Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bukan sekedar untuk bertualang

Panjat tebing mulai populer. koni menerima keanggotaan federasi panjat tebing indonesia (fpti). cabang olah raga ini bakal dipertontonkan pada olimpiade barcelona.

11 Januari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERBUKTI sudah bahwa panjat tebing bukanlah kegemaran musiman para anak muda belaka. Olahraga yang mirip ilmu cicak itu kini tumbuh pesat di Indonesia. Sudah terbentuk organisasi panjat tebing di 14 provinsi. Maka, KONI Pusat pun dalam pekan ini akan menerima panjat tebing sebagai salah satu cabang olahraga resmi. Cabang olahraga baru ini bahkan bakal dipertontonkan pada Olimpiade Barcelona, September depan. Berarti, pada olimpiade berikutnya panjat tebing akan dipertandingkan. Indonesia bisa berharap banyak dari olahraga baru itu. Mungkin karena itu sambutan KONI cukup bergairah dan membuat takjub ketua pelaksana harian Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Harry Suliztiarto. "Kami tak mengira bisa secepat ini masuk KONI," ujar Harry, 36 tahun. Sejak Mei tahun lalu, FPTI mengajukan permohonan resmi menjadi anggota KONI dengan membawa AD/ART, 10 pengda, bahkan buletin Panjat Gunung pun mereka sodorkan. Kepengurusan juga beres. Di pucuk FPTI, Setiawan Djodi bergelayut sebagai ketua umum. Pengusaha yang beken sebagai maesenas dalam berbagai pementasan kesenian itu turut membidani lahirnya FPTI dua tahun silam. Lalu pada pertengahan Desember 1991, FPTI menyelenggarakan rapat paripurna nasional. Mereka juga sudah mendaftarkan di badan dunia panjat tebing Union International Alpen Association (UIAA). Menurut Harry, pejabatan/ KONI pun kagum terhadap keseriusan FPTI. Tapi KONI memberi syarat, FPTI baru bisa menjadi anggota KONI setelah memiliki 14 pengurus daerah (pengda), sementara waktu itu FPTI baru mewadahi 12 pengda. Untung, FPTI masih menyimpan dua daerah, Nusa Tenggara dan Yogyakarta, yang kepengurusannya baru berbentuk koordinator. Untuk menggenapi syarat KONI, mau tak mau dua koordinator itu membentuk pengda. Keanggotaan juga sudah diatur FPTI, mulai tahun ini. Semula ada kesulitan karena banyak pemanjat yang tak mau terlibat organisasi. Akhirnya, keanggotaan dibagi: ada yang masuk sebagai kelompok pendaki gunung yang mempunyai divisi panjat tebing, ada pula anggota perorangan. Untuk tenaga pelatihnya, FPTI tidak begitu pusing karena di tiap pengda sudah ada yang layak menjadi pelatih. Kalau dihitunghitung, dari semua pengda ada sekitar 50 orang pelatih, meskipun sampai sekarang tidak ada yang digaji kecuali dari hasil memberikan kursus panjat tebing. Menurut Harry, panjat tebing sebagai olahraga berlainan dengan panjat tebing untuk petualangan. Jenis yang terakhir itu tidak bisa masuk KONI karena, selain tidak bisa diukur prestasinya, tebingnya tidak standar, dan panjat tebing alam berisiko tinggi. Sedangkan yang dinamakan olahraga panjat tebing itu sudah ada ukuran prestasinya, tingkat kesulitannya bisa diubah-ubah, dan ada standar internasionalnya, papan 15 x 3 meter. Tapi, di Indonesia ada sedikit modifikasi. Mengingat bahan baku papan produksi lokal mempunyai lebar 2,4 meter, FPTI memutuskan papan standar Indonesia berukuran 12 X 2,4 meter. Olahraga panjat tebing belum lama dikenal di Indonesia. Harry, misalnya, dulu hanya mengenal panjat tebing petualangan. Bersama kelompoknya, Skygers, ia mencari tempat berlatih yang sulit dijangkau dan banyak tantangannya. Para petualang gunung di sini baru mafhum akan adanya panjat tebing buatan pada 1988, tatkala ketamuan tiga jagoan panjat tebing -- salah seorang di antaranya cewek -- dari Prancis. Selain memamerkan kepiawaiannya merayapi dinding vertikal, tamu dari Prancis ini juga mengabarkan bahwa olahraga menantang maut itu sudah diperlombakan secara teratur. Maka, disaksikan tim Prancis itu, lahirlah ikrar Federasi Panjat Gunung Indonesia di Silang Monas, Jakarta. Sejak itu, olahraga panjat tebing ngetrend dan banyak orang seperti Harry mengubah persepsinya. "Dulu, saya memanjat tebing alam untuk mengalahkan alam dan diri sendiri. Sekarang, konsepnya adalah saya bisa tidak mengalahkan si A atau si B," ujar Harry. Deden, 30 tahun, dari klub Grade Jakarta, juga berangkat dari pengalaman "mengukur" tebing-tebing alam. Ayah seorang anak ini tertarik menggeluti tebing buatan gara-gara banyak temannya berpindah pada olahraga baru itu. "Apalagi kompetisinya menjanjikan uang," kata lelaki ramping yang berpenampilan nyentrik itu. Tapi, hobi lama tak ditinggalkannya sama sekali. Sebulan sekali ia masih "berziarah" ke tebing Citatah, Jawa Barat. Sedangkan Andreas, 27 tahun, mulanya malah melecehkan olahraga panjat tebing. "Setelah saya coba, ternyata sulit," kata insinyur mesin yang jangkung ini. Ia jadi penasaran, sampai-sampai sering waktunya seharian dihabiskan untuk merambati papan tegak berpaku itu. Hasilnya, empat kali ia menjuarai kejuaraan lokal dan peringkat empat di kejuaraan Oceania Cup, Canberra, Australia, Oktober tahun lalu. Berkat atlet seperti Andreas inilah, di tingkat Asia, Indonesia menempati urutan ketiga, setelah Jepang dan Korea. Sedangkan Jepang kini ada di urutan keempat dunia. Dalam waktu dekat ini, FPTI akan mengirimkan atlet putra-putrinya mengikuti kejuaran dunia di bawah umur (kelahiran 1975-1977) ke Swiss. Kalau ada atletnya yang berprestasi, FPTI akan memberangkatkan dia dalam ekshibisi di Olimpiade Barcelona. Program yang termasuk strategis adalah mengajukan usulan kepada Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga untuk memasyarakatkan panjat tebing mulai tingkat SD. "Di Prancis, olahraga ini sudah diperkenalkan sejak play group," ujar Mamay S. Salim, koordinator pembinaan prestasi FPTI. Ardian T. Gesuri, Reza Rohadian (Jakarta), dan Ida Farida (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus