Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dia Mozart Sekaligus Harry Potter

Magnus Carlsen menjadi juara dunia baru di papan catur. Mengandalkan intuisi dan kejeniusan.

2 Desember 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI ruang pertandingan di Ballroom Hotel Hyatt Regency, Chennai, India, itu, Magnus Carlsen tak bisa lama-lama mengumbar senyum kemenangan kepada penonton. Sebab, tiba-tiba sejumlah orang membopong pecatur Norwegia ini ke arah kolam renang dan melemparnya ke air. Byur! Lalu Carlsen muncul ke permukaan dengan blazer basah kuyup. Ia nyengir dan mengacungkan dua telunjuknya ke langit. "Ini perayaan yang tidak biasa, tapi dia tidak keberatan," kata manajer Carlsen, Espen Agdestein, sambil tertawa.

Remaja kelahiran 30 November 1990 ini memang pantas merayakan hari terindahnya itu. Jumat dua pekan lalu, Carlsen menahan remis Viswanathan Anand di babak ke-10 World Chess Championship 2013. Hasil imbang itu cukup mengantarkan Carlsen menjadi juara baru di dunia catur.

Dalam sembilan babak sebelumnya, Carlsen menekuk Anand dua kali dan meraih hasil imbang tujuh kali. Walhasil, ia ­mengoleksi 6,5 poin, sementara Anand hanya kebagian 3,5 poin. Carlsen tak mungkin terkejar lagi—seandainya di dua babak terakhir Anand menang. "Saya sangat senang bisa meraih gelar ini," ujarnya.

Carlsen bukan juara dunia biasa. Usianya baru 22 tahun 357 hari saat mengalahkan Anand di babak ke-10 itu. Pencapaian ini menjadikannya sebagai juara dunia termuda kedua setelah Garry Kasparov, yang meraihnya pada usia 22 tahun 210 hari.

Kasparov pun memberinya selamat. Lewat akun Twitter-nya, mantan juara dunia catur asal Rusia itu menulis, "Dia selalu melampaui harapan kita tentangnya. Carlsen seperti Harry Potter di papan catur!"

Biasanya Carlsen dijuluki Mozart-nya catur. Bagi Kasparov, julukan itu kurang tepat. Sebab, Mozart terlalu kaku dan usang—berbeda dengan gaya Carlsen yang "tak selazimnya pemain catur".

Carlsen memang tak lazim dalam beberapa segi. Tengok saja penampilannya. Saat melawan Anand itu, ia hanya mengenakan blazer hitam dengan dalaman kemeja putih plus celana jins. Rambutnya acak-acakan dan ia sering kali duduk ngelonjor santai.

Gaya Carlsen ini "merusak" citra orang tentang pecatur, yang hari itu ditampilkan sempurna oleh Anand: memakai kemeja lengan panjang, berambut klimis disisir menyamping, memakai kacamata, dan berposisi duduk yang tegak-kaku.

"Sikapnya yang sedikit berbeda dan selera humornya yang tinggi menghadirkan karisma tersendiri. Dia akan menjadi pecatur yang paling dikenal," kata mantan juara catur dunia wanita, Susan Polgar.

Susan Polgar tak berlebihan. Sebelum mengalahkan Anand, Carlsen terpilih sebagai 100 orang paling berpengaruh 2013 versi majalah Time. "Orang jenius bisa datang dari mana saja, tapi orang seperti Carlsen memiliki kejeniusan dan bakat yang misterius," tulis Time.

Bukan hanya itu, Carlsen juga masuk pilihan pria terseksi 2013 menurut majalah Cosmopolitan. Majalah wanita terbitan London itu menjuluki Carlsen dengan istilah "hottie". Sepanjang sejarah catur, hanya Carlsen yang punya gelar ini!

Namun tentu saja keunikan Carlsen tak semata dari penampilannya. Cara bermain caturnya juga sungguh tak biasa. Beberapa bahkan menyebutnya misterius. "Sering kali dia menggerakkan bidaknya hanya berdasarkan intuisi," ucap Kasparov memberi contoh. Ia tahu hal ini karena pernah melatih Carlsen pada 2009-2010.

Bermain mengikuti intuisi memang belum pernah ada dalam khazanah catur. Dalam olahraga olah otak ini, setiap pergerakan bidak pastilah hasil kalkulasi pikiran. Tapi pecatur sekelas Kasparov tentu tak asal ngomong.

"Jejak" intuisi di papan catur pernah diungkap grand master asal Austria, Valeri Beim. Dalam bukunya, The Enigma of Chess Intuition, Beim menulis, "Dalam catur, intuisi memanifestasikan dirinya dalam setiap langkah yang mungkin tak disadari pecatur, dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi."

Carlsen dalam buku berbahasa Norwegia, Norske Vinnerskaller, yang ditulis Arne Riise Jorstad, mengatakan intuisi itu bahkan telah ia rasakan sejak kecil. "Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya," katanya. "Sering kali saya menggerakkan bidak hanya karena merasa itu langkah yang baik."

Korban terakhir Carlsen atas langkah-langkah ajaibnya tersebut tentu saja Anand, pecatur peringkat kedelapan dunia. "Cara bermainnya benar-benar membuat saya tertekan, sehingga saya banyak melakukan kesalahan," ujar Anand. "Saya mencoba selalu berkonsentrasi, walaupun akhirnya sia-sia."

Namun Carlsen punya penjelasan logis untuk keajaibannya itu. Ia mengaku terasah oleh ribuan langkah keliru yang dilakukannya sejak kecil. "Intuisi adalah energi dari masa lalu. Itu adalah pengalaman-pengalaman yang membuatku bisa mengambil keputusan hanya dengan merasakannya."

Itu sebabnya Kasparov menjulukinya Harry Potter. Sebab, dengan intuisi itu, Carlsen seolah-olah memegang tongkat sihir dan ia hanya perlu merapal mantra "Acio" untuk memanggil ribuan memorinya.

Carlsen mengenal catur sejak usia lima tahun. Saat itu, dia menghabiskan waktu berjam-jam melawan sejumlah game catur di komputer. "Dia bisa melawan empat-lima game catur secara bersamaan," kata Henrik Albert Carlsen, ayahnya yang konsultan teknologi informasi.

Pada usia 13 tahun 148 hari, Carlsen menjadi pecatur termuda kedua yang meraih gelar grand master. Lalu, pada Januari 2010, namanya merangsek ke peringkat pertama Federasi Catur Sedunia (FIDE) saat berusia 19 tahun 32 hari. Artinya, Carlsen menjadi pecatur nomor wahid termuda dalam sejarah!

Hampir dua tahun kemudian, pada Januari 2013, ia mencatat rekor lagi setelah koleksi Elo-nya—skor yang diterapkan FIDE untuk menggambarkan kekuatan pemain catur—menembus 2.861. Belum pernah ada pecatur yang mencapai poin setinggi itu.

Anda mungkin tak percaya bahwa Carlsen bisa mengingat dengan detail semua pertandingan yang pernah dilakoninya. Tapi anak ajaib itu benar-benar bisa melakukannya. Setidaknya, kepada stasiun televisi Norwegia, VG TV, ia pernah mengatakan, "Saya bisa mengingat beberapa ribu pertandingan."

Pembawa acara 60 Minutes di CBN News, Bob Simon, pernah mengujinya. Dia meminta Carlsen melawan 10 pemain catur secara bersamaan tanpa melihat. Hasilnya, 10-0 untuk kemenangan Carlsen. "Ini sungguh luar biasa. Dia seperti manusia super dari planet lain. Seperti ada papan catur di dalam otaknya!" ujar Simon.

Carlsen hanya menjawab ringan, "Saya cuma mengingat setiap posisi dan pergerakan mereka."

Intuisi plus memori super inilah yang membuat Carlsen leluasa mempermainkan lawan-lawannya dengan langkah acak. Ia bisa memulai pertandingan dengan bukaan apa saja. Lawannya kerap keder karena tak tahu bidak mana yang akan digeser Carlsen. "Saya memang tidak punya pola yang harus saya ikuti," katanya.

Toh, Carlsen pernah mengubah gaya permainannya. Ketika kecil, dia selalu bermain agresif dengan banyak mengorbankan bidak dan perwira. "Tapi saat ini saya memilih menguasai posisi-posisi strategis dengan berbagai variasi," ujarnya. "Saya bisa mengkalkulasi apa yang akan terjadi dalam 15-20 langkah ke depan."

Teknik acak yang intuitif menjadikan Carlsen kini sebagai pecatur paling brilian sejagat. Namanya sejajar bahkan mungkin melebihi kebesaran Kasparov, Bobby Fischer, Judith Polgar, atau Robert Byrne.

Namun Carlsen enggan disebut jenius. Saat diwawancarai majalah Time pada April 2009, ia mengatakan seolah-olah meminta pemakluman, "Saya mungkin pemain catur yang hebat, tapi saya bukan orang aneh. Saya manusia normal seperti kalian." Ya, dia memang anak muda normal. Carlsen suka berenang atau bermain sepak bola. Dia penggemar klub sepak bola Real Madrid, yang berlaga di La Liga.

Sehari setelah menekuk Anand, Carlsen bangun kesiangan di kamar hotelnya. Ia lalu pergi ke mal dan bermain boling di sana. Di tengah keramaian itu, Carlsen memang terlihat seperti anak muda kebanyakan. Kecuali, tentu saja, gelar juara yang disandangnya itu....

Dwi Riyanto Agustiar (Fide, Time, Times of India, Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus