KEDATANGAN Bjorn Borg di Jakarta benar-benar sangat ditunggu
banyak penggemarnya. Panitia cuma mencetak 9.300 lembar karcis,
dan takut-takut memasang harga Rp 20.000 untuk kelas VIP.
Ternyata lebih dari 10.000 penonton meluapi Istora, sementara
ada karcis VIP yang dicatutkan sampai lima kali harga
sebenarnya.
Dua jam sebelum pertandingan ekshibisi Borg versus Vitas
Gerulaitis (26 Februari), seluruh tempat duduk telah penuh.
"Cukup membuat saya kaget walau pernah bertanding di Wimbledon
dengan penonton jauh lebih banyak," kata Lita Sugiarto. Ia
berpasangan dengan Yolanda Sumarno melawan pasangan Mariana
Borg/Anne Hobbes mendahului pertandingan utama malam itu.
Sementara itu penonton terus berdatangan. Yang tak kebagian
kursi, pun yang datang lengkap dengan jas dan dasi, sampai
ratusan harus duduk di tangga. Dalam ruang yang gerah itu, orang
jadi takut meninggalkan tempatnya, meskipun pada waktu
istirahat.
Tiba saatnya Borg dan Gerulaitis bertanding, penonton sungguh
terpukau oleh adu speed tinggi dan pukulan serve keras. Borg
tetap memimpin dalam perebutan angka, namun Gerulaitis tetap
mengimbangi game demi game 1-1, 2-2, 3-3, 4-4. Sampai di sini
mulai terjadi adu rally. Ternyata Gerulaitis lebih cepat
kehabisan napas, walau sehari sebelumnya di konperensi pers
bujangan Las Vegas berusia 26 tahun itu berkata di sini, Borg
akan lebih cepat kepanasan karena membawa istri, sedang saya
tidak."
Set pertama berakhir dengan kemenangan 6 bagi Borg. Di set
kedua, permainan jadi monoton: Borg membuat pukulan-pukulan yang
ditempatkannya dekat garis batas sehingga Gerulaitis pun sering
terpukau. Bola yang dipukul Gerulaitis seakan-akan membentur
tembok dan kembali lebih kencang. Ia ketinggalan 0-5. Ia
kemudian mencoba bangkit dan merebut dua game, namun Borg
kemudian cepat menyudahi set itu dengan 6-2.
Pada set ke-3, Gerulaitis tak menunjukkan lagi ambisinya merebut
gelar juara atas Borg. Ia kalah benar di set ini, walau
rencaranya pertandingan mereka berlangsung 5 ronde. Gerulaitis
tampak masih jauh di bawah kemampuan pemain top as dunia itu.
Ini untuk ke-16 kali ia tunduk pada Borg.
Sebelum ke Jakarta, di Turnamen Benson & Hedges yang berlangsung
di Sydney dan Melbourne antara 12 pemain top Wimbledon, Borg
dengan mudah mengalahkan Gerulaitis yang terkenal sebagai top
ace server ini. Di situ Borg merebut hadiah uang US$ 1,15 juta
plus raket emas bernilai US$ 30.000.
Di Istora, Borg cuma menerima Piala 555 dari tangan Menko Kesra
Surono. Namun dapat dipastikan pemain profesional itu menerima
uang lebih dari Rp 20 juta.
IMG (International Management Group) menyusun jadwal 30
pertandingan ekshibisi Borg setahun dan belasan turnamen
selektif untuk Borg. Untuk ekshibisi, IMG memasang tarif
US$30.000 (Rp 18,8 juta) sehari berunding. Tarif ini bisa
men-capai US$ 60.000 sehari bila menuntut tour yang jauh.
Kemungkinan perlawatan Borg ke Jakarta, Kualalumpur dan Hong
Kong ini terkena tarif tour jauh. Di Jakarta ia sempat menginap
tiga malam. Rombongannya mengisi acara yang padat, termasuk
kunjungan resmi ke Presiden Suharto di pagi hari pertama,
konperensi pers siang hari dan latihan sore hari itu juga. Pagi
sebelum bertanding, Mariana dan Hobbes mengunjungi tempat-tempat
pariwisata di Jakarta, Lennarts Bergelin memberi coaching
clinic, Borg dan Gerulaitis berlatih, kemudian sembunyi di
kamar.
Kamar mereka di hotel sangat dirahasiakan, bahkan pesawat
telepon kamar mereka diblokir, takut kalau ada tamu hotel yang
mengganggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini