KEROKAN ternyata bukan monopoli orang Indonesia, khususnya Jawa.
Pengobatan "masuk angin" dengan mengerok kulit pakai uang logam
dicampur minyak kelapa itu ternyata juga dipakai orang Vietnam.
Dan seperti juga halnya Indonesia, di Vietnam pengobatan ini tak
pernah dipersoalkan, baik oleh yang bersangkutan maupun para
dokter.
Tetapi masalahnya menjadi lain ketika orang-orang Vietnam itu
mengungsi ke Amerika Serikat. Para dokter Amerika yang melihat
garis-garis merah di kulit orang Vietnam tadi semula menduga itu
adalah bekas penyiksaan. Kalau garis-garis merah itu terdapat
pada anak-anak, mereka menuduhnya sebagai child abuse atau
perlakuan sewenang-wenang terhadap anak. Bahkan seorang ayah
Vietnam di Amerika kabarnya pernah diajukan ke pengadilan atas
laporan dokter yang melihat garis-garis merah pada anak orang
Vietnam itu.
Akibatnya, banyak keluarga Vietnam yang masih yakin pada
keampuhan kerokan menjadi tak senang terhadap dokter Amerika.
Bahkan menjauhinya. Bagi pemerintah Amerika ini tentu
merepotkan, karena dengan begitu usaha pencegahan penyakit di
kalangan pengungsi Vietnam menjadi lebih sulit.
Melihat suasana yang tak menguntungkan itu seorang dokter
Angkatan Darat yang pernah bertugas di Vietnam, bekerjasama
dengan seorang mahasiswa asal Vietnam melakukan penelitian
terhadap kerokan di antara para pengunLsi Vietnam.
Penelitian mereka menemukan praktek kerokan sangat meluas di
kalangan pengungsi Vietnam. Menurut penelitian itu, (hasilnya
dimuat dalam Journal of Americal Medical Association, 19
Desember 1980), kerokan terutama ditujukan untuk mengobati
"masuk angin' (cold), flu, sakit kepala, nyeri otot, demam dan
keluhan tidak enak badan yang berkaitan dengan perubahan cuaca.
Tempat yang paling banyak dikerok adalah punggung, leher, daerah
kepala. pundak dan dada. Ada juga yang melakukannya di kaki dan
paha. Hasil penelitian itu juga menunjukkan, orang-orang Vietnam
yang kecanduan "menyiksa diri" dengan kerokan telah dikritik
oleh dokter Amerika. Juga guru dan bahkan keluarga angkat mereka
menganggap kerokan sebagai perbuatan yang tidak baik. Akibatnva
banyak yang melakukan pengobatan tradisional itu secara
sembunyi-sembunyi.
Kedua orang peneliti, Dr. Yeatman dan Viet Van Dang, tidak
berhasil menemukan efek samping dari kerokan, kecuali
mengingatkan "kemungkinan terjadinya efek samping dari minyak
gosok bermentol yang digunakan untuk mengerok."
Meskipun belum menjumpai efek samping, mereka berdua mengajak
para dokter Amerika untuk melaksanakan penelitian terhadap
kemungkinan terjadinya penyerapan mentol melalui kulit yang
dikerok, dan akibat-akibatnya. Sampai sekarang belum diketahui
apa yang terjadi kalau mentol menyerap ke dalam kulit. Biasanya
orang menggunakan minyak kelapa atau minyak goreng.
Bagaimana kerokan menyembuhkan rupa-rupa penyakit ringan rupanya
belum terjawab penelitian di Amerika itu. Ahli-ahli Indonesia
sendiri nampaknya belum terpanggil untuk meneliti bagaimana
kebiasaan lama ini bisa meringankan penyakit. Beberapa orang
dokter yang dihubungi, yang juga ketagihan kerokan, menyebutkan
dua kemungkinan mengapa kerokan bisa menyembuhkan.
Pertama, kerokan itu mengakibatkan pembuluh darah di bawah kulit
membesar. Hingga daerah yang tadinya kurang mendapat darah
segar, sekarang memperoleh darah segar dalam jumlah yang cukup.
Kemungkinan kedua kerokan menimpali rasa nyeri pada
tempat-tempat yang dikerok sehingga yang dirasakan hanya sakit
dari akibat kerokan. Nyeri karena penyakitnya sendiri
dikalahkan.
Tapi bagaimana pengobatan yang sederhana ini bekerja secara
pasti, tanpa harus menduga-duga, belum diketahui. Bisa jadi
Yeatman dan Viet Van Dang akan menjawabnya pada waktu
mendatang. Lalu kita di Indonesia boleh belajar ilmu kerokan
dari buku Amerika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini