EMPAT bayi ini dua laki-laki dan dua perempuan. Persalinannya mulus melalui operasi Caesar di Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Harapan Kita, Jakarta. Mereka adalah hasil program bayi tabung yang diangkat dari perut She Man Cun. Ibu berusia 35 tahun ini menyambut si kembar empat dengan mata berbinar. Sebelumnya, pasangan Man Cun dengan Lim Kui Lim, 43 tahun, sudah punya tiga anak. Dua lelaki dan satu perempuan. Setelah melahirkan anak perempuan, tiga tahun lalu, Man Cun melakukan strerilisasi. Tapi anak tersebut meninggal. Kemudian, keluarga Man Cun sepakat untuk punya anak perempuan lewat bayi tabung program di RSAB Harapan Kita. Namun, seperti dituturkan ketua program Melati, Profesor Sudraji Sumapraja, pihaknya tak dapat membuat bayi dengan jenis sesuai dengan pesanan. "Kami tidak bisa bikin anak perempuan. Kalau bikin anak bisa," katanya. Mulai Februari tahun lalu pasangan itu memasuki program bayi tabung Melati. Dan dua bulan berikutnya dilakukan pengambilan sel telur dari ibunya, melalui jarum yang dibimbing dengan ultrasonografi. Pada pengambilan itu, terdapat tujuh sel telur. Telur tadi lalu dipertemukan pada piring laboratorium dengan sperma yang diambil dari ayahnya. Dari tujuh sel telur itu enam menghasilkan embrio. Empat embrio terbaik dimasukkan ke rahim Man Cun. Kali ini, keempatnya, setelah diperiksa lewat ultrasonografi, ternyata jadi semua. Artinya, istri pegawai pabrik seng itu hamil kembar empat. "Saya senang sekali waktu dokter memberi kabar kalau dua anak saya perempuan," kata Man Cun di rumahnya di kawasan Angke, Jakarta, pekan lalu. Sebenarnya, peluang untuk mendapat kembar empat itu, menurut Sudraji, sangat kecil. Berdasarkan catatan di program Melati, dari lima puluh kelahiran bayi tabung, baru pertama ini yang berhasil empatempatnya. Bagi yang mengikuti program bayi tabung ini, tiap ibu dimasuki empat embrio. Pemberian empat embrio itu akan memberikan hasil paling optimum. Sebab, jika satu embrio saja peluangnya jadi sangat kecil. Tapi jika diberikan lebih dari empat embrio, kenyataannya yang jadi tak lebih dari empat. Untuk itulah ditempuh pemberian empat embrio yang dimasukkan dalam rahim ibunya. "Sebenarnya, kita tidak mau punya kembar empat, karena risikonya tinggi," kata Wakil Direktur Medik Kebidanan RSAB Harapan Kita itu. Bila ditemukan kembar empat, repotnya si bayi bisa lahir sebelum waktunya. Sebab, lubang pada ibunya yang seharusnya tertutup menjadi terbuka serta menekan ke bawah. "Kita harus hati-hati. Makanan ibunya harus bergizi dan istirahatnya cukup," kata Sudraji lagi. Begitu pula proses persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang lengkap sarananya. "Sebenarnya, kita khawatir pasiennya marah. Sebab, dia hanya minta satu anak perempuan," katanya. Kenapa tak memilih satu anak perempuan saja? "Tidak mungkin, karena tindakan itu semacam pengguguran kandungan," ujarnya. Pada saat embrio dimasukkan, belum diketahui jenis kelaminnya. Jadi, kebetulanlah kalau muncul jenis kelamin dua laki dan dua perempuan pada kembar empat itu. Menurut Sudraji, keberhasilan itu menunjukkan kemampuan dokter Indonesia tak kalah dengan dokter luar negeri. Sebab, standar internasional keberhasilan bayi tabung adalah 30 persen, dan Indonesia telah mencapai 33 persen. Di negara ASEAN, kembar empat lewat bayi tabung baru pernah terjadi di Singapura. Dan dalam teknologi reproduksi manusia, Indonesia kalah dibanding dengan Singapura. "Kita ketinggalan kira-kira dua puluh lima tahun," ujarnya. Program bayi tabung diberikan hanya kepada keluarga yang perlu dan punya kemungkinan berhasil. Misalnya, usia ibunya tak lebih dari 38 tahun. Biaya program ini sekitar Rp 6,5 juta. Tiap bulan yang ikut program ini ada 10 pasangan. Menurut Dokter Muchsin Jaffar, anggota tim yang mengepalai laboratorium bayi tabung di RSAB Harapan Kita, terjadinya kembar empat itu karena embrio yang dihasilkan dari telur dan sperma yang berkualitas baik. Apalagi kondisi dinding rahim ibunya mendukung. Pada ibu yang sudah lama tak hamil, apakah ada pengaruhnya? "Ya, ada. Tapi itu dikatrol lewat obatan-obatan," katanya. Dokter Subiyanto, ahli kebidanan dan kandungan yang menjadi "komandan lapangan" tim bayi tabung, menuturkan bahwa pada tiga bulan pertama bayi tabung yang dikandung ibunya itu merupakan saat gawat. Saat itulah kemungkinan adanya keguguran. Pada kembar empat ini, setelah 28 minggu merupakan masa kritis si ibu. Beban jantung ibunya melonjak. Namun, karena pasien ini pernah melahirkan, menurut Subiyanto, memang tidak terlalu dibutuhkan perawatan khusus. Lagi pula fisik ibunya memang baik. Hingga kini, di antara bayi kembar lewat program bayi tabung itu, ada tujuh ibu telah melahirkan kembar dua, tiga ibu melahirkan kembar tiga, dan seorang melahirkan kembar empat. Sedangkan yang dalam perawatan ada empat ibu yang mengandung kembar dua, dan dua ibu hamil dengan kembar tiga. Bayi-bayi yang dilahirkan Man Cun itu paling kecil 1.500 gram dan paling besar 2.000 gram. Makanya, pengumumannya diperlambat. "Kami menunggu sampai bayi itu sehat semua," kata Subiyanto. Dan itu baru diumumkan pekan lalu, setelah proses persalinannya pada 18 November silam. Kondisi keempat bayi itu sehatsehat. Mereka masing-masing diberi nama Noviawanti, Andrian, Novianti, dan Andrianus. Semua nama itu pemberian sang ayah. Padahal, menurut Man Cun, ia menunggu nama pemberian dari Ibu Tien Soeharto -- seperti dua tahun lalu diberikan pada anak kembar tiga hasil bayi tabung di RSAB Harapan Kita. Gatot Triyanto dan Siti Nurbaiti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini