Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

olahraga

Dari Pertemuan Rahasia di Malaysia

Genap empat tahun Shin Tae-yong menjadi pelatih timnas. Bagaimana PSSI mendatangkan eks pelatih timnas Korea Selatan ini?

8 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pelatih Shin Tae-yong mendapat respons positif dari fan setelah Indonesia tampil hingga babak 16 besar Piala Asia 2023. 

  • Sejumlah suporter Garuda membuka petisi desakan perpanjangan kontrak pelatih Shin Tae-yong.

  • Sejumlah fan tim nasional membuka petisi desakan perpanjangan kontrak pelatih Shin Tae-yong.

JAKARTA — Media sosial sempat riuh oleh potongan video permainan tim nasional sepak bola Indonesia saat melawan tim Australia di babak 16 besar Piala Asia 2023 pada 28 Januari lalu. Dalam laga tersebut, tim Garuda tersingkir setelah digebuk empat gol tanpa balas oleh The Socceroos, julukan tim nasional Australia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kalah, tapi yang menjadi perbincangan adalah permainan ciamik Asnawi Mangkualam Bahar dan kawan-kawan. Sebab, meski dihancurkan dengan skor telak, permainan timnas Indonesia menunjukkan peningkatan kualitas. Buktinya, sepanjang 90 menit pertandingan, pasukan Garuda bisa mengimbangi permainan Australia, salah satu tim unggulan juara Piala Asia 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Data di atas kertas pun demikian. Indonesia tak kalah dalam penguasaan bola, yakni 48 persen berbanding 52 persen. Australia mampu membuat tujuh kali serangan dengan empat peluang gol. Adapun Indonesia bisa melancarkan lima serangan dengan satu peluang gol. Dengan kata lain, permainan Indonesia mengalir dengan deras. Tak ada istilah parkir bus alias permainan negatif bertahan penuh saat melawan Australia. 

Hebatnya, permainan ciamik ini ditampilkan tim nasional sejak di babak penyisihan grup melawan Irak, Vietnam, dan Jepang. Indonesia mampu mencetak masing-masing satu gol melawan ketiga tim dengan hasil dua kali kalah dan sekali menang. Tim nasional Indonesia juga sukses mencapai target yang ditetapkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), yakni lolos ke babak 16 besar.

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong memberi instruksi saat laga melawan Irak pada penyisihan grup D Piala Asia 2023 di Stadion Ahmad bin Ali Doha, Qatar, 15 Januari 2024. ANTARA/Yusran Uccang

Pujian setinggi langit diberikan ribuan warganet kepada pelatih kepala timnas Indonesia, Shin Tae-yong. Pelatih berkebangsaan Korea Selatan itu menjadi orang di belakang layar perubahan signifikan permainan Indonesia. Tak sedikit dari mereka yang menyuarakan agar STY—panggilan Shin Tae-yong—lebih lama menjabat juru taktik Garuda. Maklum, kontrak Shin Tae-yong akan habis pada 30 Juni 2024. 

Bahkan muncul petisi daring yang ditandatangani sekitar 55 ribu warganet yang mendorong PSSI segera mengajukan perpanjangan kontrak untuk pelatih Shin Tae-yong. Kabar petisi daring ini rupanya sampai juga ke telinga STY. Pria berusia 53 tahun itu mengaku bahagia mendengar berita tersebut. "Saya sangat senang mendengar hal tersebut karena artinya para fan mengakui saya sudah bekerja keras di Indonesia," kata Shin Tae-yong kepada Tempo, Jumat, 2 Februari lalu.

Melatih Timnas Sejak Awal 2020

Shin Tae-yong meneken kontrak melatih tim nasional Indonesia pada Januari 2020. Kabar masuknya STY diperbincangkan publik sepak bola nasional sejak akhir 2019. Kehadiran Shin Tae-yong memang menjadi angin segar dan harapan besar bagi publik Tanah Air. 

Betapa tidak, Shin Tae-yong adalah salah satu pelatih jempolan. Sebelum ke Jakarta, ia adalah pelatih kepala tim nasional Korea Selatan U-20, U-23, dan senior pada 2015-2018. Kinerja ciamiknya membawa Korea Selatan mengalahkan Jerman 2-0 di babak penyisihan grup Piala Dunia 2018. 

Masuknya Shin Tae-yong melatih skuad Garuda melalui proses yang panjang. Dimulai dari upaya Ratu Tisha Destria yang kala itu menjabat Sekretaris Jenderal PSSI—kini Wakil Ketua Umum PSSI periode 2023-2027. Dia menyurati Asosiasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) dan minta diizinkan berkomunikasi langsung dengan Shin Tae-yong. 

Bak gayung bersambut, Shin Tae-yong memberikan respons positif hingga berlanjut dengan pertemuan senyap pada November 2019 di Malaysia. Saat itu kebetulan Indonesia sedang bertanding melawan Malaysia di fase grup kualifikasi Piala Dunia 2022. Pertemuan diam-diam itu digelar untuk menghindari kegaduhan di media. 

Dalam pertemuan itu, Shin Tae-yong bertukar visi dengan pengurus PSSI. Hasilnya, terjadi kesepakatan kerja sama dengan sejumlah poin pertimbangan. "Begitulah saya pada akhirnya ke Indonesia," katanya.

Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan memakaikan jaket Timnas Indonesia ke Shin Tae-Yong di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat,Desember 2019. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Shin Tae-yong memulai karier pelatih di tim nasional sebagai asisten dari Uli Stielike, pelatih kepala Korea Selatan 2014-2017. Namun baru satu tahun menjadi asisten, Shin Tae-yong promosi sebagai pelatih kepala Korea Selatan U-23 pada 6 Februari 2015. 

Satu tahun kemudian, ia dipercaya memimpin tim senior Taegeuk Warriors—julukan tim nasional Korea Selatan. Bersama tim senior, Shin Tae-yong mencatatkan 21 laga dengan torehan poin rata-rata 1,29. 

Sebelum berkarier dalam timnas Korea Selatan, dia menjadi pelatih klub Korea, Seongnam Ilhwa, sejak Februari 2010 hingga Desember 2012. Selama itu, Shin Tae-yong melakoni 145 laga dengan torehan poin rata-rata 1,47 per pertandingan. Sebelumnya, ia juga sempat mencicipi kursi asisten pelatih klub A-League Australia atau Liga Australia bersama Brisbane Roar pada 2005-2008. 

Sebelum melatih, Shin Tae-yong sempat bermain untuk Brisbane Roar selama satu musim pada 2004-2005. Sayangnya, ia tercatat hanya bermain sekali untuk Brisbane. Karier sebagai pemain berposisi gelandang serang ia habiskan bersama Cheonan Ilhwa pada 1992-2004 dengan catatan 60 kali tanding dan torehan 18 gol serta 12 assist. Shin Tae-yong juga berkesempatan tampil bersama tim nasional Korea Selatan periode 1992-1997. Pemain berpostur 174 sentimeter itu tampil sebanyak 23 kali dengan tiga gol.

Fokus di Piala Asia U-23

Sembari harap-harap cemas menanti nasib kepelatihan di tim nasional Indonesia, Shin Tae-yong bakal menghadapi tantangan lain. Kini ia harus memimpin skuad Garuda U-23 untuk tampil dalam Piala Asia U-23 pada April mendatang. Target yang disematkan PSSI lebih berat, yakni menembus delapan besar alias perempat final. 

Bukannya ciut, Shin Tae-yong justru semakin bersemangat. Ia malah berharap bisa membawa Garuda muda terbang lebih tinggi lagi. "Mimpi besar kan lebih baik. Jadi bukan hanya lolos grup, bukan hanya delapan besar, tapi empat besar," katanya. 

Sejumlah pengamat sepak bola berharap PSSI segera mengevaluasi kinerja Shin Tae-yong demi mempercepat keputusan nasib kontrak kerja pelatih Korea Selatan itu. Adapun pengamat sekaligus komentar sepak bola Mohamad Kusnaeni menganggap Shin Tae-yong layak mendapat perpanjangan kontrak dari PSSI. 

Musababnya, Shin Tae-yong mampu menunjukkan permainan bagus dalam timnas. Ia dianggap punya kontribusi besar terhadap perbaikan kualitas tim nasional. "Secara personal, saya anggap dia mampu membawa perubahan," kata Kusnaeni. 

Namun pria yang kerap disapa Bung Kus itu menyebutkan PSSI wajib membaca data kinerja Shin Tae-yong sebelum menyodorkan kontrak baru. Tujuannya agar federasi memastikan besaran capaian target yang disematkan kepada sang pelatih. "Tercapai atau tidaknya hanya PSSI yang tahu," ujarnya.

Adapun pengamat sepak bola sekaligus Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, juga berharap PSSI mengedepankan evaluasi data dalam keputusan kontrak kerja Shin Tae-yong. Menurut dia, PSSI harus profesional dalam memberikan penilaian, bukan sekadar suka atau tidak suka yang bersifat personal. 

Menurut catatan Akmal, sejak Januari 2020, Shin Tae-yong telah 47 kali memimpin tim Garuda dengan hasil 21 kemenangan, 10 kali imbang, dan 16 kekalahan. "Kalau dipersentasekan, tingkat rata-rata kemenangan tim nasional era Shin Tae-yong cuma 44,6 persen," katanya. 

Itu pun kemenangan yang diraih Indonesia mayoritas saat melawan tim-tim yang di atas kertas lebih lemah daripada Indonesia. Salah satunya adalah Brunei Darussalam yang sudah tiga kali dikalahkan oleh Indonesia. Sisanya adalah Kamboja dan Cina Taipei. Sementara, kemenangan melawan tim besar hanya terjadi saat Indonesia melawan Kuwait dan Vietnam. "Jadi, kalau ditanya seberapa puas kinerja STY, ya cuma 44,6 persen itu," kata Akmal.

INDRA WIJAYA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus