Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Lifter Rahmat Erwin Abdullah meraih dua medali emas di Kejuaraan Dunia Angkat Besi International Weightlifting Federation (IWF) 2021 di Taskhent, Uzbekistan, 10 Desember lalu.
Medali emas itu disumbangkan Rahmat dari angkatan Clean & Jerk sebeart 192 kilogram dan total angkatan sebesar 323 kilogram.
Rahmat akan menjadi andalan Perhimpunan Angkat Besi Seluru Indonesia di ajang SEA Games di Vietnam dan Asian Games di Hangzhou, Cina pada tahun depan.
ATLET angkat besi Rahmat Erwin Abdullah langsung memamerkan otot lengannya seusai melakukan angkatan clean and jerk seberat 192 kilogram di atas panggung Uzbekistan Sport Complex di Distrik Yunusabad, Kota Taskhent, Uzbekistan, pada Jumat malam waktu setempat, 10 Desember lalu. Sang ayah yang juga pelatihnya, Erwin Abdullah, yang telah menunggu di bawah panggung, langsung menggendongnya di pundak. “Senang banget bisa dapat gelar juara dunia karena sebelumnya enggak ditargetkan oleh Ketua PABSI,” ujar Rahmat saat dihubungi, Jumat, 17 Desember lalu.
Tampil di kelas 73 kilogram Kejuaraan Dunia International Weightlifting Federation (IWF) 2021, Rahmat menjadi yang terkuat di angkatan clean and jerk dengan beban 192 kilogram. Pada angkatan snatch, Rahmat berada di peringkat kelima dengan berat 151 kilogram. Adapun medali emas snatch diraih lifter Albania, Briken Calja, yang mengangkat beban 156 kilogram. Namun Calja hanya kuat mengangkat beban 186 kilogram di angkatan clean and jerk dan menduduki peringkat kedua. Walhasil, dengan total angkatan 343 kilogram atau unggul 1 kilogram dari Calja, Rahmat pun meraih dua medali emas.
Berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia IWF 2021 ini, kata Rahmat, ia tidak dibebani target oleh Pengurus Besar Perhimpunan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI). “Oleh Ketua Umum PABSI (Rosan P. Roeslani) cuma diminta cari pengalaman,” ujar peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu. Sebelum berangkat ke Taskhent, Rahmat mengaku sempat menawarkan ke PABSI untuk tampil di kelas 81 kilogram. Ia berniat menambah pengalaman di kelas yang lebih tinggi. “Tapi disarankan sama Bapak untuk di 73 kilogram saja,” tutur Rahmat, 21 tahun. “Malah jadi juara berkat dengar kata orang tua.”
Dua emas yang diraih oleh Rahmat menurut pelatih kepala pemusatan latihan nasional PABSI, Dirdja Wihardja, merupakan konsistensi prestasinya setelah Olimpiade Tokyo 2020. Pada ajang empat tahunan itu Rahmat Erwin Abdullah meraih perunggu dengan total angkatan 342 kilogram (150 kilogram snatch serta 190 kilogram di clean and jerk). “Total angkatan yang diraih Rahmat meningkat 1 kilogram dari Olimpiade Tokyo 2020,” tutur Dirdja saat dihubungi, Kamis, 16 Desember lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lifter Indonesia Rahmat Erwind Abdullah saat bertanding dalam kelas 73kg, di Kejuaran Dunia Angkat Besi di Tashknet, Uzbekistan, Desember 2021/Dok IWF
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PABSI Hadi Wihardja mengatakan keberhasilan ini terwujud karena tim pelatih menerapkan strategi yang mumpuni. Menurut dia, pengawalan dari Erwin Abdullah sebagai ayah merangkap pelatih membantu membentuk mental juara Rahmat. “Anak ini dikawal oleh ayahnya sendiri. Erwin Abdullah berhasil membawa anaknya menjadi juara dunia,” kata Hadi, Jumat, 10 Desember lalu. “Tahun ini komplet. Indonesia memiliki dua juara dunia di dua kategori: junior oleh Rizki Juniansyah dan di senior oleh Rahmat erwin Abdullah,” ujarnya.
Tim kepelatihan, menurut Dirdja, sudah menyiapkan program latihan untuk Rahmat jalankan pada 2022. Rahmat, kata Dirdja, bakal menjadi tumpuan Indonesia dalam SEA Games Vietnam pada Mei 2022 dan Asian Games di Hangzhou, Cina, pada September 2022. “Untuk Asian Games, kita bakal mengandalkan Rahmat dan Rizki untuk bisa bersaing dengan lifter Cina di kelas 73 kilogram,” tutur pelatih 55 tahun ini.
Strategi yang bakal digunakan, ucap Dirdja, adalah memaksimalkan potensi Rahmat dalam angkatan clean and jerk. Selanjutnya, Dirdja berharap bisa mengalahkan lifter-lifter Cina di angkatan snatch dengan memporsir kemampuan yang dimiliki Rizki. “Kami percaya terhadap kemampuan anak-anak ini di Asian Games, karena di latihan saja Rahmat bisa mengangkat beban clean and jerk sampai 195 kilogram,” katanya.
Selain fisik, Dirdja menambahkan, pembentukan mental para penghuni pelatnas angkat besi dibutuhkan. Hal itu sebagai bekal agar mereka tidak cepat merasa puas dalam mengejar prestasi. Apalagi, ujar dia, mayoritas atlet angkat besi berusia muda yang secara mental masih labil. Jadi pelatnas PABSI, kata Dirdja, menyediakan tim psikolog untuk membenahi sisi mental ini. “Kami sempat bilangin ke Rahmat pakai ilmu padi, makin berisi makin nunduk. Jangan baru jadi juara dunia udah merasa puas,” tutur Dirdja menyampaikan salah satu metodenya dalam memotivasi atlet.
Keberhasilan Rahmat merebut gelar juara dunia angkat besi, menurut Erwin Abdullah, tidak terlepas dari strategi yang diterapkan ketika berada di arena. Ia menyebutkan tidak terlalu membebani Rahmat pada angkatan snatch. Angkatan yang dilakukan cuma 151 kilogram. Padahal, tutur Erwin, angkatan snatch Rahmat di Olimpiade Tokyo sudah mencapai 152 kilogram. “Sempat ada masukan untuk menambah angkatan di snatch, tapi saya bilang tidak usah,” ujar Erwin kepada Tempo, Kamis, 16 Desember lalu.
Peraih medali perak Asian Games Busan 2002 ini mulai meminta Rahmat tancap gas ketika memasuki angkatan clean and jerk. Angkatan terbaik 192 kilogram berhasil dibukukan oleh Rahmat berkat strategi dari sang ayah. “Karena saya lihat peluangnya di clean and jerk lebih bagus dan (angkatan) ini lebih berat dari yang di Olimpiade (Tokyo 2020) yang hanya 190 kilogram,” ujar Erwin.
Erwin bercerita pertama kali mengenalkan angkat besi kepada putranya. Bersama sang istri, Ami Asun Budiono, yang juga lifter peraih medali emas dalam SEA Games Chiang Mai 1995, Erwin selalu memotivasi sang anak lewat cerita mereka ketika bertanding di kejuaraan internasional. Berkat cerita itu, Rahmat tertarik dan menekuni cabang olahraga angkat besi yang kini membawanya meraih medali di Olimpiade. “Ya, itu yang menjadi inspirasi Rahmat untuk menjadi lifter angkat besi,” kata Erwin.
Hasil didikan Erwin mulai terlihat ketika Rahmat untuk pertama kali menjuarai kelas 73 kilogram junior di Asian Junior Championships 2019 di Pyongyang, Korea Utara. Rahmat menyabet medali emas dengan total angkatan 326 kilogram dengan snatch 147 kilogram dan clean and jerk 179 kilogram. Rahmat juga menyumbangkan medali emas SEA Games Manila 2019 dalam debutnya di pesta olahraga se-Asia Tenggara itu. Pada 2020, Rahmat bahkan memecahkan rekor dunia junior dalam Asian Junior Championships 2020 untuk angkatan clean and jerk 185 kilogram dan total angkatan 329 kilogram.
Erwin pun berharap Rahmat bisa lebih berkomitmen untuk target yang ingin dicapai. Menurut Erwin, untuk menjadi juara angkat besi sejati, ia harus lebih disiplin dalam menjaga pola makan dan menjalankan program latihan. “Dia harus mengerti konsekuensi dari komitmennya,” ujarnya. Ia pun menganggap Rahmat Erwin Abdullah sebagai sahabat. Jadi komunikasi sebagai pelatih ataupun ayah bisa berjalan lebih terbuka. “Saya tidak pernah memaksa Rahmat harus bagaimana, tapi cuma mengingatkan mana yang lebih baik lewat pengalaman kami di tim kepelatihan,” ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo