Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SOLO – Fauzi Purwo Laksono masih belum bisa menerima keputusan akan turun di klasifikasi lempar lembing kelas duduk di cabang atletik Asian Para Games 2018. Fauzi masih menunggu tes klasifikasi kedua untuk memastikan kemampuannya yang terbaik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemuda asal Kalimantan Barat berusia 25 tahun itu adalah salah satu atlet yang mengikuti pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Solo, Jawa Tengah, untuk berlaga di Asian Para Games 2018 di Jakarta pada 6-13 Oktober. Sejak di pelatnas pada Januari lalu, Fauzi berfokus pada latihan lempar lembing dengan berdiri. "Selama jadi atlet lempar lembing, saya juga selalu ikut di kelas berdiri," kata Fauzi saat ditemui di Stadion Sriwedari, Kota Solo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun tim dokter yang melakukan klasifikasi memutuskan Fauzi mesti masuk ke kelas duduk pada Mei lalu. Dalam tes klasifikasi tersebut, tim medis yang melibatkan empat dokter asing telah mengukur dan mengetes kekuatan otot setiap atlet. Proses itu diulang-ulang untuk semua atlet yang harus menjalani latihan di lapangan, kemudian dipantau dan dicek lagi.
Hasil klasifikasi tahap pertama menyatakan kekuatan otot kaki Fauzi minim. Meski ia penyandang disabilitas, kakinya tidak terlalu parah dan pinggangnya kuat. Namun kelemahannya ada di lutut. Akhirnya, dia harus tampil di kelas duduk atau lomba yang dilaksanakan di atas kursi roda. Nomor ini terdiri atas dua klasifikasi, yaitu F57 (disabilitas kaki total, tidak bisa berjalan) dan F58 (disabilitas pada kaki, tapi masih bisa berjalan).
Fauzi berharap keputusan itu berubah pada proses klasifikasi kedua, yang akan dilaksanakan beberapa hari sebelum Asian Para Games 2018 dimulai. Namun Fauzi sudah belajar dari awal untuk melempar lembing dalam posisi duduk dalam tiga bulan terakhir. "Masih ada klasifikasi ulang, saya terus berdoa semoga bisa lolos di kelas berdiri," kata Fauzi.
Berkat ketekunannya berlatih, Fauzi sebenarnya telah menguasai teknik lempar lembing dalam posisi duduk dengan lemparan terbaik sejauh 39,75 meter. Dia optimistis masih bisa memperbaiki lemparannya hingga lebih jauh. "Masih bisa saya kejar di sisa waktu pelatnas ini," kata Fauzi optimistis.
Jauh sebelum menjadi atlet para games, Fauzi kecil adalah siswa berprestasi di nomor lari jarak pendek. Namun kecelakaan membuat kaki kanannya hancur. "Pagi itu, saya baru menerima ijazah SD. Sorenya saya dibonceng motor sama bapak, jalan-jalan, lalu ditabrak mobil dari depan," ujar Fauzi, yang tak bisa melupakan tragedi 12 tahun silam.
Selama proses penyembuhan kakinya selama dua tahun, Fauzi hanya berdiam di rumah. Pendidikannya pun terbengkalai. Di usia sedini itu, Fauzi nyaris frustrasi. "Sejak kecil saya bercita-cita menjadi atlet. Tapi mau bagaimana, jalan kaki saja sudah tidak sempurna," ucapnya.
Fauzi berusaha bangkit dan terus mengejar mimpinya. Di sela kesibukannya bekerja menjadi petugas kebersihan honorer di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, dia bergabung dengan National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Kalimantan Barat.
"Saya bekerja… ya istilahnya jadi tukang sampah di jalanan. Karena sekarang sedang ikut pelatnas, saya libur kerja dulu," tutur Fauzi. 
Fauzi memang tidak lagi meneruskan aktivitasnya sebagai pelari. Namun dia mampu membuktikan bahwa dia berprestasi di nomor lain dengan meraih dua medali emas (tolak peluru dan lempar cakram) serta satu medali perak (lempar lembing) saat berlaga di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIX/2016 Jawa Barat.
Bonus dari prestasinya dia gunakan untuk memberangkatkan kedua orang tuanya beribadah umrah. "Ternyata rencana Allah selalu lebih baik," kata Fauzi. Kini, dia berjanji akan berjuang untuk membela negara di Asian Para Games 2018. "Di sini saya tidak menjanjikan apa-apa. Tapi saya akan mengerahkan seluruh kemampuan untuk bertanding semaksimal mungkin." DINDA LEO LISTY | NUR HARYANTO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo