MENTENG dan Kebayoran Baru sudah bertahun-tahun mengecap bonanza
karena tiadanya gedung perkantoran. Para pemilik rumah di dua
daerah pemukiman elite di Jakarta itu telah memungut sewa antara
$ 1000 dan $ 2500 per bulan, dengan kontrak 3-5 tahun, dari
macam-macam perusahaan. Tapi kini gedung perkantoran sudah
banyak tersedia, malah akan bertambah terus jumlahnya.
Akhir tahun lalu semustinya semua perusahaan sudah meninggalkan
Menteng dan Kebayoran Baru, sesuai dengan Surat Keputusan
Gubernur tahun 1972. Ternyata Gubernur Ali Sadikin masih memberi
tenggang-waktu 6 bulan. tapi kini sudah jelas bahwa itu tidak
diperpanjang lagi. Mulai Juli ini, Bang Ali mengumumkan minggu
lalu, "kantorkantor di daerah pemukiman sudah harus ditutup."
Arus kepindahan kantor dari Menteng dan Kebayoran Baru
menggembirakan para pengusaha real estate yang sudah menanam
modal besar untuk pembangunan gedung bertingkat. Para pengusaha
itu agak cemas pada awal tahun ini dengan adanya tenggang-waktu
6 bulan itu. Gedung Arthaloka yang baru selesai di Jl. Jenderal
Sudirman, umpamanya, dikuatirkan akan menjadi "rumah hantu"
karena sebagian besar dari kedelapanbelas lantainya masih
kosong.
Arthaloka sampai akhir Juni, menurut bagian pemasarannya, "sudah
terisi 60%. Ada sedikit kemajuan." Diharapkannya pada bulan
Oktober tingkat pengisian mencapai 80%, dan akan penuh betul
tahun depan. Walaupun masih terisi 60%, PT Mahkota Real Estate
yang memiliki Arthaloka itu sudah bernafas lega.
Gedung Skyline bertingkat 18 yang bergandengan dengan Jakarta
Theater di Jl. MH Thamrin adalah tercepat laris. Ketika
diresmikan Bang Ali minggu lalu, Skyline sudah terisi 85%.
"Banyak penyewa di sini berasal dari Menteng dan Kebayoraul
Baru," kata T. Machida, manajer PT Skyline Building. PT itu
adalah usalla patungan PT Saranalia Jaya (Indonesia 20%) dan C.
Itoh & Co. Ltd. (Jepang 80%). Sebanyak $ 15 juta biaya
membangunnya. "Sebelum akhir tahun ini diharapkan semua ruangan
terisi penuh," Machida berkata lagi.
Gedung Sangga Buana, Jl. Senen Raya, yang dilola PT Griya Kerta
agak lama tidak diacuhkan orang. Sekarang, menurut manajer
pembantu Yahya Sukarya, sudah 85% dari keempat lantainya terisi,
sedang sisanya sudah dipesan orang pula. "Banyak pengusaha yang
semula berkantor di tempat permukiman berebut minta tempat di
sini," kata Sukarya.
Wisma Hayam Wuruk yang bertingkat 18 masih belum beruntung
dengan berakhirnya tenggang-waktu dari daerah pemukiman. "Setiap
lantai di sini masih ada yang kosong," kata MH Simanjuntak,
seorang manajer Wisma itu yang terletak di sudut Jl. Batu Ceper
dan Jl. Hayam Wuruk. "Padahal kami telah memberi keringanan
mencicil (sewa)." Mungkin tarifnya kurang bersaing.
Gedung Duta Merlin di Jl. Gajah Mada sampai Pebruari yang lalu
masih sepi. Sekarang ia sudah 70% terisi, yang sebagian besar
petokoan dan restoran. Manajer pemasarannya, Djoko Sapardi
Kusumokesowo, menharapkan 3 bulan lagi Merlin akan terisi
penuh, jika dua perusahaan pialang komoditi - PT World Utama
Traders dan PT Duta Komoditi Indra -- tetap menyewa. Keduanya,
yang memakai ruangan hampir 600 meter persegi, terkena larangan
pemerintah bulan lalu.
Itulah sekedar contoh betapa bisnis real estate makin cerah
sesudah tenggang-waktu untuk Menteng dan Kebayoran Baru tidak
diperpanjang lagi. Bahkan PT Ratu Sayang International yang kini
sedang membangun besar-besaran di Senayan, ujung Jl. Jenderal
Sudirman, nampaknya sangat optimis. Hendri Onggo, Presdir PT
itu, berkata: "Kami ingin membikin komplex Ratu Plaza dilengkapi
hotel, perkantoran, aparte men, bioskop dan pertokoan - semua
dengan investasi 50 juta, modal nasional 10070." Di Ratu Plaza
itu nanti, gedung tertinggi mempunyai 32 tingkat, dengan
landasan helikopter di puncaknya. Tak dijelaskan helikopter
siapa yang bakal parkir di sana nanti. Tapi kata Onggo: "Tiga
tahun lagi selesai."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini