejak awal bulan ini, Menpora Abdul Gafur sudah mencetuskan niatnya untuk memberi bonus uang bagi tiap atlet perebut medali emas di SEA Games Jakarta, September mendatang. Sehabis menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha, pertengahan bulan ini, untuk melaporkan persiapan kongres KNPI, kepada wartawan, Menteri memperjelas niatnya. Ternyata, sudah diputuskan: Setiap atlet yang mendapat satu medali emas SEA Games akan diberi Rp 1 juta. "Dengan demikian, semakin banyak seorang atlet mendapat medali emas, semakin banyak dia memperoleh bonus," kata Gafur. Sedangkan untuk cabang beregu, sepak bola misalnya, uang Rp 1 juta dibagikan untuk setiap anggota kesebelasan. Dananya diperoleh dari Porkas. Masih ada hadiah lain. Para atlet yang masih menganggur akan dicarikan pekerjaan melalui bursa tenaga kerja Depnaker, dan akan mendapat prioritas begitu ada lowongan. Inilah rupanya upaya Menpora merangsang hampir 700 atlet yang sejak akhir tahun lalu menjadi penghuni Pelatnas di Senayan, dan berbagai tempat lainnya, untuk ramai-ramai merebut medali emas. Agar muka Indonesia yang tercoreng karena dikalahkan Muangthai dalam SEA Games dua tahun lalu di Bangkok dapat ditebus di Jakarta nanti. Ternyata, reaksi tak setuju justru datang dari Ketua Umum KONI, Jenderal purnawirawan Surono. "Seperti pemberian uang suap saja, apalagi dengan menyebutkan dananya berasal dari Porkas," katanya dalam acara berbuka puasa bersama wartawan di rumahnya, Selasa pekan lalu. Surono, yang juga Menko Polkam itu, berpendapat bahwa lebih baik memberikan kemudahan kepada atlet yang berprestasi untuk memperoleh kerja, meneruskan sekolah atau kuliah. Dia lalu mengutip sebuah pepatah Cina lama, "Kalau kita mau memberikan ikan, jangan ikannya yang diserahkan, melainkan berikanlah kailnya. Karena kalau ikan yang diberikan sebentar akan habis, tetapi bila kail yang diterima, setiap saat ikan bisa dihasilkan." Kepada Kompas, Asisten Menpora, M.F. Siregar, kemudian mengungkapkan bahwa pemberian bonus itu sudah sering dilakukan induk organisasi olah raga. Malah KONI Pusat mengajukan anggaran US$ 50 (Rp 80.000-an) untuk setiap perebut medali emas. Yang dipersoalkan Siregar, pemberian bonus pada para atlet berprestasi selama ini tak merata. Kalau induk organisasinya kaya atletnya menikmati, yang miskin gigit jari. "Dengan adanya standar bonus dari pemerintah, maka semua yang berprestasi mendapat jatah sama," kata bekas Sekjen KONI itu. Agaknya, tetap sulit menyamakan uang perangsang itu, karena kondisi induk organisasi olah raga yang berbeda. Bagaimana Pertina, misalnya, memberi bonus bagi petinju, sementara petinjunya sempat berlatih dengan sansak bocor. Yang jelas, rupanya, bonus yang dijanjikan Menpora Abdul Gafur yang Rp 1 juta itu jauh lebih besar dari bonus yang diusulkan KONI Rp 80.000. Tapi kenapa jadi ribut? Saingan utama Indonesia, Muangthai, pun ternyata memberikan bonus dalam bentuk yang sedikit berbeda. Untuk atlet yang masih sekolah ditawarkan bantuan keuangan, dan bagi atlet yang sudah bekerja diberikan tambahan selain gajinya. Belum lagi bantuan para sponsor untuk cabang olah raga populer, seperti tinju dan sepak bola. "Kami tak melihatnya sebagai suap, hanya sekadar tanda terima kasih," kata Nat Indrapana, Wakil Sekjen Komite Olimpiade Muangthai (OCT), kepada Yuli Ismartono, koresponden TEMPO di Bangkok. Para pemain Cina di kejuaraan dunia Beijing juga dijanjikan hadiah oleh organisasi bulu tangkis negerinya. Rupanya, mereka sudah lupa pesan para tetua, tentang falsafah kail dan ikan itu. "Satu gelar juara 7.000 yuan, kalau merebut sekaligus dua gelar, hadiahnya jadi 14.000 yuan," kata Chen Yu Niang, pelatih tim putri Cina. Di sana nilai bonus itu sudah sangat besar. Kalau dirupiahkan, untuk tiap gelar itu sekitar Rp 3 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus