Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bukan Tindakan Sefihak

Pon IX diadakan di Jakarta. Tidak ada pungutan. Sumbangan dari bir bintang Rp 16 juta. Peserta menyusut daripada Pon VIII berkat kwalifikasi dan seleksi. Sarana dan fasilitas banyak tidak cocok.

16 Juli 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA seminggu lagi PON IX (23 Juli - 3 Agustus 1977). Tapi suasana pekan olahraga nasional itu terasa talk sehangat PON VIII 4 tahun yang lalu. Tak ada pungutan PON di bioskop-bioskop dan tempat hiburan lain. Yang ada, sumbangan sukarela dari peminum bir Bintang: serupiah untuk sebotol. Konon sampai awal Juli, telah terkumpul Rp 16 juta. Agaknya suasana rutin itu memang telah terpupuk sejak DKI Jaya menjadi tuan-rumah PON VIII. Slogan PON Prestasi yang dikumandangkan lewat Gubernur Ali Sadikin yang ketika itu merangkap Ketua Umum OC nampaknya cukup meresap ke benak para peserta kontingen dari ke-27 propinsi -- termasuk peserta dari Timor Timur. Kecuali peserta terakhir ini yang hanya terkena kwalifikasi politis, peserta lainnya harus menempuh babak kwalifikasi terlebih dulu. Sehingga dapat diperkirakan bahwa dari 31 cabang olahraga yang dipertandingkan akan lahir rekor-rekor baru. Empat tahun yang lalu hampir 5.000 orang atlit dan ofisial dari ke-26 cabang olahraga dalam waktu 10 hari telah memperbarui 52 rekor nasional dan 46 rekor PON. Kali ini berkat kwalifikasi dan seleksi jumlah peserta telah susut menjadi 2.866 peserta, terdiri dari 2.352 atlit dan 514 ofisial. Adakah mereka dapat melampaui jumlah rekor PON VIII? Jawabnya tentu tergantung pada penyelenggaraan berikut sarana dan fasilitasnya. Untuk PON IX tuan-rumah DKI untuk keseluruhan telah menyeliakan Rp 1,4 milyard dibanding biaya PON VIII yang menelan Rp 3 milyard (2 milyard investasi, 1 milyard konsumtif) Penghematan budget dimungkinkan oleh investasi yang tertanam sebelumnya. Namun ironisnya penyediaan sarana dan fasilitas oleh Bidang II, tak terhindar dari peristiwa yang lucu. Sepasang sarung tinju dari satu merek misalnya, masing-masing mempunyai berat yang berbeda. Belum lagi alat-alat dan perlengkapan olahraga lainnya yang ditolak oleh Bidang I (memhawahi penyelenggara Teknis pertandingan), menimbulkan keraguan juga akan prestasi ng dikejar para alit. Kesalahan pembelian itu menurut Bidang I disebabkan karena petugas di Bidang II sebagai pembeli kurang mengerti persyaratan yang diminta Bidang I. Dan di pihak pensuplai kurang mengerti soal-soal olahraga. Mereka asal mengejar keuntungan. Itulah sebabnya banyak yang dikembalikan kepada penjualnya di Hongkong dan ditukarkan dengan yang memenuhi syarat. Lika-liku prestasi ternyata tak ditentukan oleh atlit sepihak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus