Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bukan Lagi Rumah Hantu

Bisnis menyewakan gedung perkantoran makin ramai. Keputusan Gubernur DKI tahun 1972 mengharuskan pengusaha yang berkantor di pemukiman pindah. Rata-rata diatas 60% gedung bertingkat itu terisi.

16 Juli 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENTENG dan Kebayoran Baru sudah bertahun-tahun mengecap bonanza karena tiadanya gedung perkantoran. Para pemilik rumah di dua daerah pemukiman elite di Jakarta itu telah memungut sewa antara $ 1000 dan $ 2500 per bulan, dengan kontrak 3-5 tahun, dari macam-macam perusahaan. Tapi kini gedung perkantoran sudah banyak tersedia, malah akan bertambah terus jumlahnya. Akhir tahun lalu semustinya semua perusahaan sudah meninggalkan Menteng dan Kebayoran Baru, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur tahun 1972. Ternyata Gubernur Ali Sadikin masih memberi tenggang-waktu 6 bulan. tapi kini sudah jelas bahwa itu tidak diperpanjang lagi. Mulai Juli ini, Bang Ali mengumumkan minggu lalu, "kantorkantor di daerah pemukiman sudah harus ditutup." Arus kepindahan kantor dari Menteng dan Kebayoran Baru menggembirakan para pengusaha real estate yang sudah menanam modal besar untuk pembangunan gedung bertingkat. Para pengusaha itu agak cemas pada awal tahun ini dengan adanya tenggang-waktu 6 bulan itu. Gedung Arthaloka yang baru selesai di Jl. Jenderal Sudirman, umpamanya, dikuatirkan akan menjadi "rumah hantu" karena sebagian besar dari kedelapanbelas lantainya masih kosong. Arthaloka sampai akhir Juni, menurut bagian pemasarannya, "sudah terisi 60%. Ada sedikit kemajuan." Diharapkannya pada bulan Oktober tingkat pengisian mencapai 80%, dan akan penuh betul tahun depan. Walaupun masih terisi 60%, PT Mahkota Real Estate yang memiliki Arthaloka itu sudah bernafas lega. Gedung Skyline bertingkat 18 yang bergandengan dengan Jakarta Theater di Jl. MH Thamrin adalah tercepat laris. Ketika diresmikan Bang Ali minggu lalu, Skyline sudah terisi 85%. "Banyak penyewa di sini berasal dari Menteng dan Kebayoraul Baru," kata T. Machida, manajer PT Skyline Building. PT itu adalah usalla patungan PT Saranalia Jaya (Indonesia 20%) dan C. Itoh & Co. Ltd. (Jepang 80%). Sebanyak $ 15 juta biaya membangunnya. "Sebelum akhir tahun ini diharapkan semua ruangan terisi penuh," Machida berkata lagi. Gedung Sangga Buana, Jl. Senen Raya, yang dilola PT Griya Kerta agak lama tidak diacuhkan orang. Sekarang, menurut manajer pembantu Yahya Sukarya, sudah 85% dari keempat lantainya terisi, sedang sisanya sudah dipesan orang pula. "Banyak pengusaha yang semula berkantor di tempat permukiman berebut minta tempat di sini," kata Sukarya. Wisma Hayam Wuruk yang bertingkat 18 masih belum beruntung dengan berakhirnya tenggang-waktu dari daerah pemukiman. "Setiap lantai di sini masih ada yang kosong," kata MH Simanjuntak, seorang manajer Wisma itu yang terletak di sudut Jl. Batu Ceper dan Jl. Hayam Wuruk. "Padahal kami telah memberi keringanan mencicil (sewa)." Mungkin tarifnya kurang bersaing. Gedung Duta Merlin di Jl. Gajah Mada sampai Pebruari yang lalu masih sepi. Sekarang ia sudah 70% terisi, yang sebagian besar petokoan dan restoran. Manajer pemasarannya, Djoko Sapardi Kusumokesowo, menharapkan 3 bulan lagi Merlin akan terisi penuh, jika dua perusahaan pialang komoditi - PT World Utama Traders dan PT Duta Komoditi Indra -- tetap menyewa. Keduanya, yang memakai ruangan hampir 600 meter persegi, terkena larangan pemerintah bulan lalu. Itulah sekedar contoh betapa bisnis real estate makin cerah sesudah tenggang-waktu untuk Menteng dan Kebayoran Baru tidak diperpanjang lagi. Bahkan PT Ratu Sayang International yang kini sedang membangun besar-besaran di Senayan, ujung Jl. Jenderal Sudirman, nampaknya sangat optimis. Hendri Onggo, Presdir PT itu, berkata: "Kami ingin membikin komplex Ratu Plaza dilengkapi hotel, perkantoran, aparte men, bioskop dan pertokoan - semua dengan investasi 50 juta, modal nasional 10070." Di Ratu Plaza itu nanti, gedung tertinggi mempunyai 32 tingkat, dengan landasan helikopter di puncaknya. Tak dijelaskan helikopter siapa yang bakal parkir di sana nanti. Tapi kata Onggo: "Tiga tahun lagi selesai."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus