Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Antara CIS dan Rusia

Wakil uni soviet di berbagai turnamen olahraga internasional belum jelas. negeri itu sudah bubar. keikutsertaan soviet dalam final piala eropa 1992 terancam batal.

11 Januari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIADA lagi wakil Uni Soviet di arena olahraga dunia. Negara yang berjaya di Olimpiade Seoul 1988 itu sudah bubar dan muncul Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS), bentukan 11 republik bekas Uni Soviet. Perubahan drastis itu ternyata tidak hanya membuat bingung olahragawan dan para pelatih di wilayah itu. Berbagai organisasi olahraga dunia juga kalang kabut dibuatnya. Lihat saja kejuaraan tenis beregu campuran Hopman Cup di Perth, Australia, pekan lalu. Andrei Cherkasov dan Natalia Zvereva sempat bertahan di bawah bendera Uni Soviet karena tidak tahu mau disebut atlet negara mana mereka itu. Petenis Rusia dan Belorusia itu akhirnya mengubah benderanya menjadi CIS. Itulah untuk pertama kalinya CIS diwakili di arena olahraga internasional meskipun yang dikibarkan bendera putihbirumerah, bendera Rusia. Di turnamen hoki Alberta Cup, Kanada, regu Uni Soviet juga berganti nama menjadi CIS tatkala pertandingan tengah berlangsung. Para atlet memang masih memakai seragam berlogo CCCP (logo kenegaraan Uni Soviet), tapi ofisial tetap mengajukan perubahan nama tim. Karena belum punya bendera dan lagu kebangsaan CIS, panitia tergopoh-gopoh meminjam bendera dan himne Federasi Hoki Es Internasional (IIHF) untuk tim bekas Soviet itu. Untung, panitia tidak makin repot karena setelah itu tim CIS kalah, padahal empat pertandingan sebelumnya mereka menang terus. Tidak semua cabang olahraga dengan gampang dan serta-merta mengubah hal-hal itu. Cabang sepak bola sampai pekan ini masih belum menetaskan keputusan apakah bekas Uni Soviet akan diwakili CIS ataukah setiap negara membentuk kesebelasan nasional. Padahal, Asosiasi Sepak Bola se-Eropa (UEFA) sudah mengancam: keikutsertaan Uni Soviet dalam final Piala Eropa 1992 nanti bisa dibatalkan gara-gara negara itu terberai. Yugoslavia, finalis lainnya, yang negerinya pecah oleh perang saudara, juga kena ultimatum serupa. Bila ancaman UEFA itu jadi dilaksanakan, jelas usaha keras Uni Soviet di babak penyisihan mubazir belaka. Menempati grup 3 bersama Italia, Norwegia, Hungaria, dan Siprus, Uni Soviet meraih puncak klasemen tanpa terkalahkan. Tapi, wakil grup 3 di Swedia nanti bisa beralih ke Italia yang bertengger di posisi kedua grup itu karena UEFA mencadangkan peringkat kedua klasemen sebagai finalis seandainya bekas Uni Soviet masih kesulitan dengan soalsoal nonteknis. "Masalah rumit seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada peraturan di UEFA yang bisa dijadikan patokan," kata ketua UEFA, Lennart Johansson. Memang, menurut seorang pimpinan federasi sepak bola Soviet, Alexeyev Ponomarev, organisasi olahraga tetap berjalan seperti biasanya, tak terpengaruh gelegak politik. Namun, keputusan resmi belum keluar sehingga masih banyak kemungkinan yang akan terjadi. Salah satu kemungkinan ialah setiap negara membentuk kesebelasan nasional. Jika hal ini terjadi, Rusia akan tenggelam di tengah percaturan sepak bola Eropa yang tidak semata-mata menampilkan permainan teknik. Kelemahan Rusia, sebagaimana terlihat pada klub-klubnya macam Spartak Moskow, Dinamo Moskow, dan Torpedo Moskow, mereka itu bagaikan mesin bola saja. Teknik mereka memang tinggi, tapi derap "Tentara Merah" di lapangan rumput tentu bisa ditebas oleh strategi Michel Platini atau Berti Vogts. Persepakbolaan Rusia jelas perlu dibongkar. Yang justru lebih maju adalah persebakbolaan di Ukraina dan Georgia. Bisa dilihat penampilan Dinamo Kiev dari Ukraina dan Iberia Tbilisi (dulu Dinamo Tbilisi) dari Georgia. Permainan mereka cantik dan penuh kombinasi, sementara klub-klub Moskow berkutat dalam permainan bergaya kuno, disiplin penuh dengan pendekatan fisik. Kiev pernah menjuarai Piala CupWinners pada 1975 dan 1986. Para pemain bintangnya macam Oleg Blokhin, Alexander Zavarov, dan Oleg Protasov, diakui keandalannya di seantero dunia. Kekuatan Kiev di Soviet hanya disaingi oleh Tbilisi, klub asuhan Valeri Lobanovski yang juga pernah menjuarai CupWinners pada tahun 1981. Karena itu, mungkin kesebelasan nasional Ukraina dan Georgia akan disegani di Eropa. Kemungkinan kedua: bekas Uni Soviet diwakili kesebelasan CIS. Kalau toh hal itu terjadi, kekuatan kesebelasan CIS tak akan menyamai kesebelasan Uni Soviet. Soalnya, Georgia tidak ikut bergabung dalam CIS. Georgia pantas diperhitungkan karena negara ini punya tradisi persepakbolaan yang panjang. Seabad lalu, pelaut Liverpool berlabuh di Laut Hitam. Dari situ, sepak bola tumbuh di seantero Georgia dan berkembang ke penjuru Soviet. Kini, di kalangan sepak bola Georgia makin terasa dorongan untuk membikin tim sendiri yang tangguh. Untuk itu, sistem kompetisi yang lepas dari Moskow mulai diputar. Apa pun keputusannya, membentuk kesebelasan CIS atau setiap negara punya kesebelasan nasional harus segera diambil. Kalau tidak, itu hanya akan menguntungkan negara lain. Italia sedang menunggu dengan penuh harap jatuhnya eksekusi UEFA. Jika negara-negara bekas Uni Soviet dan Yugoslavia tetap gagal mengirim wakilnya, pertandingan di Swedia nanti semakin gegap-gempita. Maklum, pengganti mereka adalah Italia dan Denmark, yang akan membawa suporter dan suguhan permainan cantik. Tim "Azzuri" Italia, negara yang punya kompetisi liga paling rapi, tampil dengan kombinasi pemain top dan pemain muda. Sayang, tim yang dipersiapkan meraih Piala Dunia 1994 itu tampil mengecewakan dan terjegal di babak penyisihan sehingga manajer Azeglio Vicini harus angkat kaki. Denmark, kesebelasan "tentara bayaran" itu, tetap merupakan dinamit. Namun, apa pun yang terjadi di kesebelasan bekas Uni Soviet dan Yugoslavia, bursa taruhan di Piala Eropa ini tetap ke Jerman dan Prancis. Ardian Taufik Gesuri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus