Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Alangkah miskinnya kita

Bantuan dari christian children fund (ccf) kepada yayasan-yayasan sosial muslim di lombok timur diri buntukan pelbagai pihak. banyak yang pro dan kontra atas bantuan itu.(ag)

7 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELUM ada keputusan: apakah bantuan CCF (Christian Children Fund) kepada yayasan-yayasan sosial muslim di Lombok Timur benar dihentikan. Bukan apa-apa suara pro-kontra terhadap bantuan luar negeri yang memakai nama Kristen ini, di paruh kedua Februari sudah lebih memberat ke pihak yang menolak. Tapi tak akan menarik kiranya kalau tidak salah seorang dekan di IAIN Mataram (cabang Surabaya) tersangkut: Drs. Mahsun, yang juga anggota Majelis Ulama. Ia penasihat salah satu yayasan yang menerima bantuan itu, Yayasan Kasih Sayang yang milik masyarakat muslim. Memang ada ketegangan ala kadarnya. Ada pernyataan menolak dari 33 orang, ditujukan kepada Bupati Lombok Timur. Dan awal Februari bahkan Gubernur NTB, Gatot Suherman, mencoba mengakurkan dua pihak yang berbeda paham itu -- dengan terpaksa mempertemukan mereka secara terpisah. Sementara itu sebagian orang tua yang anaknya menerima santunan, pada mengundurkan diri. Termasuk seorang kepala SD yang juga karyawan tata usaha Yayasan Kasih Sayang. Ada pula dua orang yang meninggal di Rensing Timur, yang hampir saja tidak dilayat. semata-mata karena ia "keluarga CCF." Sebamatan Sakra, dan Desa Lenek di Kecamatan Aikmel, semuanya di Lombok Timur, menerima bantuan dari organisasi yang berpusat di Richmond, Virginia AS itu. Danini sudah terjadi pula di Jawa Timur, dan mungkin di tempat-tempat lain. Padahal sebenarnya bantuan itu "tidak langsung kepada klien," seperti dikatakan Drs. R. Soejoso Soetomo Poetro, Kakanwil Departemen Sosial NTB. Tapi yang dipersoalkan orang-orang: anak itu mendapat santunan setelah potretnya dikirimkan dan dipajang di bagian anak malu masuk sekolah karena diejek, dan seorang yang kebetulan ketua persatuan orang tua murid memperkirakan SD tempat anaknya sekolah lama-lama bisa tak laku kalau bantuan CCF belum dihentikan. Ini terjadi gara-gara 380 anak SD di Desa Rensing, Gunung Rajak, Keca-Amerika, dan mendapat seorang bapak atau ibu angkat" yang kemudian berhubungan surat menyurat dengan dia. Dan sebagian surat itu memang "berbau Kristen" -- yang memaksa sebagian orang tua mundur. Tentu, karena mereka menilainya sebagai propaganda agama, atau "pembuka jalan". Penilaian ini terutama datang dari organisasi Nahdlatul Wathon, pendukung utama Golkar, melalui fatwanya setelah menyatakan meneliti proses pelaksanaan perwalian dan hubungan selanjutnya. "Menjual Potret" Apa kata Drs. Mahsun sendiri, dekan di IAIN itu? "Anak-anak yang disantuni itu 'kan tetap mendapat pelajaran agama Islam, bukan Kristen," ujarnya akhir tahun lalu kepada TEMPO. Sedang CCI itu organisasi yang bekerjasama dengan pemerintah, jadi bukan liar. Tapi pihak NW sebaliknya bertanya, mengapa bantuan itu tidak diterima saja oleh Pemda, dan yayasan-yayasan itu lantas memperolehnya "dari pemerintah sendiri", "tanpa menjual potret anak-anak kita" di negeri sana? Gubernur sendiri, dalam pertemuan itu, berkata: "Kami tidak mengira masalah ini akan menjadi ramai begini. Itulah sebabnya saya izinkan dulu, dengan alasan kemanusiaan". Senada dengan itu adalah kata-kata Drs. Mahsun di pertengahan Februari kemarin: "Saya tidak mengerti terus terang, CCI itu milik Kristen. Saya kira proyek PBB atau apa." Dari pihak Pemda, Gubernur sendiri menyatakan sedang memikirkan untuk menghidupkan kembali badan amil zakat. Juga untuk memberikan kredit kerja kepada yayasan-yayasan sosial di wilayahnya. Tapi berapa sih bantuan yang diterima tiap anak, yang menjadikan ribut itu? Sekitar Rp 4 ribu per bulan. Plus tabungan kira-kira Rp 1 ribu. Alangkah miskinnya kita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus