Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BANYUWANGI - Benjamin Dyball meraih gelar juara umum di International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2018. Pembalap Australia dari tim St. George Continental Cycling tersebut menjadi yang tercepat di rute terakhir Desa Sarongan, Kecamatan PesanggaranGunung Ijen sepanjang 127,2 kilometer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya sebenarnya hanya fokus pada irama saya sendiri," kata pembalap berusia 29 tahun tersebut. Kemenangan Dyball tak hanya mencatatkan namanya sebagai juara umum pada debutnya di ITdBI yang digelar 26–29 September, tapi juga memperpanjang capaian impresif St. George Continental di sejumlah balapan di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, tim ini juga mendominasi di Tour de Siak 2018. Mereka merebut gelar juara umum, etape, sekaligus menjadi juara tim. Di ITdBI 2018, tim asal Australia itu kembali mengulanginya. Selain menjadi juara dalam klasifikasi umum, mereka menjadi juara tim dan juara etape pertama melalui Marcus Culey.
"Kami datang ke Siak dan Ijen dengan perencanaan yang matang. Kami habiskan seminggu di Taiwan untuk adaptasi cuaca sebelum ke dua acara tersebut. Kami juga sangat fokus pada soliditas tim," kata Dyball, yang juga meraih status raja tanjakan.
Sementara itu, untuk dua kategori lainnya, pembalap Indonesia Jamalidin Novardianto (PGN Road Cycling Team) menjadi sprinter terbaik (jersey hijau). Adapun kategori pembalap Indonesia terbaik alias merah dan putih jersey diraih Jamal Hibatullah, rekan setim Jamalidin.
Jamalidin menjadi pemenang di etape kedua ITdBI setelah mampu menjadi yang tercepat dalam duel sprint. Dia mampu bersaing dengan sprinter dunia lainnya di rute Stasiun KalibaruKantor Bupati (179,3 km) dengan catatan waktu tercepat 4 jam 9 menit 17 detik.
"Begitu masuk 200 meter terakhir, saya melakukan penyelesaian akhir hingga akhirnya menang," kata pembalap yang juga tergabung dalam timnas untuk Asian Games tersebut. Didin, dengan dukungan rekan setimnya, berhasil melepaskan diri dari kepungan sprinter lainnya saat mendekati garis finis.
Didin mengatakan etape kedua ITdBI itu memang sangat cocok dengan karakternya sebagai sprinter. Dengan rute yang tak ada tanjakan, para pembalap bisa bertahan dalam rombongan besar sampai akhir. "Pelatih sudah menyiapkan strategi jika terjadi adu balap menjelang garis finis. Skenario berjalan sukses dan saya berhasil juara," kata dia.
Perhelatan International Tour de Banyuwangi Ijen 2018, yang rampung Sabtu lalu, mendapat apresiasi banyak pihak. Direktur ITdBI, Jamaluddin Mahmood, mengatakan sejak 2012 kualitas balap sepeda internasional level 2.2 yang telah masuk agenda rutin Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI) itu terus meningkat.
Bahkan, menurut dia, ITdBI menjadi balap sepeda level 2.2 terbaik di Asia dibandingkan dengan balapan yang setara di Cina, Jepang, Hong Kong, Langkawi, dan Kazakstan. Level 2.2 sendiri adalah tiga tingkat di bawah World Tour Team seperti Tour de France. "Predikat terbaik itu diberikan karena kualitas lomba. Begitu juga antusiasme penonton yang tinggi, namun trafik tetap terjaga."
Salah satu juri lomba, Michael Robb dari Irlandia, mengatakan rute yang disajikan Banyuwangi tak kalah bagus dibanding di negara lainnya. Dia mencontohkan rute tanjakan menuju Gunung Ijen menjadi salah satu yang paling ekstrem di Asia dengan ketinggian 1.880 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lereng 45 derajat. "Rute ini mirip dengan balapan di Giro de Italia," kata Robb. DAVID PRIYASIDHARTA | NUR HARYANTO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
